Berita Kutim Terkini

Jumantik Anak Sekolah, Program Dinkes Kutim Cegah Demam Berdarah Dengue

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), memiliki program khusus untuk mencegah pengakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/SYIFA'UL MIRFAQO
Anak-anak sekolah dasar di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur. TRIBUNKALTIM.CO/SYIFA'UL MIRFAQO 

TRIBUNKALTIM.CO,SANGATTA- Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), memiliki program khusus untuk mencegah pengakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Program ini disebut Juru Pemantau Jentik atau Jumantik ini memanfaatkan peran anak-anak sekolah untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan terdekat.

Demikian disampaikan Kabid pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) Dinkes Kutim, Muhammad Yusuf saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (28/9/2022).

"Wilayah Puskesmas Sangatta Utara sudah membentuk Jumantik Anak Sekolah yang bekerjasama dengan UPT Pendidikan, dan Guru UKS Sekolah," ujarnya.

Dirinya mengaku, idealnya penerapan Jumantik ada satu orang di dalam satu rumah untuk mengawasi keberadaan sarang nyamuk.

Baca juga: Kasus DBD di Kutai Timur Meningkat, Dinkes Catat Sudah Ada Satu Kasus Kematian di Tahun 2022

Baca juga: Tekan Kenaikan DBD di Balikpapan, Dinkes Sosialisasi dan Distribusikan Larvasida hingga Kelambu Air

Baca juga: 6 Gejala Demam Berdarah yang Perlu Anda Waspadai dan Cara Penanganan DBD pada Anak dan Orang Dewasa

Namun Dinkes Kutim masih terlalu berat untuk menerapkan Program Jumantik secara ideal sehingga peran anak sekolah dirasa sudah cukup efektif dan efisien.

Oleh karenanya, program ini akan terus diterapkan secara meluas di berbagai sekolah yang ada di Kabupaten Kutim.

"Belum lama kita melaksanakan pembinaan Jumantik Anak Sekolah di SDN 011 Sangatta Utara, anak-anak kita latih untuk kemudian akan ditindaklanjuti oleh pengelola program," ucapnya.

Peran Jumantik yakni melakukan pengawasan secara berkala terhadap jentik-jentik nyamuk di tempat-tempat yang menampung air.

Bisa dimulai dari lokasi terdekat dari rumah si anak, semisal mengawasi dua hingga lima rumah di sekeliling rumahnya.

Nantinya, anak yang menemukan tempat-tempat penampung air yang berjentik, akan menerapkan langkah-langkah 3M, lalu melaporkannya ke guru UKS.

"Ini dikatakan efektif dan efisien karena anak sekolah kelas tiga hingga kelas lima cukup melakukan pengawasan di sekitar rumahnya masing-masing setiap seminggu sekali," ujarnya.

Baca juga: Kasus DBD Tertinggi Ada di Balikpapan Selatan, Dinkes Antisipasi Penyediaan Faskes

Dapat dikatakan sebuah kawasan tersebut bisa meminimalisir penyakit DBD apabila angka bebas jentiknya berada di angka 95 persen ke atas.

Oleh karenanya, dengan program ini, tentu bisa meminimalisir keberadaan jentik nyamuk yang merupakan media penular penyakit DBD.

"Mudah-mudahan anak-anak kita aktif melakukan Jumantik, sehingga DBD bisa kita cegah," ucapnya. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved