Berita Samarinda Terkini
5 Penulis Tampil Bersama Dalam Satu Panggung Workshop Perbukuan dan Kepenulisan di Samarinda
Lima penulis tampil bersama dalam satu panggung Workshop Perbukuan dan Kepenulisan di Aula Perpustakaan Kota Samarinda pada Kamis (9/3/2023).
Penulis: Nevrianto | Editor: Aris
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Lima penulis tampil bersama dalam satu panggung Workshop Perbukuan dan Kepenulisan di Aula Perpustakaan Kota Samarinda pada Kamis (9/3/2023).
Inni Indarpuri, Dadang Ari Murtono, Fatih Nokturnal, dan Muhammad Sarip membahas tema “Aspek Kualitas Buku, Teknis ISBN, serta Problematik Sertifikasi, Kelas Menulis, dan Buku Antologi”.
Pembukaan acara ini diawali dengan sambutan dari Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca DPK Kota Samarinda, Abdul Samat, mewakili Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan( DPK) Samarinda, Wrham Yusuf.
“Dengan membaca kita mengenal dunia, dan menulis kita dikenal dunia. Dengan adanya acara ini dapat menambah pengetahuan. Mudah-mudahan di dalam workshop ini bisa berjalan dengan baik dan sukses. Kita bisa berbangga dan berbuat, khususnya untuk Kota Samarinda," singkatnya.
Baca juga: Pasca TB Jadi Tersangka Kasus Kosmetik Ilegal, Kantor Pos Tarakan Tetap Layani Masyarakat
Workshop dipandu oleh Rusdianto, seorang penulis dan editor media. Kegiatan ini bertujuan mengedukasi publik supaya dalam penulisan karya buku berorientasi pada kualitas dan definisi buku yang sebenarnya.
Novelis Kalimantan Timur Inni Indarpuri mengungkapkan, dulu dirinya juga menyangka ISBN itu sesuatu yang luar biasa istimewa. Tapi akhirnya ia menyadari bahwa ISBN itu biasa saja.
“Yang lebih penting itu sebenarnya kualitas tulisan kita. Kalau novel di platform digital malah tidak mengurus ISBN,” ujar ASN Pemprov Kaltim tersebut.
Fatih yang seorang blogger dan wartawan magang mencontohkan buku-buku tempo dulu yang berpengaruh pada publik dunia, tetapi tidak ada ISBN-nya. Mutu buku tidak ditentukan oleh ada-tidaknya ISBN.
Baca juga: Dispusip Kaltim Gandeng Disdikbud Provinsi Penuhi Kebutuhan Tenaga Kerja Khusus Pustakawan dan Arsip
Muhammad Sarip menyoroti kasus promosi kegiatan kepenulisan yang memungut bayaran dari peserta, tetapi mengabaikan kualitas karya. Dipaparkan bahwa ISBN itu adalah kode buku yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI. Namun, ISBN bukanlah indikator kualitas sebuah buku.
“Tidak ada kelas menulis yang bisa menghasilkan penulis secara instan. Orang bisa menulis itu prosesnya panjang, dimulai dari kegiatan membaca,” ujar Sarip, praktisi penerbitan yang juga sejarawan Kalimantan Timur.
Karena itu, Dadang mengungkapkan, selain kelas menulis perlu juga diadakan kelas membaca.
“Kenapa orang bisa percaya berita bohong, karena kemampuan membaca yang rendah,” ujar sastrawan yang karyanya diapresiasi oleh Dewan Kesenian Jakarta ini.
Baca juga: Sidak Desa Sukomulyo tak Didampingi Aparat Hukum, Ini Tanggapan Akademisi Unmul
Sementara itu, Inui Nurhikmah membeberkan contoh kasus jual-beli sertifikat, piala, dan medali juara kepenulisan.
“Ada predikat sebagai juara atau karya terbaik hanya dengan membayar tarif tertentu kepada panitia,” ungkap Inui yang cerpennya pernah dimuat di majalah HAI ini.
Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda ini dihadiri para guru, mahasiswa, dan masyarakat umum. (*)
Terungkap Cara Ayah Bunuh 2 Anak Kandung di Samarinda, Pelaku Peragakan 39 Adegan di Depan Polisi |
![]() |
---|
Pemuda Samarinda Ditangkap Polisi karena Curi Dua HP Saat Korban Tertidur |
![]() |
---|
Fenomena Vape di Samarinda Kian Meluas, Dinkes Akui Tunggu Arahan Pusat |
![]() |
---|
Walikota Andi Harun Resmikan RS Mulya Medika, Akui jadi Anugerah Bagi Samarinda |
![]() |
---|
RS Mulya Medika Samarinda Tetap Layani Pasien Emergency Meski tak Kerja Sama BPJS Kesehatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.