Berita Nasional Terkini
Jurnalis Pembuka Pembunuhan Brigadir J, Aryo Tondang: Bermula dari Liputan Polisi Satwa di Bandara
Aryo Tondang, jurnalis Tribun Jambi buka-bukaan soal asal mula berita pengungkapan kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atauBrigadirJ
TRIBUNKALTIM.CO - Aryo Tondang, jurnalis Tribun Jambi buka-bukaan soal asal mula berita pengungkapan kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Berita bermula saat Aryo Tondang dan sejumlah jurnalis di Jambi hendak meliput kegiatan Detasemen K-9 atau polisi satwa Polda Jambi dalam menjalankan tugas negara, Sabtu (9/7/2022).
Detasemen K-9 merupakan satu bagian utama unit direktorat samapta Polda Jambi, yang memiliki delapan ekor anjing pelacak dengan delapan orang pawang. Para pawang ini memiliki pendidikan kejuruan khusus tentang anjing pelacak.
Disebutkan, delapan ekor anjing ini memiliki spesifikasi keahlian khusus, ada untuk pelacakan narotika, khusus diturunkan operasi pelacakan narkoba di bandara, pelabuhan kapal, di mall dan di jalur lintas sumatera.
Anjing pelacak narkoba ini sering juga membantu tugas BNN dalam melakukan pencarian narkoba di kampung narkoba pulau pandan Kota Jambi.
"Saat itu Kita meliput anjing pelacak detasemen K-9 di bandara," ujar Aryo Tondang kepada Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra dalam acara Wawancara Eksklusif bertajuk Jurnalis pembuka Pembunuhan Brigadir J, Selasa (23/8/2022).

Ketika tiba di terminal kargo Bandara Sultan Thaha Jambi, Aryo Tondang mendapati hal yang di luar kebiasaan. Sebabnya, sejumlah orang berkumpul.
"Ada salah satunya yang saya kenal sebagai anggota polisi. Mereka berpakaian bebas dan ramai di kargo bandara," urainya.
Aryo Tondang pun mendekat, mencoba mencari tahu ihwal keberadaan sejumlah polisi di kargo bandara.
"Saya mencari informasi, dan saya mendengar pembicaraan mereka bahwa ada anggota polisi yang meninggal," ungkapnya.
Informasi meninggalnya anggota polisi, lanjut Aryo Tondang, memicu kecurigaan dirinya dengan jurnalis lainnya.
Sebabnya, sepengetahuan dirinya bila ada anggota polisi yang meninggal dunia akan dimakamkan secara kedinasan.
"Saya sempat diskusi dengan teman jurnalis. Kesimpulan kita saat itu polisi yang meninggal dunia dari luar Jambi," paparnya seraya sempat ditanyakan seseorang mengenai keberadaan mereka di kargo bandara.
"Saya jawab kami liputan anjing pelacak. Dan orang itu akhirnya pergi," ujarnya.
Baca juga: Terbaru! Terjawab Siapa Irjen Napoleon Bonaparte Polisi dan Kasusnya, Kabar Hajar Ferdy Sambo Hoaks
Baca juga: Najwa Shihab Ikut Menyoroti Pernyataan Mahfud MD Soal DPR Diam dalam Kasus Ferdy Sambo
Aryo Tondang kemudian kembali melanjutkan kisahnya mengungkap kasus pembunuhan Brigadir J. Lantaran hanya mendapat waktu satu jam di lokasi kargo bandara, mereka akhirnya meninggalkan lokasi.
Aryo Tondang mengaku, tidak menggali lagi ihwal kabar meninggalnya anggota polisi tersebut. Ia baru kembali mendapati kabar meninggalnya anggota polisi pada Minggu (10/7/2022).
"Beredar di whatsapps group wartawan kriminal, ada polisi yang tewas di rumah Kadiv Propam," katanya.
Menurutnya, kabar itu kemudian digali lebih dalam. Sejumlah narasumber coba dihubungi Aryo Tondang.
"Minggu siang saya cari narasumber, tapi buntu. Minggu malam, saya konfirmasi ke Kadiv Humas Jambi via WA. Saya tanyakan perihal informasi yang beredar di WA bahwa ada insiden polisi mati ditembak di rumah Kadiv Propam," katanya.
"WA terlihat sudah dibaca dan tidak direspon. Saya coba kontak teman-teman jurnalis kriminal dan mereka juga belum dapat info. Lalu kemudian muncullah video korban. Ketika video saya lihat ini sadis betul, ada luka di bibir. Saya mulai penasaran dan takut juga. Saya stop mencari narasumber saat itu," ungkapnya.
Aryo Tondang kemudian mencari informasi pada Senin, 11 Juli 2022. Ia mencoba membuka jaringan di Sungai Bahar, Muaro Jambi.
"Senin, kebuntuan terpecahkan. Saya memiliki jaringan Sungai Bahar dan meminta nomor kontak keluarga korban. Akhirnya, saya mendapat nomor telp Bibi kandung korban, Rohani Simanjuntak," paparnya.
"Mungkin karena mereka ingin mengungkap, telp saya disambut baik. Saya rekam penjelasan detailnya, setelah selesai telp saya buatkan narasi beritanya. Lalu saya kirim ke grup WA redaksi," kata Aryo Tondang.
Baca juga: TERBARU Kasus Ferdy Sambo, 24 Personel Polri Dimutasi Termasuk Tersangka Bripka RR hingga Bharada E
Baca juga: Polri Bantah Video Viral Penampakan Tumpukan Uang Dollar, Disebut Milik Ferdy Sambo
Aryo Tondang mengaku, menulis hasil wawancaranya via telepon itu secara gamblang. Lokasi rumah dan TKP penembakan disebutkan secara detail.
"Saya detailkan beritanya, tapi karena ada kebijakan dari redaksi, TKP disamarkan oleh redaksi," katanya.
Sulistiono, Pemimpin Redaksi Tribun Jambi menjelaskan ihwal penyamaran lokasi penembakan Brigadir J saat itu.
"Pada saat itu Aryo menulis utuh. Tapi ketika hendak diedit, editor merasa takut sendiri. Sebabnya, berita seperti ini tidak ada konfirmasi dari kepolisian. Disebutkan lokasi berada di rumah jenderal bintang dua," ujar Sulistiono.
"Berita Aryo kemudian dishare di WA group redaksi lainnya. Ada saya dan manajer di grup itu, dan kemudian diberikan arahan, kita pastikan ke Aryo bahwa ada fakta polisi ditembak mati, terus informasi dari keluarga juga benar. Oke, karena faktanya ada, kita turunkan dengan kita samarkan rumah di Jakarta," ucapnya.
Sulistiono mengaku, dirinya kemudian mengonsolidasikan tim redaksi. Dan akhirnya memutuskan untuk menurunkan tim menuju ke rumah duka.
"Ini berita besar berskala nasional. Kita ke TKP pemakaman hari ini juga. Ini tragedi kemanusian dan tidak ada tawar-menawar soal ini. Kita cari fakta selannjutnya," kata Sulistiono.
"Kita berangkat sekitar 12.30 WIB. Saya, Aryo dan ada News Manager kami, Dedi. Perjalanan cukup lama, apalagi alamatnya kita tidak tahu persis. Dan Kita bertanya sebanyak tiga kali untuk menemukan rumah duka. Itu pun butuh waktu dua jam lebih," tuturnya.
Dua jam sejak keberangkatan, tim redaksi Jambi tiba di rumah duka. Saat itu, mereka hanya mendapati halaman sekolah SD dengan karangan bunga.
"Waktu kita datang, kita tidak menyangka bahwa mereka tinggal di rumah dinas SD. kita lihat di halaman SD ada karangan bunga, dan ternyata benar. Kita tanya ternyata sudah menuju pemakaman, kita langsung menuju pemakaman, dan hanya dikasih tahu arahnya ke sana, akhirnya kita ketemu pemakaman," ucapnya.
"Setiba di pemakaman, saya meminta Aryo untuk live streaming di lokasi pemakaman. Saya lihat suasana saat itu penuh kekecawaan. Akhirnya, kita memilih ke rumah duka dan membawa ibu Rohani di mobil kita. Kita pun ngobrol dengan Ibu Rohani," katanya.
Sulistiono menjelaskan, informasi Rohani Simanjuntak sepanjang perjalanan dari pemakaman hingga ke rumah duka coba dikonfirmasi ke ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat.
"Tapi di rumah duka ada acara adat. Kita tunggu acara adat selesai hingga menjelang Magrib.
Selesai acara kita hampiri bapak Samuel, dan beliau bersedia untuk bincang dengan kita," ujarnya.
"Sepanjang 28 menit kita bicara. Hanya setelah selesai wawancara, beliau tidak berkenan untuk ditulis. Sampai sekarang rekaman 28 menit masih saya simpan, dan tidak pernah ditulis, dipublikasikan," imbuhnya.
Selengkapnya video Wawancara Eksklusif bertajuk Jurnalis pembuka Pembunuhan Brigadir J ada di sini