Berita Penajam Terkini

Mitigasi Banjir di Sepaku Kawasan IKN Nusantara, 7 Titik jadi Langganan Genangan Air

Jaka Santos juga menjelaskan bahwa sebelumnya Otorita IKN juga telah mengidentifikasi adanya potensi banjir di beberapa area di Kelurahan Sepaku

Penulis: Nita Rahayu | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/NITA RAHAYU
Salah satu sungai di Kelurahan Sepaku yang kerap meluap dan mengakibatkan banjir. 

TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Persoalan banjir di Kecamatan Sepaku atau Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara akan segera diselesaikan oleh pemerintah.

Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Balai Wilayah Sungai (BWS) IV Kalimantan, telah melakukan pertemuan konsultasi masyarakat (PKM).

Bahkan Satuan Kerja (Satker) BWS IV Kalimantan dalam beberapa hari ini turun ke Sepaku untuk membuat detailed engineering design (DED) pengendalian banjir.

Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Sepaku, PPU Hendro Susilo, mengatakan bahwa sempat ada penolakan dari warga terhadap proyek normalisasi Sungai Sepaku beserta anak sungai yang melintasi sejumlah desa dan kelurahan itu sebanyak 27 bidang tanah, dan 18 bangunan rumah.

Baca juga: Banjir di IKN Nusantara, Forest Watch Indonesia Nilai Tingginya Perubahan Tutupan Hutan

Namun ia yakin pada akhirnya warga mendukung kegiatan pemerintah untuk tujuan mengeliminasi banjir itu.

“Saya yakin warga akan mendukung upaya pemerintah itu,” ungkapnya kepada TribunKaltim.co pada Rabu (22/3/2023).

Sementara itu, Sekretaris Otorita Ibu Kota Nusantara, Achmad Jaka Santos Adiwijaya memastikan bahwa penanganan banjir di Kelurahan Sepaku telah berhasil dilakukan dengan baik.

Berkat kerja sama seluruh pemangku kepentingan, seperti BPBD Kabupaten PPU, TNI, POLSEK, Kecamatan, Kelurahan, Kementerian PUPR, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), dan lainnya.

Jaka Santos juga menjelaskan bahwa sebelumnya Otorita IKN juga telah mengidentifikasi adanya potensi banjir di beberapa area di Kelurahan Sepaku.

Karena lokasi banjir di wilayah tersebut adalah daerah dataran rendah yang sudah sering terjadi banjir sebelumnya.

OIKN bersama dengan pemangku kepentingan lainnya sedang membangun infrastruktur untuk mengatasi banjir di kawasan sekitar IKN, khususnya Kelurahan Sepaku.

Baca juga: Seusai Banjir di IKN Nusantara, Otorita Siapkan Rencana Penanganan Jangka Pendek hingga Panjang

“Sudah dilakukan identifikasi potensi banjir di daerah IKN,” jelas Jaka.

Pemerintah IKN telah melakukan berbagai upaya untuk memitigasi banjir, di antaranya dengan membangun bendung, embung, dan retensi kolam-kolam yang dilakukan oleh Kementerian PUPR yang saat ini masih berjalan.

Selain itu, juga dilakukan pembangunan infrastruktur pengendali banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai dan penyusunan Rencana Pengelolaan DAS terpadu di IKN dan rehabilitasi hutan dan lahan oleh BPDAS Mahakam Berau.

Jaka Santos juga menjelaskan bahwa OIKN telah melakukan pertemuan dengan para pihak terkait.

Juga telah dilakukan rapat koordinasi dengan seluruh pihak untuk membahas rencana penanganan jangka pendek tiga bulan kedepan, menengah sedang, akhir tahun dan jangka panjang dalam pencegahan dan penanggulangan banjir.

IKN akan terus berkomitmen dalam memperhatikan risiko dan penanggulangan bencana termasuk banjir di wilayah-wilayah yang terkena, termasuk di Kelurahan Sepaku.

Semua upaya akan terus dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana yang terjadi dan menjaga keselamatan masyarakat.

“Tentunya kita terus berupaya untuk menuntaskan persoalan banjir ini,” terangnya.

Tercatat ada 7 kawasan di Kecamatan Sepaku, yang menjadi langganan banjir.

Di antaranya, Kelurahan Sepaku RT 07, 06, 05 dan 04 dengan lama genangan 6 sampai 24 jam, terjadi dua kali dalam setahun, serta diakibatkan oleh bottle neck bangunan yang melintang.

Desa Suka Raja RT 01 dan 25 lama genangan 6-24 jam, juga terjadi selama dua kali dalam setahun. Akibatnya karena meandering sungai.

Desa Bukit Raya RT 01, 02, 06, lama genangan 3-12 jam, terjadi dua kali dalam setahun, penyebabnya karena bottle neck dimensi gorong-gorong.

Ilustrasi korban banjir.
Ilustrasi korban banjir. (TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO)

Kemudian Desa Karang Jinawi dengan lama genangan 3-12 jam, intensitas banjir 2-3 kali dalam setahun da diakibatkan oleh kondisi topografi bergelombang pada alur sungai.

Selanjutnya, Desa Tengin Baru. Lama genangan 3-12 jam, 1-2 kali dalam setahun, diakibatkan oleh bottleneck dimensi gorong-gorong dan bangunan.

Sedangkan Desa Bumi Harapan, lama genangan 3-12 jam, 1-2 kali dalam setahun, terjadi akibat intensitas air hujan dan terpengaruh oleh air sungai yang sedang pasang.

Kelurahan Pemaluan, lama genangan 2 jam-2 hari, terjadi 2-3 kali dalam setahun, diakibatkan intensitas hujan tinggi dan air sungai pasang. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved