Breaking News

Wawancara Viral

Cerita Bhabinkamtibmas Graha Indah Aiptu Wempi Hadapi Fenomena Perang Sarung yang Bikin Resah

Bhabinkamtibmas Graha Indah, Balikpapan, Aiptu Wempi Antariksa. bercerita soal fenomena perang sarung di moment Ramadan, termasuk di Balikpapan.

|
TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE TRIBUN KALTIM OFFICIAL
TALKSHOW - Bhabinkamtibmas Graha Indah, Balikpapan, Aiptu Wempi Antariksa saat berbincang terkait fenomena perang sarung yang belakangan ini marak terjadi. 

TRIBUNKALTIM.CO - Fenomena perang sarung kerap muncul di moment Ramadan, tak terkecuali di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Pelakunya rata-rata masih remaja. Yang miris, ternyata ada batu di balik sarung yang diputar-putar untuk berperang.

Hal  ini diakui oleh Bhabinkamtibmas Graha Indah, Balikpapan, Aiptu Wempi Antariksa.  “Batu dikumpulkan, dimasukkan baru dibundel itu, terus diputer-puter begitu. Saya pun hati-hati, kalau saya kena apa nggak bocor juga,” katanya saat talkshow Viral of The Week Tribun Kaltim, Perang Sarung Membuat Murung, Selasa (28/3/2023).

Bagaimana penanganan Aiptu Wempi soal kenakalan remaja ini, berikut ceritanya.

Tren perang sarung itu sudah mulai beberapa tahun ini ya?

Saat covid, mulai menurun. Jadi sebelumnya ada, cuma belum begitu ya. Sekarang agak ramai ya mungkin karena selepas covid, kemudian namanya anak remaja kemudian manggil teman sekolah jadi ramai.

Baca juga: Sempat Turun Kala Pandemi, Tren Perang Sarung di Balikpapan pada Ramadhan Tahun Ini Meningkat

Baca juga: Fenomena Perang Sarung dan Balap Lari di Balikpapan, Wempi Antariksa Beber Diisi Batu

Jadi tinggal kita bagaimana mengamankan wilayah kita, kemudian mencegah terlibat pidana. Kita upayakan itu. Ngetrennya di tahun ini luar biasa.

Beberapa tempat itu ramai perang sarung ya?

Kalau saya monitor ya Batu Ampar karena memang rumah saya di situ. Saya lihat memang ada. Kemudian di Graha Indah juga.

Kalau di Graha Indah itu ada berapa tempat ngumpulnya anak-anak?

Ada beberapa tempat memang. Cuma yang paling banyak itu yang kemaren kita bina, itu RT 15. Memang tempatnya cantik di situ, jadi tempat nongkrong. Kemudian Bangun Reksa, di dalam. Muncul lagi di Taman Sari.

Kita nasehati, kita periksa, ternyata ada batunya. Itu dapatnya dari wilayah situ. Jadi kalau sudah ramai itu, batu dikumpulkan, dimasukkan baru dibundel itu, terus diputer-puter begitu. Saya pun hati-hati, kalau saya kena apa nggak bocor juga.

Saya kira sarung kosong terus buat iseng-iseng begitu pak?

Mana ada. Karena begini, fenomena yang terjadi bukan hanya anak itu aja. Karena pertemanan itu, jadi anak-anak itu campurlah. Saya tanya tu, dari Gunung Polisi lah, lebih jauh lagi. Intinya saya kasih tau mereka, kasihan orang tua. Ini bulan suci, mending cari pahala.

Dia pamitnya sama orangtua itu apa, bilang tarawih. Dia berkelit kalau sudah selesai. Lho, bukan masalah sudah selesai. Tapi saya nggak yakin kalau kamu berangkat tarawih. Kamu pasti dihubungin ini sama temanmu buat kumpul. Ujung-ujungnya mengiyakan.

Saya pendekatannya persuasif, karena kalau anak-anak itu dikerasin makin jadi. Saya tanya, kalau kepalanya bocor kena sarung itu, yang ngerawat siapa kalau bukan orangtua. Saya suruh pulang, minta maaf sama orangtua, terus belajar.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved