Berita Penajam Terkini

Profil Komandan Kompi Senapan C Yonif Raider 600 Modang Petung, Hobi Menembak dan Sepak Bola

Komandan Kompi Senapan C Yonif Raider 600 Modang Petung, kini dijabat oleh Kapten Inf Defry Rhamansyah.

Penulis: Nita Rahayu | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO/NITA RAHAYU
Komandan Kompi Senapan C Yonif Raider 600 Modang Petung, Kapten Infanteri Defry Rhamansyah. TRIBUNKALTIM.CO/NITA RAHAYU 

TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Komandan Kompi Senapan C Yonif Raider 600 Modang Petung, kini dijabat oleh Kapten Inf Defry Rhamansyah.

Kapten Inf Defry Rhamansyah adalah salah satu lulusan Abituren Akademi Militer (Akmil), pada 2013 lalu.

Sebelum bertugas di Kompi C Petung, ia sempat ditempatkan di Kompi B Batakan, lalu ditugaskan ke perbatasan Indonesia-Malaysia.

Baca juga: Danyonif Raider 600/Modang Berkunjung Ke Kompi Senapan C, Harap Prajurit Jaga Kehormatan

Selain sibuk dalam urusan tugas dan memimpin pasukannya, Kapten Defry sapaan akrabnya, sangat menyukai olahraga. Terutama menembak, sepak bola dan bola volli.

Olahraga menembak telah ia tekuni sejak masih dalam masa pendidikan, diperdalam dengan mengikuti berbagai pelatihan menembak.

Ia pun telah mengikuti berbagai perlombaan, baik yang diadakan oleh instansi pemerintah maupun TNI-Polri.

Terbaru, ia meraih juara tiga dalam lomba Apel Komandan Satuan di Banjarmasin, pada 2022 lalu.

“Saya sering ikut even meskipun bukan even besar,” ungkapnya pada Kamis (6/7/2023).

Namun karena kesibukannya dalam kegiatan pengamanan dan tugas satuan, ia belum pernah mengikuti perlombaan apapun lagi hingga saat ini.

Baca juga: Panglima TNI Tinjau Pelaksanaan Super Garuda Shield 2022 di Markas Yonif Raider 600/Modang

Selain cerita menarik soal hobinya, pria kelahiran Malang 8 April 1990 ini juga punya pengalaman saat bertugas di perbatasan Indonesia-Malaysia, pada 2020.

Pos pengamanan tempat ia tinggal selama setahun lebih, tepat berada diantara dua sungai yang menjadi perbatasan negara.

Tak ada akses darat untuk sampai ke pos tersebut, hanya tersedia sungai dengan arus deras, dan transportasi yang ada juga hanya kapal kayu kecil. Perlu waktu 5 jam perjalanan sungai, untuk menuju dan dari posko ke Malinau, Kalimantan Utara.

Disana ia betugas sambil berusaha bertahan hidup. Kesulitan mendapatkan logistik pun ia alami.

Untuk mendapat makanan, ia harus menunggu apabila ada masyarakat yang melintas, untuk menitip agar dibelikan bahan makanan.

Baca juga: Ratusan Prajurit Yonif Raider 600/Modang Nikmati Nasi Goreng Lima Ribuan Buatan Persit

Tidak hanya itu, poskonya juga berada ditengah-tengah hutan, yang masih berdampingan dengan berbagai jenis binatang buas.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved