Berita Nasional Terkini

Diduga Beras Plastik, Desi Demam dan Pusing Usai Makan Nasi, Cepat Basi dan Keras

Diduga beras plastik, Desi warga Bukittinggi, Sumatera Barat, demam dan pusing usai makan nasi.

TRIBUNKALTIM.CO/NURILA FIRDAUS
Ilustrasi Beras- Diduga beras plastik, Desi warga Bukittinggi, Sumatera Barat, demam dan pusing usai makan nasi. 

Adapun dugaan awal terkait beras sintetis ini pertama kali muncul di Bukittingi, Sumatera Barat, di mana ada salah seorang warga mengaku sakit usai mengonsumsi beras yang diduga sintetis.

“Ini harus dilihat apakah ada bahan lain yang dikonsumsi selain beras dan apakah semua yang mengonsumsi juga mengalami gejala yang sama," kata Andriko dalam keterangannya yang diterima Tribun.

Dia bilang, kasus ini tidak bisa digeneralisir.

Sebab, jika memang penyebabnya dari beras yang diduga sintetis, tentunya akan lebih banyak orang yang terkena dampaknya.

Sehingga, Andriko memastikan pihaknya akan fokus ke kasus keracunan tersebut.

Terkait kasus di Bukittinggi, ia mengatakan saat ini Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittingi selaku OKKPD (Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah) bersama Satgas Pangan telah mengambil tindakan dengan turun langsung ke lokasi untuk meminta keterangan dan mengumpulkan bukti.

Guna membuktikan kasus ini, Andriko mengatakan saat ini sampel beras yang diduga sintetis tersebut sudah diambil dan dikirimkan ke laboratorium yang terkreditasi untuk proses uji lab.

“Untuk memastikan apakah sebab sakitnya akibat mengonsumi beras tersebut, maka harus dilakukan pengecekan kebenarannya. Apakah itu beras benar sintetis sehingga mengganggu kesehatan," ujarnya.

Ia mengatakan, untuk validasinya harus dilakukan pengujian profil plastik yang dikandung terhadap sampel beras yang sama dengan yang dikonsumsi saat itu.

Andriko pun menegaskan jika penjaminan keamanan pangan segar di peredaran merupakan salah satu fokus dari kewenangan Bapanas selaku OKKP Pusat (OKKPP) bersama dengan Dinas Pangan di seluruh Provinsi selaku OKKP Daerah (OKKPD) yang secara intensif terus dilakukan yang bersinergi dengan satgas pangan.

“Pengawasan keamanan dan mutu PSAT di peredaran baik pre-market maupun post-market dilakukan oleh OKKPP dan OKKPD untuk menjamin pemenuhan standar keamanan dan mutu pangan, yaitu residu pestisida, logam berat, mikotiksin, dan cemaran mirobiologi," kata Andriko.

"Penjaminan keamanan dan mutu pangan ini dilakukan melalui registrasi izin edar dan sertifikasi penerapan penanganan yang baik (SPPB), termasuk jaminan atas kebenaran informasi terkait keamanan pangan yang beredar di masyarakat ungkapnya," lanjutnya.

Kepala Bapanas yang juga Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa isu beras sintetis rentan dihembuskan di tengah upaya pemerintah melakukan stabilisasi pasokan dan harga beras dengan menggencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM), bantuan pangan beras, dan operasi pasar Bulog.

Maka dari itu, selain melakukan tindakan pengujian ilmiah terhadap sampel beras melalui Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) di bawah Badan Pangan Nasional, Arief juga meminta satgas pangan untuk melakukan pengawasan dan penindakan terhadap pihak-pihak yang terbukti menyebarkan berita hoax mengenai beras sintetis ini.

“Sekarang kalau ada beras sintetis, satgas pangan investigasi dan jika memang terbukti bersalah, perlu diproses secara hukum, sehingga masyarakat tenang dan mendapat kejelasan mengenai masalah ini," kata Arief.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved