IKN Nusantara

Badan Siber Bangun Pusat Data di IKN Nusantara, Jaringan Tertutup dan Terenkripsi

Badan Siber dan Sandi Nasional bangun pusat data di IKN Nusantara, jaringan tertutup dan terenkripsi

Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Faizal Amir

Terkait hal ini, menyebut suatu kota sebagai smart city bukan hanya dilihat dan dinilai dari seberapa banyak orang menggunakan teknologi digital.

“Jadi kota yang sudah menerapkan teknologi terus langsung dibilang smart city gitu ya tidak, itu terlalu prematur,” jelas Andy.

Adapun cara untuk mengukur seberapa cerdas suatu kota bisa dilakukan adalah dengan melihat tingkat efisiensi dan efektifitas kota tersebut dalam menyelenggarakan pelayanan untuk masyarakat.

Dalam hal ini dibutuhkan indeks kedewasaan atau maturity index guna menilai seberapa bijak sebuah kota dalam menggunakan teknologi digital yang dimiliki.

Misalnya, dengan melihat seberapa banyak teknologi digital yang digunakan untuk mendukung e-commerce masyarakat atau UMKM.

Kemudian juga harus melihat berapa besar pertumbuhannya dan berapa luas jangkauannya kepada kelompok rentan.

“Sekarang kalau masyarakat miskin akses ke gadget kan terbatas, kuotanya juga terbatas.

Kalau begitu, apa yang disebut dengan kota cerdas jika anak miskin tidak bisa sekolah dengan akses yang layak?

Kan tidak seperti itu,” jelas Andy.

“Bukan pula berarti CCTV dipasang di sejumlah 2.000 titik terus jadi cerdas.

Cerdas itu dengan CCTV sebanyak 2.000 lalu diukur tingkat kejahatannya berkurang drastis sebesar 50 persen.

Nah itu baru benar,” tambah Andy.

Perlu diingat, konsep smart city memiliki tujuan utama, yakni untuk melihat sebuah kota dengan masyarakat yang sejahtera.

Dengan demikian, konsep smart city harus mencakup kebermanfaatan dan pemerataan.

Artinya, seluruh pelayanan yang diberikan harus sampai ke semua lapisan, baik miskin maupun kaya, tua maupun muda. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved