Pilpres 2024
Bukan Hanya Faktor Cak Imin, Cek Deretan Blunder Jokowi yang Buat Elektabilitas Anies Baswedan Naik
Bukan hanya faktor Cak Imin, cek deretan blunder Jokowi yang buat elektabilitas Anies Baswedan naik
TRIBUNKALTIM.CO - Elektabilitas Anies Baswedan mengalami kenaikan setelah PKB bergabung dalam Koalisi Perubahan.
Diketahui, Anies Baswedan menerima Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres.
Kenaikan elektabilitas Anies Baswedan ini berdasarkan temuan lembaga survei Politika Research & Consulting (PRC) sebelumnya dan terbaru Indo Riset yang dirilis Senin (25/9/2023).
Menurut pemerhati politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr Bramastia, dukungan PKB hanya salah satu faktor menguatnya tingkat keterpilihan Anies Baswedan.
Bagi dia, ada dua penyebab lainnya.
Baca juga: Reaksi Politis Kaesang Saat PSI Diajak Puan Maharani Kembali Dukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024
Baca juga: Babak Baru IKN Nusantara, 20 Investor Antre Grounbreaking, Pacuan Kuda Hingga Konservasi Orangutan
"Pertama, survei itu muncul dan suara Anies membesar karena situasi politik di pemerintahan Jokowi sekarang ini terutama (setelah mencuatnya) kasus Rempang," jelasnya dalam siaran tertulis pada Selasa (26/9/2023).
Dia menjelaskan di masa-masa akhir pemerintahan Jokowi ini banyak muncul kebijakan blunder yang menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat.
Bahkan isu kerakyatan, nasionalisme, dan revolusi mental yang digaungkan Jokowi selama ini tidak terlihat jejaknya.
Justru yang tampak sebaliknya.
"Ketika yang terjadi antitesa, pendukung Jokowi ini mengalami sebuah kesadaraan kritis.
Angin perubahan lambat laun semakin mengencang. Akhirnya justru (dukungan) mengarah kepada Anies," beber dosen Program Pascasarjana UNS Solo ini.
Faktor kedua, sambungnya, belum bersikapnya Jokowi dalam menentukan sikap siapa yang akan didukung pada Pilpres 2024 ini.
Hal ini semakin memberi angin segar kepada Anies Baswedan.
"Ketidakjelasan dukungan Jokowi antara Ganjar atau Prabowo ini justru membuat massa pendukung Jokowi menjadi galau.
Apalagi mereka dihadapkan situasi di titik-titik akhir pemerintahan yang justru tidak menampakkan sebuah perubahan yang signifikan," ungkapnya.
Penyebab ketiga yang membuat elektabilitas Anies naik tidak lepas dari dukungan PKB.
Menurutnya, dukungan PKB dan Cak Imin menjadi cawapres ini membuat dukungan warga NU semakin kuat kepada capres Koalisi Perubahan tersebut.
Baca juga: Doni Monardo Sakit Apa? Panglima Covid-19 Indonesia Kini Dirawat Intensif di RS, Simak Profilnya
"Langkah cepat Muhaimin ini membuat pintu NU yang di awal galau mau kemana, menurut saya sekarang pintu-pintu itu mulai terbuka," imbuhnya.
Apalagi Muhaimin dengan cerdas mengkapitalisasi dan mempengaruhi massa ormas terbesar di Indonesia tersebut.
Misalnya dengan mengatakan politik itu berat biar PKB saja melakoninya sementara PBNU konsen mengurus umat dan dakwah saat Muhaimin merespons Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf yang mengingatkan agar NU tidak seret-seret ke politik.
"Massa NU terkonsolidasi dan membuat suara AMIN ini menjadi (naik) sangat signifikan.
Jadi calon-calon lain menurut saya kalah start.
Sudah ditembus dan langsung dikapitalisasi oleh Muhaimin," tandasnya.
Elektabilitas di Jatim dan Jateng Meningkat
Ketua KPU Jawa Tengah 2013-2018, Joko Purnomo mengungkapkan peningkatan elektabilitas Anies Baswedan di Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjukkan Cak Imin dan PKB berdampak signifikan.
Karena di dua provinsi ini, partai berbasis massa NU tersebut cukup kuat.
"PKB diakui atau tidak diakui, merupakan representasi dari ormas terbesar di Indonesia yakni NU. Suka tidak suka, konstituen PKB itu boleh dibilang 99 persen adalah NU.
Dengan demikian bisa disebut PKB sebagai partai politik yang merepresentasikan kekuatan NU," jelas , Selasa, 26 September 2023.
"Dengan masuknya Cak Imin, PKB, maka pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) akan mendapatkan support yang sangat besar khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dukungan PKB itu sangat signifikan untuk menaikkan suara dan memberikan peluang kemenangan yang lebih besar kepada pasangan Anies dan Cak Imin," sambungnya.
Meski demikian, dia menjelaskan survei hanya satu salah satu cara dalam melihat tingkat keterpilihan kandidat.
Baca juga: Hasil Survei Cawapres 2024 PRC: Cak Imin Belum Mampu Dongkrak Anies di Jatim, Prabowo dan Ganjar?
Sehingga tidak mutlak bisa dijadikan rujukan.
Mengingat, beberapa kali temuan survei hasilnya meleset.
Dia mencontohkan pengalaman Pilgub Jawa Tengah 2018 antara Ganjar Pranowo-Taj Yasin dan Sudirman Said-Ida Fauziah.
Pasangan juru bicara Anies, Sudirman Said, dan kader PKB, Ida Fauziah tidak pernah diunggulkan.
Bahkan seminggu menjelang pencoblosan, elektabilitas keduanya tidak pernah bergerak dari angka 12 persen.
"Tapi hasilnya (Sudirman-Ida memperoleh) 41,2 persen suara, hampir tiga setengah kali lipat. Itu salah satu contoh kenapa survei itu sebagai salah satu saja alat untuk melihat elektabilitas," paparnya.
Berkaca Pilkada 2018 tersebut, dan juga pilkada serentak dan pemilu sebelumnya, dia meyakini masyarakat Jawa Tengah sudah rasional dalam menentukan pilihan. Karena hasil pilkada tidak didominasi partai tertentu.
"Itu tampak di masing-masing daerah itu tidak didominasi partai tertentu. Meskipun di beberapa daerah didominasi partai tertentu. Di situ saya melihat rasionalitas masyarakat cukup baik di Jawa Tengah," imbuhnya.
Dia pun menepis anggapan Jawa Tengah merupakan basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Bahkan menurutnya, provinsi tersebut tidak layak disebut sebagai kandang banteng.
"(Suara PDIP) di Jawa Rengah cuma 29,71 persen suaranya. Secara nasional PDIP itu hanya 19,33 persen. Kalau misalnya dia (punya suara) 50 atau 60 persen di satu provinsi, okelah disebut kandang banteng," tegasnya.
Sementara menghadapi Pemilu 2024 ini, Joko Purnomo sendiri ketika ditanya masyarakat akan memilih siapa, dia meminta untuk menggunakan tiga indikator.
Pertama, visi-gagasan.
Kedua, kinerja yakni bagaimana mengimplementasikan gagasan saat memimpin.
Dan ketiga, rekam jejak prestasi.
Baca juga: Hasil Survei Capres Cawapres 2024 Terbaru: Elektabilitas Anies Baswedan Melonjak Berkat Cak Imin
"Saya kira tiga indikator yang sederhana itulah yang bisa menjadi guide bagi masyarakat untuk menilai siapa calon pemimpin yang layak dipilih," tandasnya.
Survei Indo Riset
Survei Nasional Indo Riset pada 11-18 September 2023 yang dirilis kemarin menunjukkan adanya kenaikan elektabilitas Anies Baswedan dari 22 persen pada Agustus 2023 menjadi 25,2 persen pada September 2023.
Peneliti Indo Riset Roki Arbi menjelaskan kenaikan elektabilitas Anies atau rebound suara Anies ini disumbang beberapa faktor.
Pertama, efek bergabungnya PKB ke Koalisi Perubahan.
Kemudian, terjadi kenaikan dukungan pemilih di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah-DIY.
Selanjutnya, membesarnya dukungan pemilih partai koalisi yaitu Nasdem, PKS dan PKB, ke Anies Baswedan. (*)
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Tak Hanya Pengaruh Cak Imin, Kebijakan Blunder Jokowi Jadi Pemicu Melejitnya Elektabilitas Anies
PTUN Putus Gugatan PDIP soal Pencalonan Gibran pada 10 Oktober, Bagaimana Nasib Pelantikan Wapres? |
![]() |
---|
Pelantikan Presiden 2024 Kapan? Jadwal Resmi dari KPU dan Lokasi, Prediksi Kabinet Prabowo-Gibran |
![]() |
---|
Kapan Prabowo Dilantik Menjadi Presiden dan Gibran Jadi Wakil Presiden ke-9 RI? Ini Jadwal Resmi KPU |
![]() |
---|
Refly Harun Ejek Anies yang Pilih Istirahat Usai Pilpres 2024, Masa Pemimpin Perubahan Rehat? |
![]() |
---|
'Kebetulan', Kata Ketua Baleg Soal UU Kementerian Negara Direvisi Usai Prabowo Ingin Tambah Menteri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.