Tahun Baru Imlek 2023
Terjawab Tanggal Berapa Cap Go Meh 2023, Jadi Akhir dari Perayaan Tahun Baru Imlek 2023
Terjawab tanggal berapa Cap Go Meh 2023. Jadi akhir dari perayaan Tahun Baru Imlek 2023.
TRIBUNKALTIM.CO - Simak informasi seputar Cap Go Meh 2023.
Terjawab tanggal berapa Cap Go Meh 2023.
Ya, Cap Go Meg JJadi akhir dari perayaan Tahun Baru Imlek 2023.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Provinsi DKI Jakarta mengatakan Cap Go Meh 2023 jatuh pada Minggu (5/2/2023)
Diketahui, Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh merupakan hal tak bisa dipisahkan dari rangkaian hari raya masyarakat keturunan Tionghoa.
Tahun Baru Imlek 2023, telah dirayakan dengan suka cita pada Minggu (22/1/2023), kini seluruh rangkaian akan ditutup dengan Cap Go Meh.
Cap Go Meh meruapakan akhir dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.
Selengkapnya ada dalam artikel ini.
Baca juga: Kuliner Legendaris dan Tentunya Halal di Singkawang untuk Cap Go Meh, Ada Bakso Sapi Bakmi Ayam 68
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Glenn Wijaya menjelaskan Cap Go Meh jatuh pada hari ke-15 bulan pertama kalender Lunar.
“Imlek adalah rangkaian perayaan tahun baru, sedangkan Cap Go Meh merupakan bagian dari Imlek itu sendiri. Sebab, Cap Go Meh menandakan akhir dari rangkaian perayaan, yakni hari ke-15,” terangnya kepada Kompas.com, Sabtu (21/1/2023).
Secara harfiah, Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkian.
Kata cap artinya sepuluh, go berarti lima, dan meh maknanya malam.
Jadi, Cap Go Meh berarti malam ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.
Ribuan masyarakat dan wisatawan tumpah ruah menyaksikan perhelatan akbar tahunan di Kota Singkawang itu.
Lantas, kapan Cap Go Meh 2023?
Glenn menuturkan Cap Go Meh 2023 jatuh pada Minggu (5/2/2023).
“Cap Go Meh 2023 akan jatuh pada tanggal 5 Februari 2023,” tuturnya.
Melansir dari China Highlights, Cap Go Meh selalu berada pada rentang tanggal 4 Februari hingga 6 Maret kalender masehi.
Mengutip Kompas.com (26/2/2021), tradisi Cap Go Meh diyakini berasal dari warga keturunan Tionghoa di daratan China Selatan.
Mereka meyakini pada hari ke-15 bulan pertama kalender lunar, para dewa keluar dari surga untuk membagikan keselamatan, kesejahteraan, dan nasib baik.
Baca juga: Ketua Matakin Kaltim Ingatkan Imlek Tahun Kelinci Air Jangan Ceroboh dan Jalin Silaturahmi
Oleh sebab itu, warga keturunan Tionghoa tersebut merayakannya dengan menyalakan lampion, menggelar pertunjukkan barongsai dan liong, serta menyajikan makanan-makanan khas seperti kue keranjang, lontong Cap Go Meh, jeruk mandarin, dan sebagainya.
Cap Go Meh diprediksi sudah dirayakan sejak 2.000 tahun lalu, seperti dikutip dari Kompas.com (19/2/2019).
Cap Go Meh diyakini bermula sejak zaman Dinasti Han (206 sebelum masehi-25 Masehi) ketika biksu Buddha harus membawa lentera atau lampion untuk ritual ibadah.
Mereka kemudian menerbangkan lampion tersebut, sebagai simbol untuk melepas nasib tahun sebelumnya yang buruk dan menyambut nasib baik untuk masa mendatang.
Oleh karenanya, Cap Go Meh identik dengan lampion.
Cap Go Meh identik dengan festival lampion atau lentera China.
Bahkan, beberapa kota di Indonesia biasanya menggelar perayaan khusus Cap Go Meh seperti di Bogor, Singkawang, Palembang, dan Makassar.
Baca juga: Kapan Cap Go Meh 2023? Simak Tanggal dan Kaitannya dengan Tahun Baru Imlek
Melansir dari China Highlights, festival lampion itu disebut dengan Yuan Xiao Jie.
Festival tersebut, menandakan bulan purnama pertama kalender lunar sekaligus akhir dari perayaan Tahun Baru Imlek.
Lampion melambangkan bahwa warga Tionghoa telah melepaskan tahun lalu dan menyambut tahun baru dengan keberuntungan.
Perayaan Imlek akan berlangsung selama 15 hari dan ditutup dengan Cap Go Meh.
Dihhubungi terpisah, Sekretariat Badan Pengurus Perkumpulan Boen Tek Bio, Tedy Santibalo menjelaskan, lampion adalah simbol dari harapan warga Tionghoa pada tahun baru.
Baik dari sisi kesehatan, rezeki, kesuksesan, dan aspek kehidupan lainnya yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
“Tahun baru, harapan baru. Mengharapkan kemakmuran, rezeki , kesuksesan, kesehatan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Harapan tersebut disimbolkan dengan penerangan kehidupan kita, dengan lampion sebagai penerangan kehidupan,” jelasnya kepada Kompas.com.
Baca juga: Kapan Cap Go Meh 2023? Simak Tanggal dan Kaitannya dengan Tahun Baru Imlek
Acara yang dikemas dalam bentuk kirab budaya nusantara ini merupakan puncak perayaan imlek yang selalu digelar setiap tahun.
Sementara itu, warna merah pada lampion melambangkan kemakmuran, kesatuan, dan rezeki.
“Masyarakat Tionghoa percaya bahwa lampion memberi jalan dan menerangi rezeki bagi penggunanya,” imbuhnya.
Festival lampion pada Cap Go Meh turut dimeriahkan dengan penampilan barongsai dan liong.
Warga keturunan Tionghoa juga menyajikan aneka hidangan khas Imlek seperti kue keranjang, jeruk mandarin, pangsit, dan lainnya.
Imlek, Lebih dari Sekedar Perayaan
Perayaan Tahun Baru Imlek sejatinya bukanlah sebuah perayaan untuk agama tertentu, melainkan untuk semua masyarakat keturunan Tionghoa yang mengandalkan kalender lunar sebagai acuan.
Baca juga: Imlek 2023 Tahun Kelinci Air, Matakin Balikpapan Beber Kepercayaan Soal Kepintaran Anak
"Seluruh umat keturunan Tionghoa atau menjalankan tradisi Chinese, mereka merayakan (Tahun Baru Imlek), apapun agamanya," kata Ketua Umum Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Suhadi Sendjaja saat dihubungi oleh Kompas.com pada Jumat (20/1/2023).
Baca juga: Kapan Cap Go Meh 2023? Tradisi Penutupan Tahun Baru Imlek, Ada Lampion dan Barongsai
Tahun Baru Imlek setiap tahun identik dengan pemasangan ornamen khas China berupa lampion di rumah dan tempat ibadah, mengenakan baju berwarna merah, hingga melihat pertunjukkan barongsai.
Tidak lupa alunan musik tradisional khas China yang turut memeriahkan perayaan menyambut Tahun Baru Imlek.
Di samping itu, Suhadi mengatakan bahwa makna Tahun Baru Imlek sejatinya tidak hanya berpatok pada meriahnya seremonial yang dilakukan.
Imlek, lebih dari sekadar perayaan Lebih dari itu, ia menilai Tahun Baru Imlek bermakna sebagai momen awal tahun untuk berbuat kebaikan.
"Intinya, ketika kita menyambut Imlek ini, kita mengawali tahun dengan yang baik," kata Suhadi.
Kebaikan yang dimaksud yakni dimulai dari diri sendiri, seperti mulai membersihkan pikiran, perasaan, serta perilaku.
Setelah itu dilanjutkan dengan berbuat baik kepada sesama.
Kebaikan yang dimaksud yakni dimulai dari diri sendiri, seperti mulai membersihkan pikiran, perasaan, serta perilaku.
Setelah itu dilanjutkan dengan berbuat baik kepada sesama.
Baca juga: Terungkap Makna Lontong Cap Go Meh Sebenarnya dan Sejarah, Ternyata Ada Arti dan Tujuan Khusus
Dalam hal ini merujuk pada merayakan Imlek dengan mengunjungi sanak saudara, saling mengucapkan dalam persembahan kegembiraan, dan berbagi rezeki dalam bentuk angpao.
"Berbuat baik itu tidak harus menunggu Imlek. Imlek ini suatu momen karena kita kita makhluk yang bermasyarakat dan pada akhirnya membangun sebuah tradisi," katanya.
Imlek, momen tingkatkan kebaikan Kepada masyarakat yang merayakan Tahun Baru Imlek, Suhadi menegaskan bahwa ini merupakan momen untuk mengingatkan kembali agar setiap manusia harus melakukan kebaikan.
"Saat Imlek, ketika kita ketemu dengan sesama orang yang merayakan, kita biasanya memberi hormat dengan mengucap kata gong xi," kata Suhadi.
Adapun tata caranya yaitu satu tangan akan dikepalkan dan satu tangan lainnya akan menutup kepalan tersebut.
Ucapan "gong xi", kata Suhadi, bermakna "saya mempersembahkan kegembiraan untuk kamu".
Setelahnya lawan bicara akan melakukan hal yang serupa.
"Bukankah saat saling berbuat kebaikan manusia ini jadi damai?" terangnya.
Ia juga berpesan kepada semua keturunan Tionghoa yang merayakan Tahun Baru Imlek 2023, agar dapat mengisi momen Tahun Baru Imlek dengan perasaan suka cita dan syukur, serta perasaan semakin cinta kepada tanah air. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.