Ibu Kota Negara

Banjir di IKN Nusantara, Forest Watch Indonesia Nilai Tingginya Perubahan Tutupan Hutan

Kejadian banjir di Kelurahan Pemaluan dan Sepaku, Penajam Paser Utara di Kawasan Inti Pusat Pemerintah (KIPP) IKN

TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
Ilustrasi korban banjir. Kejadian banjir di Kelurahan Pemaluan dan Sepaku, Penajam Paser Utara di Kawasan Inti Pusat Pemerintah IKN pada Jumat (17/3/2023) disorot Forest Watch Indonesia. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Kejadian banjir di Kelurahan Pemaluan dan Sepaku, Penajam Paser Utara di Kawasan Inti Pusat Pemerintah (KIPP) IKN pada Jumat (17/3/2023) disorot Forest Watch Indonesia (FWI).

FWI menilai hal itu fakta kejadian yang menunjukan sebab banjir yang diakibatkan bukan hanya karena tingginya curah hujan, kelerengan dan topografi.

Melainkan juga sebagai respon terhadap rusaknya lingkungan akibat praktek para aktor dalam tata kelola sumber daya hutan dan lahan selama ini di IKN khususnya, Kaltim umumnya.

Juru Kampanye FWI, Agung menerangkan bahwa ketidakseimbangan informasi menjadi akar permasalahan dalam pemindahan ibu kota ke Kaltim.

Baca juga: Wah, KIPP IKN Nusantara Dilanda Banjir, Sungai Sepaku Dangkal dan Dataran Rendah

Sehingga menurutnya, publik tidak tahu bahkan tidak bisa melakukan check and balance terhadap proses pembangunan yang berlangsung.

Kejadian banjir yang terjadi di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, letaknya berada di DAS Riko Manggar.

"Musibah itu sangat berkaitan erat juga dengan bagaimana pola penguasaan hutan dan lahan di DAS Riko Manggar," papar Agung, Selasa (21/3/2023).

Di samping itu, wilayah hulu DAS, menurut Agung, telah dikuasai perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan luas 48 ribu hektare atau 44 persen di DAS Riko Manggar.

Baca juga: Berkantor di Balikpapan, 6 BUMN Karya Dirikan PT KLN Khusus Bangun IKN Nusantara

Penanggulangan dan penanganan banjir yang keliru jika menggunakan pendekatan administratif bukan DAS.

Tingginya perubahan tutupan hutan dan lahan memengaruhi banyaknya air yang seharusnya disimpan menjadi air tanah kemudian dibuang menjadi air limpasan.

Sementara itu, Sekretaris Otorita IKN Nusantara Achmad Jaka Santos menilai bahwa penyebab banjir tersebut akibat hujan yang terjadi di hulu.

Ditambah dengan kondisi gorong-gorong yang tidak optimal sehingga meningkatnya aliran permukaan, kemudian faktor erosi serta sedimentasi, dan pendangkalan sungai.

Pemerintah Korea Selatan menawarkan rompi penyejuk bagi para pekerja kontruksi proyek pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara.
Pemerintah Korea Selatan menawarkan rompi penyejuk bagi para pekerja kontruksi proyek pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara. (TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO)

"Tapi air sudah surut sejak tanggal 18 Maret pagi,” ungkapnya.

Dia menambahkan, penanganan banjir di Sepaku sudah berhasil dilakukan sebaik-baiknya berkat kerjasama segenap pemangku kepentingan.

Baca juga: Bocoran dari Jokowi, 9 Rumah Sakit dan 7 Universitas akan Dibangun di IKN Nusantara

Jaka menekankan, pihaknya akan terus berkomitmen dalam memperhatikan risiko dan penanggulangan bencana termasuk banjir di wilayah-wilayah yang terkena, termasuk di Kelurahan Sepaku.

"Semua upaya akan terus dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana yang terjadi dan menjaga keselamatan masyarakat," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved