Berita Samarinda Terkini
TRC PPA Sebut Kekerasan terhadap Anak di Kaltim Ibarat Fenomena Gunung Es
Selamat hari anak nasional bagi setiap generasi penerus yang katanya bunga dari surga. Selamat juga bagi Kota Tepian yang konon sebentar lagi dinobat
Penulis: Rita Lavenia |
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Selamat hari anak nasional bagi setiap generasi penerus yang katanya bunga dari surga.
Selamat juga bagi Kota Samarinda yang konon sebentar lagi dinobatkan sebagai Kota Layak Anak.
Ah, tapi aku melihat langkah kaki kecil berdiri di hampir setiap persimpangan jalan.
Ada yang masih membawa tumpukan berita cetak di tangan, kerupuk, kain lusuh lengkap dengan cairan pembersihnya, okulele yang sepertinya hanya dilengkapi beberapa senar dan ada pula yang sepertinya menahan gerah dari balik kostum badut yang katanya sudah sering ditertibkan.
Kota layak anak itu apa sih? Sedangkan hampir setiap hari telepon selular ini berdering mendapat informasi dari Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC-PPA) Kalimantan Timur (Kaltim) jika telah terjadi kasus pencabulan, rudapaksa, penganiayaan, kekerasan fisik, pembullyan dan ah banyak lagi yang korbannya merupakan anak-anak dan terjadi di setiap sudut Kabupaten dan Kota Benua Etam ini.

Baca juga: TRC PPA Kaltim Angkat Suara soal Banyak Kasus Anak Menghilang
Sejuta kenyataan yang mengernyitkan jidat ini seakan senada dengan penuturan Ketua TRC-PPA Kaltim, Rina Zainun yang mengatakan bahwa beberapa wilayah di provinsi ini terutama Samarinda belum bisa dikatakan sebagai kota layak anak.
Bagaimana tidak sepanjang tahun 2022 saja, sebutnya sudah ada ratusan kasus kekerasan baik fisik, psikis dan verbal yang diterima setiap anak.
"Setiap hari saja hampir 10 kasus kami terima, di antaranya pasti ada kekerasan terhadap anak," ungkapnya dalam perbincangan hangat ditemani secup salad buah, Jumat (22/7/2022) petang ini.
Perempuan 46 tahun ini mengatakan mereka tidak akan pernah lupa dari banyaknya kasus yang ditangani ada anak menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual berujung maut.
Banyak penelantaran dan beberapa anak tidak bisa mendapatkan haknya untuk mengenyam pendidikan karena berada di sudut perekonomian.
Terutama kasus kekerasan seksual. Ia sungguh miris saat mengingat ada seorang anak di Samboja, Kukar yang dibunuh lalu dirudapaksa.
Baca juga: Kasus Kekerasan Anak di Kukar Masih Tinggi, Hingga Agustus Ini Sudah Ada 62 Kasus Anak
Belum lagi yang baru terjadi Samarinda dan Kukar seorang anak disabilitas menjadi korban pemerkosaan oleh orang terdekat.
Ada pula gadis di Kukar sejak usia 13 hingga 21 tahun yang tidak bisa merasakan tidur nyenyak karena selalu menjadi sasaran pelampiasan nafsu bejat sang ayah sambungnya saat malam tiba.
"Terima kasih mulai hari ini aku bisa tidur nyenyak," ucap Rina Zainun menirukan kata-kata sang korban ketika pria bejat tersebut diproses secara hukum.
Cukup kita mengulik kisah-kisah anak yang menjadi korban orang dewasa yang seharusnya melindungi mereka.