Ekonomi dan Bisnis

Pengurangan Impor jadi Tawaran dalam Mencegah BBM Naik 

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran menilai pemerintah bisa mencegah kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi demi jaga pasar

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
Mobil tanki BBM milik Pertamina melintas di persimpangan kawasan Jalan Ahmad Yani, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Kenaikan BBM bisa dicegah melalui pengurangan impor barang. TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Belakangan ini muncul isu harga bahan bakar minyak atau BBM bakal naik, harga yang berlaku akan tinggi dari harga sebelumnya. 

Harga BBM di Indonesia yang disubsidi akan dikurangi oleh pemerintah, berimbas akan terjadi kenaikan harga. 

Namun banyak pengamat pasar dan pelaku usaha khawatir jika adanya kenaikan BBM terutama dalam kekuatan daya beli konsumen menjadi lesu. 

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran menilai pemerintah bisa mencegah kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jika sejak awal bersungguh-sungguh mengurangi ketergantungan impor.

Baca juga: Harga BBM Hari Ini, Senin 22 Agustus 2022, Simak Pertalite dan Pertamax untuk Wilayah Kaltim

Menurutnya, antisipasi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan akan impor BBM terbilang sangat rendah.

Padahal saat dirinya menjadi anggota Dewan Energi Nasional sudah mempersiapkan antisipasi mengurangi ketergantungan akan impor BBM.

"Namun hingga saat ini tak ada upaya signifikan dari Kementerian ESDM.

Upaya antisipasi mengurangi impor BBM harusnya dilakukan 3 tahun yang lalu.

Baca juga: Jadwal Jokowi Umumkan Harga BBM Naik, Luhut Pandjaitan Sebut Tidak Mungkin Kita Pertahankan

"Mengurangi ketergantungan impor ini wajib dilakukan karena Indonesia sudah menjadi net importir minyak," ujar Tumiran dalam keterangannya, Selasa (23/8/2022).

Ia mencontohkan, lambatnya transisi penggunaan mobil listrik di Indonesia. Bahkan industri otomotif Indonesia berbasis BBM masih terus ditingkatkan kapasitasnya.

Dengan tingginya industri otomotif berbasis BBM ini dinilai Tumiran menjadi salah satu biang kerok kenaikan konsumsi BBM subsidi di Indonesia.

Daripada sibuk impor BBM, menurut Tumiran seharusnya Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian bisa investasi beberapa triliun untuk penggembangan mobil listrik guna kurangi ketergantungan impor BBM.

Baca juga: Harga BBM Hari Ini untuk Kaltim dan Provinsi Lain, Benarkah Pertalite Rp 10 Ribu per Liter

Harusnya Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian membuat roadmap dan aksi nyata konversi mobil BBM ke listrik ini.

"Dengan mengurangi produksi mobil berbasis BBM dan mempercepat produksi kendaraan listrik," imbuh Tumiran.

Menurutnya, percepatan penggunaan dan produksi kendaraan listrik dalam negeri harus ada aksi nyatanya agar bisa tumbuh. Ketergantungan impor energi juga terjadi di LPG.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved