Berita Berau Terkini
Usai Covid-19 Angka Kemiskinan di Berau Turun, Dipengaruhi Konsumsi Masyarakat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Berau, penurunan angka kemiskinan sebagian besar berasal dari indikator peningkatan daya beli
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,TANJUNG REDEB- Ketua Tim Statistik Sosial BPS Berau, Mega Safira Aulia, mengatakan setelah pandemi Covid-19 mulai mereda, penduduk miskin di Kabupaten Berau pada tahun 2022 turun hingga 5,65 persen dari sebelumnya sebesar 5,88 persen di 2021.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Berau, penurunan angka kemiskinan sebagian besar berasal dari indikator peningkatan daya beli masyarakat.
Dengan rata-rata pengeluaran kategori makanan sejumlah Rp 923.233 per kapita per bulan. Sedangkan kategori bukan makanan sebesar Rp 1.170.405 per kapita per bulan.
“Indikatornya, terlihat jelas dari pola konsumsi masyarakatnya,” ungkapnya kepada Tribunkaltim.co, Jumat (19/1/2023).
Selain itu, daya beli masyarakat Berau mulai meningkat lagi. Hal itu mengakibatkan konsumsinya mulai meningkat dan garis kemiskinan juga terlihat menurun.
Baca juga: Jumat Curhat Ngobras, Masyarakat Desa Tabru Paser Damai Minta Pengawalan Kepolisian
Baca juga: Zona 1 TPA Bujangga tak Bisa Dipakai Lagi, DLHK Berau Gunakan CSR untuk Zona 2
Hal itu juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah, maupun pemerintahan pusaf. Berupa beberapa bantuan subsidi yang telah diberikan.
Ditegaskan, efektifitas bantuan tersebut memang tidak bisa diukur secara matematis.
“Tapi kami juga sempat menanyakan kepada responden yang mendapat bantuan dari pemerintah, kalau efektifitasnya itu ada, tapi didukung oleh kegiatan lain juga,” terangnya.
Mengingat peningkatan daya beli masyarakat faktornya banyak. Salah satunya bisa saja bantuan mendongkrak daya beli.
Terlebih, bantuan juga berasal dari semua lini, ada yang sifatnya langsung ada juga yang dikontrol harga pasarnya oleh pemerintah.
“Seperti kejadian harga minyak goreng pada awal tahun 2022 sangat tinggi dan terjadi kelangkaan. Tapi, berangsur turun setelah ada kontrol pemerintah,” urainya.
Baca juga: Cuaca Berau Besok, Waspada Hujan Petir Melanda saat Siang dan Malam
Tingginya persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan dan minuman ikut berpengaruh. Terutama yang mempengaruhi pengeluaran diperuntukkan pada rokok dan tembakau. Begitu juga dengan konsumsi makanan dan minuman jadi.
Adapun pengaruh lainnya, pemerintah sempat memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat angka pandemi Covid-19 di Indonesia tinggi.
Hal itu membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan lebih memilih layanan online.
“Sejak pandemi, masyarakat di Berau khususnya area perkotaan lebih banyak memanfaatkan jasa pangantaran makanan. Baik melalui aplikasi maupun kurir offline,” pungkasnya. (*)
IGD RSUD Abdul Rivai Berau Pindah ke Gedung Walet, Ruang Lama Jadi Poli Gigi |
![]() |
---|
Gedung Walet RSUD dr Abdul Rivai Berau Resmi Beroperasi, Layanan IGD Lebih Modern |
![]() |
---|
BPBD Catat 51 Titik Hotspot di Berau, Mashyadi Muhdi: Warga Harus Waspada |
![]() |
---|
Dinkes Berau Mencatat Kasus Kematian Ibu dan Bayi Menunjukan Tren Penurunan |
![]() |
---|
Wabup Gamalis Akui Sektor Perikanan Berau Masih Hadapi Banyak Tantangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.