Berita Internasional Terkini

Tiga Tokoh yang Jadi Sorotan Dunia: Dari Zelenskyy, Anwar Ibrahim hingga Anies Baswedan

Tiga tokoh yang jadi sorotan dunia. Dari Presiden Ukraina Zelenskyy, tokoh Malaysia Anwar Ibrahim hingga Anies Baswedan.

Kolase Tribunkaltim.co
Zelenskyy, Anwar Ibrahim dan Anies Baswedan - Tiga tokoh yang jadi sorotan dunia. Dari Presiden Ukraina Zelenskyy, tokoh Malaysia Anwar Ibrahim hingga Anies Baswedan. 

Ia kemudian terus berkibar menjadi gubernur sampai menjadi senator. Ia memenangkan Pilpres dan dilantik pada Juni 2022.

Jalan karir yang ditempuh Bongbong, sangat berbeda dengan Anwar yang penuh dengan pengorbanan dan penderitaan yang dilakukan oleh orang dan partai yang pernah menjadi tempat ia mengabdi.

Selain Bongbong tokoh ASEAN lainnya yang sering diberitakan adalah Maha Vajiralongkorn, raja Thailand yang kesepuluh dari Dinasti Chakri.

Ia adalah putra satu-satunya dari Bhumibol Adulyadej, Raja Thailand sebelumnya, dan Ratu Sirikit.

Baca juga: Usung Anies Baswedan jadi Capres di Pilpres 2024, Tiga Menteri Nasdem Ditendang dari Kabinet Jokowi?

Apa yang menghiasi berita Vajiralongkorn tak lain adalah kegemarannya dengan berbagai wanita yang dijadikan isterinya, dan bahkan mempunyai selir sekitar 20 orang.

Kekakayaannya yang luar biasa, dan gaya hidupnya yang tidak biasa, walaupun mejadi berita, sama sekali tak berpengaruh terhadap orang lain, kecuali sebagian rakyat Thailand yang mungkin diam-diam marah atau putus asa.

Apa yang istimewa tentang Anwar ibrahim adalah keteguhan hatinya untik setia dengan apa yang diyakininya, sehingga membuatnya harus menunggu selama 25 tahun untuk dapat menjadi Perdana Menteri Malaysia.

Yang disebut dengan menunggu untuk Anwar adalah pengalaman respresif pemerintah yang berkuasa untuk dirinya, yang terjadi secara berkelanjutan selama lebih dari dua dekade.

Tidak cukup dengan hukuman penjara selama dua kali, alasannya juga tak lebih dari sebuah fabrikasi canggih yang disebut dengan “liwath”-homoseksual, sebuah tuduhan keji yang dipelopori oleh mentornya -Datuk Mahathir Muhammad.

Tak cukup dengan tuduhan hina dan 10 tahun penjara, ia juga dipukuli dan diperlakukan dengan sangat kasar oleh Kepala Polisi Malaysia-tentu saja atas restu Mahathir.

Baca juga: Usung Anies Baswedan jadi Capres di Pilpres 2024, Tiga Menteri Nasdem Ditendang dari Kabinet Jokowi?

Kelebihannya, ia tidak mendendam, dan bahkan kepada Mahathir yang sempat berbaikan sebentar, untuk kemudian menipunya kembali.

Walaupun konteksnya sangat berbeda, banyak pihak melihat ada kesamaan antara Anwar dan Nelson Mandela, dan yang paling mendasar adalah kedua mereka sangat yakin dan parçaya terhadap apa kata nurani mereka tentang keadilan dan nasib bangsanya.

Untuk itu mereka harus membayar mahal, penjara dan musuh kekuasaan hampir untuk selamanya. Mereka mesti menunggu dengan segala perjuangan untuk memimpin bangsanya, utamanya dalam penjara, 27 tahun untuk Mendela, dan 25 tahun untuk Anwar Ibrahim.

Anwar adalah pribadì yang unik, dan ia adalah pembelajar yang tangguh.

Dengan modal sarjana sastera Melayu dari Universitas Malaya ia menjadi seorang “ulama sekolahan” yang mampu berdiskusi tentang konsep negara dan ummah dari para pemikir besar islam seperti Hassan Al-Banna-pendiri Ikhawanul Musilimin, dan Sayid Qutb -pemikir Mesir, dan Abu al-Ala al-Maududi, ulama dan pemikir politik Islam Pakistan, dan bahkan ajaran-ajaran Ayatollah Khomaini.

Anwar sangat sadar tentang apapun yang dia dapatkan dari mereka, dia tetaplah seorang putera Melayu dengan segala realitas yang ada, mulai dari ketertinggalan bangsa melayu, realitas negara multi etnis Malaysia, dan tantangan modernitas dan masa depan negerinya.

Melihat kepada sekolahnya dan latar belakang organisasi yang digelutinya-ia adalah ketua Angkatan Belia Islam Malaysia, sulit membayangkan ia menjadi pemikir dan pekerja politik multi talenta.

Baca juga: Jokowi Jagokan Capres Rambut Putih, Anies Baswedan Sindir Pemimpin Tak Tepati Janji

Sebelum ia menjadi Wakil Perdana Menteri, Anwar menjabat beberapa kementerian; pemuda dan Olahraga, Pertanian, Pendidikan, dan Keuangan dengan prestasi yang gemilang.

Kini apa yang menjadi catatan yang sangat penting untuk seorang Anwar adalah tantangan keberlanjutan sebuah koalisi baru-Pakatan Harapan- yang ia dirikan bersama Lim Guan Eng, Chong Chieng Jen, dari Partai Aksi Demokrasi.

(DAP)-partai mayoritas Cina, dan M Kulasegaran, seorang etnis Tamil yang juga bergabung dengan Partai Aksi Rakyat Malaysia (DAP).

Koalisi partai multi etnis yang didirikan pada tahun 2015 adalah sebuah alternatif terhadap Barisan Nasional yang dipelopori oleh pendiri UMNO dan founding fathers Malaysia sepert Tungku Abdurrahman, Tun Abdur Razak, dan Datok Husein On.

Koalisi ini terdiri dari UMNO, MCA- partai mayoritas Cina, dan Kongres India Malaysia (MIC).

Koalisi Barisan Nasional yang telah berusiasekitar 50 tahun dalam perjalanannya, berhasil membawa kemajuan Malaysia, yang bahkan secara pertumbuhan ekonomi pernah mengalahkan Indonesia.

Namun dalam dua dekade terakhir, koalisi ini telah berkarat, rapuh, dan koruptif. Sekalipun gejala korupsi Malaysia telah mulai terjadi pada masa-masa akhir Mahathir.

Puncaknya terjadi pada kasus korupsi IMDB perdana Menteri Najib Razak, yang terkenal dengan korupsi 700 juta dolar AS yang menyebabkan ia dihukum 12 tahun penjara.

Publik Malaysia kemudian terbelah, awalnya etnis Melayu sangat sulit memihak kepada Anwar, termasuk etnis Cina dan India, namun pada pemilu bulan lalu kondidi itu berubah.

Pakatan Harapan memenangkan 82 kursi mengalahkan Barisan Nasional yang hanya mendapat 30 kursi.

Alternatif koalisi lain yang dibentuk oleh mantan PM Muhyidin Yasin dan disokong oleh Mahathir hanya mendapatkan 74 kursi.

Ini artinya, sekalipun bukan mayoritas, gagasan Anwar Ibrahim untuk membawa Malaysia masa depan via Pakatan Harapan telah menjadi biduk percobaan baru negara multi etnis untuk bangkit menuju Malaysia baru di bawah kepemimpinan Anwar Ibrahim.

Baca juga: Hasil Survei Pilpres 2024, Ganjar Pranowo Tak Tertandingi, Anies Baswedan dan Prabowo Bersaing Ketat

Anies Baswedan

Jika Anwar Ibrahim layak menjadi tokoh ASEAN tahun ini, dan bahkan dapat menjadi isnpirasi bagi banyak politis dan anak muda, apakah Anies Baswedan layak dinobatkan sebagai tokoh Indonesia 2022?

Kecuali pemberitaan tentang Jokowi yang setiap hari menghiasi jagat media nasional, pemberitaan tentang Anies Baswedan tehutung cukup banyak dan bahkan mengalahkan sejumlah calon presiden yang telah mulai disebut akhir akhir ini.

Menggunakan indikator mesin pancarı Google yang mungkin lebih bernuansa pendekatan pukul rata, atau bisa saja disebut tidak objektif, Anies Baswedan menjadi berbeda dari yang lain.

Ketika nama-nama capres diketik pada Google, maka kisaran entri yang keluar adalah, Anies 45.300.000 - , Prabowo 24.500.000; Ganjar 20.000.000; Ridwan Kamil 18.200.000; dan Puan Maharani 4.500.000.

Ketika nama Cawapres diketik maka urutan entrinya menurut Google adalah AHY 19.700.000; Erick Thohir, 9.520.000;Khofifah, 7.540.000; dan Muhaimain 4.080.000.

Tanpa angkapun sebenarnya Anies layak disebut sebagai tokoh tahun ini, karena ia memang menjadi perdebatan nasional yang tiada henti, baik yang menyebutnya sebagai bahaya bahkan ancaman Indonesia masa depan, ataupun penyelamat Indonesia masa depan.

Baca juga: Tengok Cara Anies Baswedan Sindir Jokowi, Respon Kode Capres Rambut Putih Jelang Pilpres 2024

Perdebatan Anies yang pada awalnya lebih berasosiasi dengan pemilihan Gubernur DKI pada tahun 2017, segera setelah itu terjungkit ke level nasional.

Ia dianggap berbeda dari hampir seluruh gubernur yang tidak berani mengatakan “tidak” dengan cara sopan terhadap kebijakan pemerintah pusat.

Segera saja ia menjadi alternatif atau bahkan antitesis terhadap model kepemimpinan dan pendekatan Prisiden Jokowi.

Kecurigaan publik tentang ada kekuatan lain yang terkait dengan pemerintahan, terutama aliansi antara oligarki dengan kekuasaan terlihat dengan kasat mata terlihat ketika Anies membatalkan reklamasi teluk Jakarta.

Ia membuktikan dirinya tak salah ketika berbagai perangkat hukum yang ada membuktikan keputusannya itu benar.

Pemerintah pusat melalui beberapa Menteri segera menunjukkan ucapan dan bahasa tubuh yang dilihat oleh publik sebagai refleksi ketidaksenangan terhadap Anies.

Ketokohan Anies untuk tahun 2022 segera tersimpulkan ketika ia mengakhiri masa jabatnnya dengan selamat, di tengah berbagai hambatan struktural yang dihadapinya, baik secara politik maupun pemerintahan.

Adalah penting menggunakan kata selamat, karena ia harus berjuang sendiri, tanpa ada “beking” yang kuat dari pemerintah pusat.

Hanya karena ia mampu membangun koalisi dengan sebagian partai yang tidak mendukungnya dalam Pilgub DKI yang membuat ia selamat dari berbagai upaya pelemahannya yang diprakarsai oleh fraksi PDI Perjangan dan partai PSI di Jakarta.

Baca juga: Tengok Cara Anies Baswedan Sindir Jokowi, Respon Kode Capres Rambut Putih Jelang Pilpres 2024

Pengamatan berbagai kejadian yang dihadapi Anies di Jakarta menunjukkan seolah ada sebuah “axis”- sumbu yang memperlihatkan indikasi persekongkolan antara sebuah partai yang hampir dipastikan dibiayai oleh oligarki yang disandingkan dengan mesin propaganda Cokro TV yang khusus ditujukan untuk pembusukan Anies Baswedan di mata publik.

Uniknya banyak pihak melihat bebagai pentolan di saluran itu adalah para buzzer yang mempunyai gelombang yang sama dengan elit kekuasaan yang lebih tinggi.

Apa yang mejadi variabel yang berkontribusi besar terhadap ketokohan Anies pada tahun 2022 adalah sikap rendah hati, kesantunan, dan senyumnya yang tak pernah lepas baik terhadap pujian maupun cacian yang dialamatkan kepadanya.

Anies kemudian menjadi contoh bagaimana sebuah interaksi persuasif dan tidak reaktif adalah kunci untuk mendapatkan simpati, dan bahkan dapat merobah lawan menjadi kawan.

Politik dan kepemimpinan Anies adalah sebuah kombinasi yang sangat sarat dengan sebuah formula unik yang mengedepankan prinsip dan “soft power”.

Ia mempunyai keyakinan pada visi dan misinya, dan ia juga mengerjakan apa yang diyakininya dengan cara yang sangat sopan dan persuasif, bahkan ketika ia dicerca dan dimusuhi sekalipun.

Publik Jakarta mungkin ingat sekali dengan karakter Ahok yang marah 24 jam dibandingkan dengan Anies yang senyum 24 jam. Dengan senyum itu pula sejumlah prestasi penting dicapainya, dan bahkan diakui secara internasional.

Salah Satu poin penting yang membuat Anies layak disebut sebagai tokoh 2022 adalah terjawabnya teka teki tentang ketidaksukaan presdien Jokowi terhadap Anies. Pada awalnya observasi itu samar-samar, namun kini semakin nampak.

Baca juga: Hasil Survei Elektabilitas Ganjar Pranowo Semakin Melejit, Prabowo dan Anies Baswedan Tertinggal?

Terlepas dari kasus “pecah kongsi “ koalisi dengan Surya Paloh , karena Nasdem menjagokan Anies, ketidaksukaan Jokowi juga nampak dalam sambutannya pada HUT Golkar yang menggunakan istilah jam terbang-untuk Anies dan sembrono-untuk Surya Paloh dan Nasdem.

Ketidaksukaan Jokowi terhadap Anies juga sangat kentará, ketika ia hanya menyebutkan signal ok secara terbuka kepada dua calon presiden, Ganjar dan Prabowo, dalam kesempatan yang terpisah.

Ia tak pernah menyebut nama Anies, mantan jurubicara Tim Pemangan Jokowi -JK itu sebagai calon presiden. Sikap itu tentu saja pilihan politik presiden Jokowi, namun pesan yang dikirmikan sangat jelas.

Ketika Jokowi memberikan sambutan pada Munas Hipmi Jokowi memberikan wanti-wanti untuk tidak menggunakan politik identitas, itu juga diasosiasikan dengan Anies.

Hal itu ditegaskan lagi dalam acara Konsolidasi Bawaslu, Sabtu (17/12/2022). Ucapan itu sebenarnya sangat mirip dengan apa yang terus menerus disuarakan para buzzer yang ditujukan kepada Anies selama ini. (*)

PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Tokoh Tahun Ini: Zelensky, Anwar Ibrahim, dan Anies Baswedan, https://aceh.tribunnews.com/2022/12/30/tokoh-tahun-ini-zelensky-anwar-ibrahim-dan-anies-baswedan?page=all

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved