Wawancara Eksklusif
Kasus Stunting Balikpapan Meningkat, Dra. Alwiati, A.Apt Jalankan Strategi Penurunan sejak Remaja
Warning, Balikpapan mengalami kenaikan angka prevalensi stunting, di tahun 2021 17,6% kemudian di 2022 naik menjadi 19,6%.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM.CO - Kota Balikpapan mengalami kenaikan angka prevalensi stunting, di tahun 2021 17,6 persen kemudian di 2022 naik menjadi 19,6 persen .
Angka itu diperoleh berdasarekan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Kepala Dinas DP3AKB Balikpapan, Dra. Alwiati, A.Apt menilai ini menjadi warning buat Balikpapan.
“Seperti diketahui 2021 nakes tidak bisa banyak ke lapangan karena Covid. Kemudian kader juga tidak bisa melakukan secara rutin penimbangan balita. Sehingga di tahun 2022 disitulah kita melihat ada peningkatan kasus,” katanya dalam Talkshow Tribun Kaltim "Program Banggakencana Percepatan Penurunan Stunting", Jumat (10/2/2023).
Hadir pula dalam talkshow ini Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN, Dr.Ir Listyawardani, M.Sc.
Baca juga: Beber Penurunan Stunting, Dr.Ir Listyawardani, M.Sc: Jangan Lewatkan 1.000 Hari Periode Emas
Bagaimana strategi Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan menangani kasus stunting di Balikpapan, berikut petikan wawancara eksklusifnya.
Data stunting di Balikpapan tahun 2022 naik. Ada apa ini?
ALWIATI: Kalau dilihat dari data SSGI berdasarkan survey, kita mengalami peningkatan 2 persen dari tahun 2021. Di mana tahun 2021 17,6% kemudian tahun 2022 naik menjadi 19,6%. Sehingga ini menjadi warning buat kita semua.
Saat mendapatkan data tersebut di bulan Januari kemarin kami mengadakan rapat koordinasi bersama satgas. Tentu saja kita tidak mau menerima data itu mentah begitu saja.
Kami harus melakukan verifikasi dan validasi, kelurahan mana yang kasusnya paling tinggi. Kemudian kami mengadakan kerjasama dengan kelurahan, puskesmas, dan PKB. Kami turun ke lapangan.
Dari 1.458 berdasarkan data EPPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Balita Berbasis Masyarakat), perlu diketahui bahwa itu adalah data bukti penimbangan balita di Posyandu. Memang di tahun 2022 Dinas Kesehatan secara gencar melakukan penimbangan balita.
Seperti diketahui 2021 nakes tidak bisa banyak ke lapangan karena Covid. Kemudian kader juga tidak bisa melakukan secara rutin penimbangan balita. Sehingga di tahun 2022 disitulah kita melihat ada peningkatan kasus.
Tapi kalau dari hasil EPPGBM kita sebenarnya turun dari 10% menjadi 6% jadi 1458 itu. Dari 2100 kemudian turun jadi 1500.
Lumayan banyak penurunannya.
Karena dari strategi nasional kan kita harus punya data valid dari intervensi dan itu juga tidak sampai 1458. Mungkin sekitar 400an saja yang kita hitung untuk kita berikan intervensi.
Kemudian dari 400 itu tidak semuanya intervensi karena keluarga miskin atau tidak mampu.
Memang ada beberapa terkait dengan pola asuh. Pola asuh penting sekali. Maka pada saat pembekalan terhadap TPK (Tim Pendamping Keluarga) kami menambahkan satu materi tentang psikologi bagaimana memberikan pengetahuan tentang pola asuh dan komunikasi publik.
Tentu saja TPK adalah ujung tombak karena dekat dengan keluarga supaya keluarga mau terbuka. Kemudian kami di OPDKB (Organisasi Perangkat Daerah Keluarga Berencana) tugasnya adalah melaksanakan intervensi sensitif.
Intervensi spesifik sebenarnya sudah dilakukan dan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan bersama puskesmas. Banyak dari CSR yang sudah membantu Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pemberian PMT pada balita.
Kami pun memiliki strategi memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) tidak hanya pada balita tetapi juga pada ibu hamil. OPDKB itu bekerja di Hulu. Kita berharap tidak bertambah lagi kasus stunting di Balikpapan.
Jadi kami bekerja di hulu, dari Dinas Kesehatan juga punya program paket catin (calon pengantin) yang kita sinergikan dari aplikasi Elektronik Siap Nikah & Hamil (elsimil).
Pada saat catin mendaftarkan dirinya di Puskesmas untuk memeriksakan kesehatan, dia diberikan satu paket dimana didalamnya juga sudah disediakan paket penambah darah, supaya catin mulai minum tablet tambah darah.
Kemudian Kami juga memberikan program ke remaja melalui bina keluarga remaja di puskesmas, di Posyandu. Kita sudah Posyandu terintregrasi di BKB (Bina Keluarga Balita) dan BKR (Bina Keluarga Remaja).
Ini sudah kami jalankan, artinya kami tinggal mengoptimalkan karena mungkin kita belum optimal karena kemarin terkendala Covid.
Di tahun 2023 ini kami harus lakukan percepatan karena kami juga tidak berharap lagi ada kenaikan. Tahun 2023 ada survey status gizi.
Mudah-mudahan pemerintah kota bisa mengawal di tempat mana yang sebenarnya di survei. Sehingga menambah angka prevalensi stunting di kota Balikpapan.
Jadi kami harap seperti itu. Karena yang di survei di 2022 itu ada 638 keluarga yang terbagi pada 10 blok sensus sehingga itu yang mewakili 745.000 Balikpapan penduduk.
Kita memang harus legowo menerima data ini tapi kami butuh by name by address.
Kami butuh by name by address karena yang kami punya hanya pada EPPGBM.
Inilah yang kami bagikan pada Eksternal, stakeholder dari penta helix. Kami bagikan kepada mereka, misalnya terkait dengan akses sanitasi yang kurang bagus.
Dinas PU baru saja menyurat kepada kami untuk memberi data keluarga mana yang membutuhkan akses sanitasi yang layak. Karena itu juga terkait dengan program yang harus amanah untuk kementrian PU.
Bagaimana supaya menurunkan stunting dari segi akses sanitasi. Kemudian akses air bersih, kami juga sudah bersinergi dengan OPBD yang lain semuanya juga sudah bergerak.
Kemudian dari DP3 (Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan) juga sudah melaksanakan kegiatan di kelurahan, di setiap keluarga ada namanya Kelompok Wanita Tani Matilda.
Misalnya kemarin di Sumberejo ada Pagar Mantep, bagaimana menciptakan dan memanfaatkan pegangan keluarga untuk pemenuhan gizi keluarga. Itu yang sudah kita laksanakan.
Kami berharap dengan mengoptimalkan seluruh kelurahan juga melaksanakan bersama PKK, mudah-mudahan angka stunting di 2023 bisa turun, kita berharap seperti itu.
Seberapa banyak bu yang enggan distempel stunting ini bu kalau di Balikpapan?
Ini yang kami lakukan pada saat pada bulan februari sebelum kita melakukan pelatihan terhadap TPK. Kenapa saya sampai memasukkan pelatihan khusus komunikasi tersebut, ternyata memang benar karena teknik komunikasi yang kurang bagus.
Jadi ada yang kita kunjungi karena dia menganggap bahwa kita mencampuri urusan rumah tangganya sehingga meraka gak mau. Jadi kemudian begitu gencarnya karena komunikasi yang salah dari TPK karena dia datang bilang "ini dari data ini keluarga bapak ada yang stunting".
Itu kan kita sudah menjudge duluan. Sehingga itu mereka menolak kenapa saya dikunjungi sampai-sampai RT nya itu juga gak diterima gitu.
Kemudian pada saat kami melakukan kegiatan rapat koordinasi juga di suatu kelurahan kami tampilkan ini keluarga yang berisi kostanting yang sudah kita dapatkan berdasarkan survey EPPGBM jadi saya mengajak semua stackholder yang ada di kelurahan termasuk lpm.
Kemudian dia juga menyampikan "loh itu kan tetangga saya anaknya tidak stunting" jadi itulah yang kami maksud bahwa kita harus sama-sama melakukan verifikasi, karena bisa jadi ada kesalahan pada saat pengukuran. Kemudian kami juga mengedukasi bahwa jangan melihat anaknya sudah kelihatan gemuk ternyata pendek.
Itu tanda-tanda stunting gak bu misalkan kayak gitu?
Jadi sebenarnya berat badan berdasakan usia kemudian tinggi badan berdasarkan usia itu yang kita ukur, kemudian peralatan juga penting sekali.
Kondisi posyandu kita itu ada sekitar 1600 jumlah antropometri yang ada baru 500 buah yang dibagi ke seluruh puskesmas termasuk posyandu, kemudian memang dinas kesehatan baru mengajukan kepusat sebanyak 700 untuk menambah.
Jadi ini bisa jadi alat ukurnya yang tidak tepat pada saat mengukur itu yang penting sekali mungkin kita ketahui.
Kemudian yang perlu diberikan di posyandu adalah ape. Kita mengukur tumbuh, kita tidak memperhatikan perkembangan. Karena ape itu adalah alat permainan edukasi, walaupun dia tumbuhnya tinggi sudah sesuai, tapi ternyata tidak berkembang dari kecerdasannya otaknya
Itulah yang di maksud dengan posyandu prima dan terintegrasi semuanya harus dilaksanakan di posyandu, kami mengajak supaya bagaimana kita mengaktifkan kembali posyandu kita.
Selama 1000 (Hari Pertama Kehidupan) HPK itu dan itu harus ditelateni semua dilaksanakan semua gitu ceritanya?
Ya itu PRnya ya. Kita mulai dari remaja. Makanya kenapa program kita di Balikpapan setiap Jumat setiap remaja putri selalu minum tablet penambah darah untuk mencegah anemia.
Jadi saat sudah masuk masa pernikahan ia sudah tidak animea. Karena menjadikan tidak anemia itu tidak bisa dikerjakan dalam satu hari.
Itu haris terus menerus diberikan suplemen tablet tambah darah. Kalau perempuan kan cenderung bisa anemia. Belum lagi gaya atau pola makan.
Kenapa remaja, kenapa tidak sedari dini pemberian tablet penambah darah?
Tablet penambah darah kan diberikan kepada anak di atas 12 tahun. Makanya kami mulai dari anak SMP. Memang tidak bisa dipungkiri tablet penambah darah itu rasanya mual dan tidak nyaman.
Jadi ada efek sampingnya jadi anak-anak cenderung tidak mau minum. Tapi kita laksanakan kalau dia minum bareng-bareng sama temannya, rasa itu bisa hilang. Kemudian dari bumil juga kita berikan tablet tambah darah.
Karena pda saat hamil cendrung rasa mual, ditambah lagi tablet tambah darah. Maka semakin tidak mau. Tapi kita harus edukasi walau ada rasa mual muntah, tetap harus minum. Jangan sampai tidak diminum.
Itu yang kadang-kadang buat dorongan dari rumah, ayah, atau suaminya merasa istri saya bolak balik mual ditambah minum ini lagi ya tidak mau.
Jadi misal sudah dicap stunting lalu sembuh lepas dari step stunting itu?
Memang ada kejadian seperi itu kita alami. Jadi sudah kita intervensi, diberikan makan dan mengalami perbaikan, tentu saja kan sampai maksimal 6 bulan ya intervensi oleh pemerintah. Setelah itu baru dikembalikan ke keluarga.
Dan di saat itulah kembali lagi karena keluarga merasa oh sudah selesai. Padahal apa yang kita edukasi harusnya tetap dijalankan sampo anak berusia 5 tahun.
Jadi lepasnya sampai 5 tahun?
Kalau sudah di 59 bulan dan perkembangan ya bagus artinya selamat.

Sejauh ini CSR dari peran swasta bagaimana?
Yang kita lakukan selama ini jadi kami membuat inovasi, membuat profil anak-anak stunting yang akan kita ajukan ke perusahaan. Tentu saja perusahaan butuh bukti.
Memang selama ini CSR kita banyak di kegiatan fisik ya. Sehingga CSR untuk peningkatan sumber daya manusia melalui pencegahan stunting ini. Tapi kami menggerakan teman-teman CSR untuk membantu.
Paling tidak ia mengambil berapa orang. Salah satu dari CSR adalah dari Apikal, kerjasamanya menbantu melalui membuat kersama dengan DP3KB dan Dinas Kesehatan.
Apikal akan membantu kita untuk melakukan edukasi terhadap kader, pemberian makanan tambahan yang kami inginkan setiap hari tidak lagi seperti dulu dalam bentuk di supply satu kali setelah itu selesai. Itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Kemudian memperluas area yang diberikan bantuan supaya sasaran kita bisa tercapai. Dan di beberapa puskesmas juga mendapatkan bantuan dari beberapa perusahaan yang lain di Balikpapan. Kesyukuran kami seperti itu. Jadi diperlukan sinergitas dan kolaborasi.
Sebagai kata penutup, pesan terhadap kasus stunting ini?
Pencegahan stunting tidak bisa dimulai di hilir saja, kita mulai dari generasi Z. Melalu program di DP3AKB kita ada forum anak dan duta Genre.
Kita juga edukasi mereka untuk sosialisasikan kepada teman sebayanya bagaimana pencegahan stunting. Kalau di duta Genre ini dia melaksanakan edukasi tentang pernikahan dini, pendewasaan usia pernikahan dan kemudian bagaimana mencegah penyakit menular AIDS dan Napsa.
Jadi kami memulainya dari anak remaja. Karena merekalah sebagai corong kita untuk di kalangannya. Kalau anak remaja kan lebih mudah berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Dan salah satunya kalau pola asuh yang kurang bagus di remaja nanti di sekolah dia juga tidak berhasil. Menikah juga tidak berhasil, anaknya pasti jatuh stunting. Kami berharap seluruh keluarga di Balikppan paham terutama bagaimana pola pengasuhan di dalam keluarga.
Supaya anak-anak tidak jatuh pada stunting. Dan yang terakhir, cintailah ibu karena ibu yang hamil. Kalau dia sedang hamil dan tidak diberi perhatian pastilah anaknya jatuh stunting.
Dan terakhir kami ingin bahwa dukungan dari seluruh masyarakat dalam rangka aksi kita adalah pemberian tambahan makanan tambah satu telur tambah satu hari buat ibu hamil dan balita.
Serta membudayakan makan dari protein hewani supaya menambah protein bagi balita kita. Kami berharap dengan aksi seperti ini bisa menurunkan stunting, khususnya di kota Balikpapan. (Sintya Alfatika Sari)
Penantang Baru di Pilkada Balikpapan 2024, Muhammad Sa'bani: Saya Tak Muluk-muluk, 5 Tahun Selesai |
![]() |
---|
Bincang Pembangunan Gedung di IKN Bersama Robby Dwikojuliari, 'Awalnya Saya juga Sempat Pesimistis' |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN Sebut Isran Noor dan Rudy Mas'ud, Tokoh yang Cocok Pimpin Kaltim |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN tak Hanya 'Menjual' Anas Urbaningrum di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Persiapan PKN Kaltim Hadapi Pemilu 2024, Ikhsan Hattu: Loyalis Anas Urbaningrum jadi Modal Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.