Berita Nasional Terkini

Usaha Tambang Anak Didatangi Mobil Polisi Berpelat Nomor Jakarta, Susno Duadji:Saya Tidak Akan Takut

Kerap berbicara soal kasus pembunuhan Brigadir J, mantan Kabareskrim Komjen (Purn) Susno Duadji mendapat teror.

YouTube Indonesia Lawyers Club
Mantan Kabareskrim Komjen Pol Purn Susno Duadji saat tampil di acara Indonesia Lawyers Club bahas tentang kasus Brigadir J. 

TRIBUNKALTIM.CO - Kerap berbicara soal kasus pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat yang diduga melibatkan melibatkan bekas Kepala Divisi Profesi dan pengamanan Polri Inspektir Jenderal (Irjen) Ferdy Sambo, mantan Kabareskrim Komjen (Purn) Susno Duadji mendapat teror.

"Baru beberapa hari lalu sejumlah anggota polisi tiba-tiba datang ke tempat usaha (pertambangan, red) anak saya di Lahat," kata Susno Duadji di kantor redaksi Tribunnews.com di Palmerah, Jakarta Selatan, Senin (22/8/2022).

Menurutnya, polisi tersebut tidak sedikit jumlahnya. Mereka datang tanpa memperlihatkan surat tugas.

"Ini pelat mobilnya dari Jakarta. Ada mobil Inafis juga," ucap Susno Duadji.

Susno Duadji lalu memperlihatkan sejumlah anggota polisi yang mendatangi usaha tambang anaknya di Lahat. Polisi ini menggunakan mobil Indonesia Automatic Fingerprint System atau Inafis pada Senin, 16 Agustus 2022.

"Kalau enggak meneror saya atau anak saya, apalagi tujuannya?" kata Susno Duadji.

Mantan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Purnawirawan Susno Duadji kini sibuk bertani usai menghirup udara bebas.
Mantan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Purnawirawan Susno Duadji kini sibuk bertani usai menghirup udara bebas. (Facebook/Susno Duadji)

Usai didatangi sejumlah polisi, Susno Duadji mengaku menghubungi Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto.

Menurut Agus Andrianto, anggota polisi yang mendatangi usaha tambang anak Susno Duadji merupakan polisi liar. Sebabnya, pihaknya tidak pernah mengirimkan anggota polisi ke usaha tambang anak Susno Duadji.

"Wah, liar itu Bang," kata Agus Andrianto kepada Susno Duadji melalui telepon.

Lalu dari mana polisi-polisi yang datang ke tempat usaha anaknya itu?

"Mungkin mereka mau meminta saya diam. Tapi saya tidak akan takut," kata Susno Duadji.

Mantan Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) itu mengaku tidak akan diam.

Baca juga: Ferdy Sambo Menangis Bertemu Kak Seto, Bahas soal Anak-anaknya: Jangan Ikuti Kesalahan Orangtua

Baca juga: Janji Ferdy Sambo Beri Kesaksian Meringankan untuk Bebaskan Bharada E, Komnas HAM: Kita Lihat Saja

Ia berjanji akan terus bersuara selama masih melihat ada ketidakadilan dalam kasus penembakan Brigadir J. Tak peduli harus menghadapi banyak teror.

"Saya ini mantan polisi, 35 tahun berkarier sebagai polisi. Sering nangkap orang. Pernah juga ditangkap. Walaupun penangkapan itu sebuah rekayasa," kata Susno Duadji seraya bercerita sewaktu akrif jadi anggota Polri pernah mengalami ketidakadilan sehingga ditangkap dan dituduh korupsi. Menurutnya, apa yang dialaminya itu hanya mengarah pada harga dirinya seorang.

"Tapi dalam kasus (Brigadir J, red) ini, rekayasanya menyangkut nyawa. Ada yang tewas. Ada keluarga yang kehilangan anaknya. Saya enggak bisa terima yang seperti ini. Karena itu saya akan terus bersuara. Saya tidak akan takut dengan teror-teror seperti itu," tegas Susno Duadji.

Sebelumnya diberitakan, Susno Duadji membongkar kekuasaan Ferdy Sambo.

Bahkan Susno Duadji berani membeberkan asal kekuasaan tersangka FS.

Mantan Kabareskrim Komjen Pol (Purn) Susno Duadji tak heran dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Kemanan (Menkopolhukam) Mahfud MD tentang adanya kerajaan Ferdy Sambo di internal Polri.

Susno Duadji menilai, kekuasaan Ferdy Sambo besar karena memiliki posisi yang strategis dan bisa saja disalahgunakan untuk membangun jaringan.

Berikut alasan mengapa Irjen Ferdy Sambo memiliki kuasa besar :

1. Memiliki posisi strategis

Sebagai orang nomor 1 di Divisi Propam, Irjen Ferdy Sambo memiliki posisi strategis dan bisa menunjuk orang yang diinginkan.

Cara yang dilakukan dengan menunjuk berdasarkan like dan dislike (suka atau tidak suka) seseorang yang bisa menempati posisi tertentu.

"Berarti orang yang ditempatkan dengan rekomendasinya (Ferdy Sambo-red) kan bisa menjadi jaringan dia. Kekuasaannya besar sekali," terang Susno dikutip dari wawancara di iNews Sore yang tayang, Kamis (18/8/2022).

2. Jabatan Kadiv Propam Bisa Tentukan Hitam Putihnya Orang

Susno Duadji juga mengurai posisi Ferdy Sambo dari struktur organisasi jabatan dan kepangkatan.

Dari struktur organisasi jabatan dia seorang bintang jenderal dua, sedangkan dari struktur posisi di jabatan.

Artinya ia bukan sembarang jenderal bintang dua.

"Dia kan kepalanya atau bosnya polisinya polisi," sebut Susno.

Menurutnya, Propam membawahi pengamanaan internal, provos sehingga semua polisi yang bersalah, melanggar kode etik, disiplin dan pidana dia yang menangani.

Dia juga yang akan memilih mana kasus yang bisa dipidanakan. "Dia bisa menentukan hitam putihnya orang," ucap Susno.

Dikatakan Susno, seseorang mulai pangkat jenderal ke bawah bisa dicopot jabatannya karena peran Ferdy Sambo sebagai Kadiv Propam.

3. Terlalu Lama Pegang Jabatan Kadiv Propam

Kenapa Ferdy Sambo begitu kuat?

Menurut Susno, selain karena posisinya, faktor lain karena dia cukup lama memegang jabatan itu sehingga sangat mungkin membuat jaringan.

"Orang lama satu jabatan, dia bisa mengatur, mengusulnya si A di sini si B disini. Ya bisa kuat karena jaringannya bisa dimana-mana," katanya.

Diketahui Irjen Ferdy Sambi dimutasi dari Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri menjadi Kadiv Propam melalui dalam Surat Telegram Nomor ST/3222/XI/KEP/2020 tanggal 16 November 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan di Lingkungan Polri.

Ferdy otomatis mendapat tambahan satu bintang di pundaknya menjadi inspektur jenderal.

Dalam telegram tersebut diteken Asisten SDM Polri saat itu, Irjen Sutrisno Yudi Hermawan, Ferdy resmi menggantikan Irjen Ignatius Sigit Widiatmono yang meninggal dunia akibat penyakit komplikasi.

4. Kantongi Rahasia Polisi

Susno juga mengakui jika Ferdy Sambo mengantongi rahasia atau hal lain di Polri.

"Itu jelas, dia mengantongi. Tapi untuk siapa dan jabatan apa. Tapi dia tidak bisa mencopot atau menghukum, harus lapor ke Kapolri. Tergantung Kapolri percaya atau tidak sama laporannya. Di-kros cek atau tidak laporannya," tukasnya.

Dihalang-halangi Orang Dekat Ferdy Sambo

Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, penanganan kasus pembunuhan Brigadir Novriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J dihalang-halangi orang-orang terdekat Irjen Pol Ferdy Sambo.

Hingga Kapolri Listyo Sigit Prabowo pun juga merasa kesulitan mengungkap kasus ini.

Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dalam keterangan tertulis yang dikutip dari Kompas Tv, Jumat (19/8/2022).

"Kasus Sambo ini disembunyikan dari Kapolri oleh orang-orang Sambo, sehingga Kapolri agak lambat.

Kenapa Kapolri itu tidak selalu mudah menyelesaikan masalah padahal secara formal ia menguasai, tapi ada kelompok-kelompok yang menghalangi termasuk kasus ini kan," kata Mahfud MD.

Menurutnya, kuasa dari orang-orang di sekitaran Ferdy Sambo menjadi penghambat dalam proses pengungkapan kasus pembunuhan Brigadir J.

"Yang jelas ada hambatan-hambatan di dalam secara struktural. Karena ini tak bisa dipungkiri ada kelompok Sambo yang seperti menjadi kerajaan Polri sendiri di dalamnya."

"Seperti sub-Mabes (Polri) yang sangat berkuasanya," kata Mahfud MD kepada mantan anggota DPR, Akbar Faizal dalam kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored sebagaimana dikutip, Kamis (18/8/2022).

Baca juga: ALASAN Putri Candrawathi tak Ditahan Meski Tersangka, Diam-diam Istri Ferdy Sambo Diperiksa 3 Kali

Mahfud MD menyebut orang-orang Sambo yang berkuasa inilah yang membuat pengusutan kasus tewasnya Brigadir J menjadi lama.

"Ini yang halang-halangi sebenarnya, kelompok ini yang jumlahnya 31 orang ini. Dan sudah ditahan," tuturnya.

Bahkan, kata Mahfud, Kapolri juga disebut olehnya sempat kesulitan mengungkap kasus lain yang menyeret personel Polri.

Ia mengungkapkan hal seperti ini dapat terjadi lantaran adanya kelompok-kelompok punya kuasa.

Masih dalam video itu, Mahfud MD mengatakan, Ferdy Sambo ternyata ditakuti di internal Polri bahkan jenderal bintang tiga disebut takut terhadap mantan Kapolres Purbalingga ini.

"Saya juga dengar, pada takut kan (dengan Sambo). Bahkan, bintang tiga pun enggak bisa lebih tinggi dari dia. Meskipun secara struktural iya," ujarnya.

Baca juga: SOSOK Putri Candrawathi Tersangka Pembunuhan Brigadir J, Istri Ferdy Sambo Terancam Hukuman Mati

Pengakuan Ferdy Sambo

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) blak-blakan tentang isi pemeriksaan kasus Ferdy Sambo.

Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik menjelaskan jika Ferdy Sambo mengakui menjadi otak pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Hal tersebut diungkap Ahmad Taufan Damanik dalam wawancara yang tayang di YouTube Narasi Newsroom, pada 18 Agustus 2022.

Selain mengaku menjadi otak pembunuhan, Komnas HAM juga mendapatkan info jika Bharada E melihat Ferdy Sambo melakukan penembakan pada Brigadir J.

"Untuk saudara FS ini setidaknya ia mengakui dua hal, yang pertama ia mengakui otak pembunuhan atau penembakan Brigadir Yosua.

Kedua dia mengakui dia otak yang merancang Obstruction of justice dengan misalnya mengubah TKP, menghilangkan beberapa barang bukti seperti decoder CCTV, termasuk mengkondisikan supaya orang-orang yang menjadi saksi kunci memberikan keterangan sesuai dengan skenario yang ia buat," jelas Ahmad Taufan.

Masih dalam keterangan Ahmad Taufan, FS mengakui telah menyiapkan segalanya untuk menyempurnakan skenario seolah-olah ada baku tembakan sehingga secara langsung mengakui menembak Brigadir J.

"Dia tidak secara terbuka mengakui itu (menembak Brigadir J), tapi dia katakan dia yang perintahkan," jelas Ahmad Taufan.

Baca juga: TERBONGKAR Bukti yang Buat Putri Candrawathi Susul Ferdy Sambo Jadi Tersangka Pembunuhan Brigadir J

Namun saat Komnas HAM memeriksa Bharada E, mendapat informasi jika dirinya melihat Ferdy Sambo ikut menembak Brigadir J.

"Sebaliknya saat Richard (Bharada E) mengakui bahwa pak FS ini melakukan penembakan, dua penembakan ke Yosua. Kemudian setelah itu dia (FS) memanggil KM, RR, dan Richard itu untuk dia kasih arahan. Bahwa kalian harus melakukan ini dan ini," lanjut Ahmad.

Rekaman CCTV juga ternyata sudah diatur oleh Ferdy Sambo.

"Saat Ibu PC pergi, dia ada di belakang seolah-olah mau pergi ke tempat lain terus dia balik. Sebenarnya itu dia skenariokan untuk melakukan eksekusi terhadap Yosua," lanjutnya.

Komnas HAM masih kurang yakin jika penembakan dilakukan oleh Bharada E sendirian.

Pasalnya, Komnas HAM menemukan ada luka peluru yang datang dari arah berbeda.

"Artinya tidak mungkin orang yang sama berbolak-balik ke tempat lain untuk melakukan penembakan," jelas Ahmad lagi.

Ahmad juga merasa ada indikasi peluru yang berbeda.

"Sangat mungkin terjadi dilakukan lebih dari satu orang," lanjutnya.

Hingga saat ini, Ferdy Sambo belum mengatakan secara langsung jika dirinya ikut menembak Brigadir J.

Ferdy Sambo hanya terus terang akan bertanggung jawab atas kematian Brigadir J. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Susno Duadji Ungkap 4 Alasan yang Bikin Irjen Ferdy Sambo Bisa Punya 'Kerajaan' di Polri, https://www.tribunnews.com/nasional/2022/08/19/susno-duadji-ungkap-4-alasan-yang-bikin-irjen-ferdy-sambo-bisa-punya-kerajaan-di-polri?page=all

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved