IKN Nusantara

Proyek IKN Nusantara Capai 25 Triliun, Sektor Konstruksi dan Produsen Semen Untung

Proyek IKN Nusantara capai 25 triliun, sektor konstruksi dan produsen semen untung

Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Sandrio

TRIBUNKALTIM.CO - Emiten konstruksi dan semen masih prospektif di 2023. Potensi sektor ini terdorong oleh sentimen Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara di Kalimantan Timur.

Sebagai informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan sebanyak 29 paket dari 34 paket proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah terkontrak.

Dilansir dari Kontan, nilai kontrak mencapai Rp 25 triliun.

Kementerian PUPR pun telah menyusun rencana/tahapan pembangunan infrastruktur dasar di IKN Nusantara periode 2022-2024 dengan total anggaran sebesar Rp 43,73 triliun.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menilai fokus pemerintah pada pemerataan infrastruktur dan pembangunan infrastruktur Ibu Kota Nusantara berpotensi mendorong perbaikan kinerja keuangan atau peningkatan kinerja keuangan dari emiten konstruksi dan semen.

Menurut Rio, sentimen tersebut berpotensi mendorong peningkatan perolehan kontrak baru bagi emiten konstruksi.

"Menyusul strategi sejumlah emiten sektor konstruksi adalah upaya divestasi, restrukturisasi utang, dan penambahan modal dari emiten tersebut," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (17/1).

Nah, seiring dengan potensi kenaikan perolehan kontrak baru di sektor konstruksi diperkirakan dapat meningkatkan kinerja keuangan sektor penunjang konstruksi.

Utamanya, produsen semen dan beton di 2023 dan tahun-tahun berikutnya.

Baca juga: Kementrian PUPR Punya 40 Proyek Konstruksi di IKN Nusantara, Totalnya Rp 25 Triliun

Baca juga: Dukung Pembangunan IKN Nusantara, Komunitas Melayu-Banjar Bertemu Langsung Jokowi

Selain IKN, kedua konstruksi dan semen prospeknya didorong persiapan dalam tahun politik 2024.

Menurutnya, hal tersebut berpotensi mengakselerasi realisasi proyek infrastruktur di 2023 dan 2024.

"Hal ini berpotensi mendorong kinerja keuangan sejumlah emiten pada sub-sektor building construction dan sektor semen," katanya.

Dia pun menilai sektor-sektor tersebut masih menarik untuk dilirik, meskipun tetap dibayangi peningkatan inflasi dan suku bunga acuan yang cenderung tinggi.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menambahkan, sentimen negatif lainnya dari sektor tersebut adalah pelemahan kurs rupiah.

Hal itu berpotensi mengakibatkan kenaikan biaya operasional untuk perusahaan konstruksi.

"Sekarang kurs sudah apresiasi jadi tidak berlaku," katanya.

Namun, secara umum kedua analis menilai prospek emiten konstruksi dan semen masih menarik diperhatikan. Rio menuturkan kecenderungan untuk sentimen pendukung lainnya lebih besar dibandingkan sentimen kenaikan suku bunga acuan.

"Ini mengingat sejumlah emiten konstruksi sudah memperoleh realisasi dari pengerjaan proyek infrastruktur serta memperoleh kontrak baru, termasuk IKN," sambung dia.

Rio pun menilai saham PTPP menarik untuk diperhatikan. Dijelaskannya, secara rasio harga, PTPP diperdagangkan dengan price to book value (PBV) sebesar 0,35 kali di Senin (16/1). Rasio PBV dari PTPP relatif lebih rendah dibandingkan PBV Sektor Infrastruktur sebesar 1,19 kali per Desember 2022.

Sebetulnya, BUMN Karya lainnya juga memiliki PBV di bawah rata-rata industrinya. Hanya saja, berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga 2022, PTPP dilihat lebih baik dengan mencatatkan net profit margin (NPM), return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan debt to equity ratio (DER) yang lebih baik dibandingkan lainnya. (*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved