Berita Internasional Terkini
Rekam Jejak Yevgeny Prigozhin, Pimpinan Wagner Group yang Kini Jadi Buronan FBI, Pernah Jual Hotdog
Inilah rekam jejak Pimpinan Wagner Group, Yevgeny Prigozhin yang kini jadi buronan FBI.
TRIBUNKALTIM.CO - Inilah rekam jejak Pimpinan Wagner Group, Yevgeny Prigozhin yang kini jadi buronan FBI, pernah jualan hotdog
Pimpinan Wagner Group Yevgeny Prigozhin kini jadi buronan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat atau FBI.
Pimpinan Wagner Group Yevgeny Prigozhin masuk dalam daftar pencarian orang atau DPO FBI usai batal kudeta militer Rusia.
Namun, pencarian Yevgeny Prigozhin ini tidak terkait dengan Wagner Group yang kini membelot dari Rusia.
Yevgeny Prigozhin dicari terkait dengan konspirasi untuk menipu AS.
Dalam file PDF dari laman fbi.gov, FBI menuliskan sejumlah informasi mengenai Yevgeny Prigozhin.
Mulai dari nama, tempat tanggal lahir, kewarganegaraan, warna mata, ras, hingga bentuk rambut.
Baca juga: Bos Wagner Group Jadi Buronan AS, FBI Tawarkan Rp 3,7 M untuk Pemberi Informasi Yevgeny Prigozhin
Berikut ciri-ciri Yevgeny Prigozhin sesuai file PDF yang disebarkan FBI:
- Nama lain: Yevgeny
- Tempat dan tanggal lahir: Rusia, 1 Juni 1961
- Rambut: Botak
- Jenis kelamin: Laki-laki
- Kebangsaan: Rusia
- Mata: Coklat
- Ras: Putih
Baca juga: Putin Benci Pengkhianat, Nasib Bos Wagner Yevgeny Prigozhin, Akan Dihabisi? Ini Kata Pakar Rusia
FBI bahkan menawarkan hadiah hingga 250.000 dollar AS atau sekitar Rp 3,7 miliar atas informasi yang mengarah pada penangkapan Yevgeny Prigozhin.
"Prigozhin berbicara bahasa Rusia dan memiliki hubungan dengan Rusia, Indonesia, dan Qatar," tulis file PDF FBI, tanpa menjelaskan detail relasi bos Wagner tersebut dengan Indonesia.
Lebih lanjut, FBI memberikan peringatan mengenai Yevgeny Prigozhin sebagai berikut:
"Yevgeny Prigozhin dicari oleh FBI atas dugaan keterlibatannya dalam konspirasi untuk menipu Amerika Serikat dengan merusak, menghalangi, dan menggagalkan fungsi sah Komisi Pemilihan Federal, Kementerian Kehakiman Amerika Serikat, dan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.
Ini terjadi di Washington D.C., dari awal tahun 2014 hingga 16 Februari 2018."
FBI mengatakan, Yevgeny Prigozhin merupakan penyandang dana utama Internet Research Agency (IRA) yang berbasis di St Petersburg, Rusia.
"Dia diduga mengawasi dan menyetujui operasi campur tangan politik dan pemilu di Amerika Serikat yang meliputi pembelian ruang server, pembuatan ratusan persona online fiktif, dan penggunaan identitas curian warga Amerika Serikat."
Tindakan tersebut, lanjut FBI, diduga dilakukan untuk menjangkau sejumlah besar warga Amerika Serikat dengan tujuan mengganggu sistem politik Amerika Serikat, termasuk Pemilu Presiden 2016.
"Pada 16 Februari 2018, surat perintah penangkapan federal dikeluarkan untuk Yevgeny Prigozhin di Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Columbia setelah dia didakwa dengan konspirasi untuk menipu Amerika Serikat."
Baca juga: Terbaru! Bakal Dibubarkan Usai Batal Kudeta Menhan Rusia, Wagner Group Rupanya Masih Rekrut Pejuang
Rekam Jejak Yevgeny Prigozhin

Mengutip dari kompas.com, Yevgeny Prigozhin lahir di Leningrad, yang kini bernama Saint Petersburg (St Petersburg), Rusia, pada 1961.
Ibunya bekerja di rumah sakit, sementara sang ayah telah meninggal sejak dia masih muda.
Prigozhin kemudian dikirim ke akademi olahraga untuk mempelajari olahraga ski lintas alam atau cross-country skiing.
Sayangnya, Prigozhin muda tak berhasil menjadi atlet profesional. Usai menyelesaikan pendidikan, dia malah bergabung dengan sekelompok penjahat kelas teri di negaranya.
Merujuk dokumen pengadilan pada 1981, Prigozhin yang masih berusia 18 tahun terlibat perampokan anting-anting emas milik seorang wanita bersama tiga temannya.
Perampokan pada Maret 1980 itu merupakan salah satu dari banyak aksi kejahatan "kelas teri" yang dilakukan Prigozhin di St Petersburg.
Dia kemudian dijatuhi hukuman 13 tahun penjara dan menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi.
Saat dibebaskan, Yevgeny Prigozhin kembali ke St Petersburg pada 1990, saat Uni Soviet tengah dalam kondisi sekarat.
Baca juga: Seberapa Besar dan Kuat Wagner Group? Ternyata Ini yang Sebenarnya Terjadi di Rusia
1. Jual Hotdog dan Pertemuan dengan Putin
Di tengah kondisi negara yang sekarat, Prigozhin memulai kehidupan dengan cara sederhana, yakni menjual hotdog di dapur apartemen keluarganya.
"Kami menghasilkan 1.000 dollar AS sebulan, yang dalam mata uang Rubel adalah gunung. Ibuku hampir tidak bisa menghitung semuanya," kata dia kepada portal berita St Petersburg Gorod 812, pada 2011.
Namun, Prigozhin memiliki pandangan lebih tinggi dari sekadar makanan cepat saji. Dia juga piawai menciptakan akses menuju apa yang dibutuhkan.
"Dia selalu mencari orang yang lebih tinggi untuk berteman. Dan dia pandai dalam hal itu," terang seorang pengusaha yang mengenalnya pada era 1990-an.
Tak lama dari usaha makanan cepat saji, Prigozhin memiliki saham di jaringan supermarket.
Hingga pada 1995, dia memutuskan untuk membuka restoran dengan mitra bisnisnya, Tony Gear, seorang administrator hotel yang sebelumnya bekerja di The Savoy, hotel mewah di London, Inggris. Prigozhin menyewa Gear untuk mengelola toko anggur dan restoran barunya, Old Customs House, di Pulau Vasilievsky, St Petersburg.
Awalnya, Old Customs House mempekerjakan penari telanjang untuk menarik pelanggan.
Namun, lambat laun, hidangan yang nikmat lebih memikat pelanggan hingga penari telanjang diberhentikan.
Gear pun berfokus pada pemasaran restoran sebagai tempat makan paling mewah di kota, dengan banyak bintang pop dan pengusaha yang menjadi pelanggan.
Tak hanya itu, Wali Kota St Petersburg kala itu, Anatoly Sobchak juga terkadang berkunjung bersama wakilnya saat itu, Vladimir Putin.
Baca juga: Profil Yevgeny Prigozhin, Pemimpin Wagner Group, Tentara Bayaran di Rusia yang Dikenal Kejam
2. Akrab dan Sempat Menjadi Koki Putin
Yevgeny Prigozhin, pimpinan Wagner Group, kelompok pasukan tentara bayaran yang kini serang balik Rusia. (Kompas.com/BBC Indonesia)
Memanfaatkan hubungan dekat dengan elite politik, bisnis Prigozhin berkembang pesat setelah Putin menjadi presiden.
Dia sering bertemu pejabat asing di kampung halamannya, bahkan membawa mereka ke Old Customs House atau New Island, restoran terapung dari kapal.
Dikutip dari Kompas.com (21/2/2023), perusahaan katering yang dia bangun pada 1990-an, Concord, dianugerahi kontrak eksklusif dari pemerintah.
Prigozhin ditawari untuk menyiapkan hidangan makan malam kenegaraan, termasuk upacara pelantikan Putin dan kunjungan Presiden AS George W Bush ke St Petersburg.
Sosok Prigozhin juga tampak di belakang King Charles (kala itu masih berstatus Putra Mahkota) dalam resepsi pada 2003 di museum Hermitage St Petersburg.
Dari kontrak mewan tersebut, Prigozhin mendapat julukan sebagai "koki Putin".
Namun, Prigozhin tidak membatasi ambisi hanya pada industri makanan. Sosoknya bertransformasi menjadi panglima perang yang brutal setelah gerakan separatis pro-Rusia pada 2014 di Donbas, Ukraina timur.
Dia kemudian mendirikan Wagner sebagai perusahaan tentara bayaran dengan markas atau kantor di St Petersburg, Rusia.
Baca juga: Apa Itu Wagner Group? Inilah Profil dan Rekam Jejak Tentara Bayaran yang Serang Balik Rusia
3. Wagner di Bawah Kepemimpinan Prigozhin

Wagner Group beberapa kali membantu tentara reguler untuk bertempur.
Misalnya, pada 2015, Wagner mulai beroperasi di Suriah, bertempur bersama pasukan pro-pemerintah dan turut menjaga ladang minyak.
Kelompok tersebut juga aktif di Libya sejak 2016 dengan memberikan dukungan untuk pasukan yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar.
Dikutip dari BBC, diperkirakan sekitar 1.000 tentara bayaran Wagner telah andil bagian dalam kemajuan Haftar pada pemerintahan resmi di Tripoli pada 2019. Pada 2017, Wagner Group diundang ke Republik Afrika Tengah untuk menjaga tambang berlian.
Mereka juga dilaporkan bekerja di Sudan, menjaga tambang emas.
Hingga pada 2020, Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Wagner "bertindak sebagai kedok" di negara-negara itu.
Tujuan Wagner, menurut AS, untuk "kemajuan" perusahaan pertambangan milik Prighozin, seperti M Invest dan Lobaye Invest.
Perusahaan-perusahaan itu pun dijatuhi sanksi oleh AS. Wagner Group juga diundang oleh pemerintah Mali di Afrika Barat untuk melindungi mereka dari serangan kelompok-kelompok militan Islam.
Kedatangannya pada 2021 itu pun memengaruhi keputusan Perancis untuk menarik pasukan keluar dari sana. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.