Tragedi Arema vs Persebaya

Komnas HAM Ungkap Hasil Temuan soal Tragedi Kanjuruhan: Aremania Tak Berniat Ricuh

Komnas HAM ungkap hasil temuan soal Tragedi Kanjuruhan: Adanya pelanggaran HAM hingga pertanyakan gas air mata.

AFP/STR
Dalam foto yang diambil pada 1 Oktober 2022 ini, sekelompok orang menggendong seorang pria usai pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. - Sedikitnya 127 orang tewas di sebuah stadion sepak bola di Indonesia pada akhir 1 Oktober ketika para penggemar menyerbu lapangan dan polisi merespons dengan gas air mata, yang memicu penyerbuan, kata para pejabat. (Photo by AFP) 

“Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang. Itu suasana masih terkendali, walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan,” kata Choirul Anam, Rabu (5/10/2022), dikutip dari Kompas.com.

“Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain ini bilang tidak ada kekerasan terhadap mereka," tegasnya.

“Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami,” imbuhnya.

Diketahui, awalnya ada dua Aremania yang turun ke lapangan setelah laga berakhir.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menjenguk korban luka tragedi Stadion Kanjuruhan, Minggu (2/10/2022).
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menjenguk korban luka tragedi Stadion Kanjuruhan, Minggu (2/10/2022). (Dokumen Humas Polri)

Aksi keduanya itu kemudian diikuti suporter dari tribun lain yang diduga menjadi alasan aparat meningkatkan keamanan.

Namun, Choirul Anam mengungkapkan, saat para suporter turun ke lapangan, tidak terjadi ricuh sama sekali.

Bahkan, ia menyebut situasi masih terkendali, meski banyak Aremania turun untuk memberi dukungan pada pemain Arema FC.

2. Penyebab ratusan korban tewas

Lebih lanjut, Choirul Anam juga membeberkan soal kondisi jenazah korban Tragedi Kanjuruhan yang menunjukkan indikasi penyebab kematian.

Informasi soal jenazah korban Tragedi Kanjuruhan didapatkan Komnas HAM dari pihak keluarga, Aremania, ataupun relawan.

Choirul Anam mengungkapkan, banyak jenazah yang kondisi wajahnya biru dan matanya merah.

Kondisi ini, kata Choirul Anam, kemungkinan besar disebabkan karena kekurangan oksigen dampak dari gas air mata yang ditembakkan polisi.

"Kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru, jadi muka biru ini banyak. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa," terang Anam, dilansir Tribunnews.com.

Selain itu, ia juga menjelaskan karakter luka korban yang mengalami luka-luka.

Menurut Choirul Anam, mereka mengalami kondisi luka yang bermacam-macam diantaranya patah kaki, patah rahang, dan memar.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved