Berita Balikpapan Terkini

Pertahankan Populasi, Sapi di Kutai Timur Bakal di Inseminasi Buatan

Dari total 19 ribu ekor sapi di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), sebanyak 6.000 di antaranya telah mendapatkan vaksinasi.

Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Aris
HO/Distanak Kutim
Kegiatan pengecekan kesehatan sapi oleh Distanak di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutim. (HO/Distanak Kutim) 

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Dari total 19 ribu ekor sapi di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), sebanyak 6.000 di antaranya telah mendapatkan vaksinasi.

Vaksinasi tersebut merupakan pencegahan terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang belakangan marak menjangkiti sapi.

Bahkan hingga akhir tahun 2023, pemerintah masih belum memperbolehkan bibit sapi dari luar daerah untuk masuk ke Kutim.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kutim, Dyah Ratnaningrum mengatakan bahwa pihaknya tengah berupaya mempertahankan populasi sapi di daerah.

Baca juga: Pasca Penertiban, Satpol PP Kutim Pastikan Pedagang Pasar Tak Berjualan di Badan Jalan Lagi

Beberapa opsi telah dipertimbangkan, salah satunya adalah inseminasi buatan (IB) yang akan dilakukan secara massal di Kutim.

“Tahun ini kita belum ada peluang untuk mendatangkan bibit sapi, karena PMK beberapa waktu lalu," ujarnya pada TribunKaltim.co.

Inseminasi buatan sendiri adalah teknik mengawinkan ternak dengan memasukkan semen yang telah diencerkan dengan pengencer tertentu ke dalam saluran alat reproduksi betina yang sedang bertelur.

Tujuan dari inseminasi buatan ini adalah untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kuantitas sapi yang ada di Kutim.

Baca juga: Kedapatan Miliki Sabu 2,88 Gram, Warga Rantau Pulung Kutim Diamankan Polisi

"Kita takutnya, populasi sapi berkurang, karena itu tahun ini kami akan melakukan inseminasi buatan secara besar-besaran,” ujarnya.

Dalam kegiatan vaksinasi PMK yang dilakukan terhadap 6000 ekor sapi, ada 4000 ekor diantaranya yang betina.

Oleh karenanya, ada kemungkinan masih banyak sapi betina yang belum terdata.

Inseminasi buatan memang bukan hal baru dalam peternakan, namun memang penerapannya dalam beberapa tahun ini kurang maksimal.

Baca juga: Warga Rantau Pulung Kutim Diamankan Atas Kepemilikan Sabu 2,88 Gram

“IB ini sebenarnya jauh lebih baik dari perkawinan alami. Sebab dengan IB, maka bibit yang disuntikkan itu jelas bibit unggul," ujarnya.

Dyah membeberkan bahwa meskipun induknya hanya sapi lokal, anaknya nanti pasti akan lebih bagus. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved