Berita Bulungan Terkini
BPMP Fasilitasi Ekosistem Pendidikan di Kaltara, Ubah Peran Supervisor Jadi Fasilitator Perubahan
BPMP fasilitasi ekosistem pendidikan tumbuh di Kaltara, ubah peran supervisor jadi fasilitator perubahan.
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Kolaborasi menjadi kunci Kalimantan Utara (Kaltara) begitu agresif dalam melakukan pemulihan pembelajaran (learning recovery) dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Kolaborasi ini bisa terwujud karena Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) menyediakan diri sebagai fasilitator.
BPMP menghubungkan semua pihak untuk saling membantu dan bekerjasama.
Terbentuknya suatu ekosistem pendidikan yang dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bukan hal yang mudah dan waktu yang cepat.
"Perlu adanya sinergitas semua para pemangku kepentingan (stake holder),” kata Kepala BPMP, Jarwoko, belum lama ini.
Baca juga: 8 Fakta Kabupaten Berau yang Disebut-sebut akan Gabung ke Kaltara, Punya Wisata Bawah Laut Mendunia
Baca juga: Universitas Borneo Tarakan Paparkan Hasil Kajian Terbaru tentang Wacana Berau Gabung Kaltara
Baca juga: Soal Tawaran Berau Gabung Kaltara, Mantan Bupati Berau Makmur HAPK: Ikuti Suara Rakyat
Dia sangat bersyukur kondisi pendidikan di Kaltara, karena merasakan semangat belajar dan kolaborasi yang sudah ada.
Jarwoko mengatakan sudah ada terbentuk suatu ekosistem pendidikan yang membutuhkan suatu panggung atau kesempatan.
Walaupun mereka memang sebenarnya kecil-kecil tetapi jika dikumpulkan itu menjadi energi yang bagus.
Hal seperti itu yang tampak dengan munculnya komunitas belajar di Kaltara bernama Enggang Benuanta.
Di mana komunitas belajar ini muncul pertama kali saat adanya pandemi Covid-19.
Mereka memiliki sukarelawan yang luar biasa.
"Kita belum terpikir seperti itu, mereka sudah punya gagasan. Lalu saya menanyakan apa maunya mereka," kata Jarwoko.
Komunitas Belajar Enggang Benuanta ini menginginkan bagaimana memberikan kegiatan pembelajaran dan mengajarkan guru-guru untuk memanfaatkan teknologi informasi melalui zoom atau daring.
Pihak BPMP menyediakan fasilitas kepada komunitas Enggang Benuanta untuk melakukan kegiatan daring guna mengajarkan para guru untuk bisa menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan digital.
Selain itu, Jarwoko juga menyediakan sertifikat buat peserta yang mengikuti daring, jadi komunitas ini tidak menggeluarkan dana sama sekali.
Kegiatannya dengan menggunakan daring ini bermacam-macam temanya seperti bagaimana memanfaatkan rumah belajar dengan sumber belajar yang ada di rumah belajar.
"Kalau sekarang platform Indonesia mengajar yang dulu belum ada, tapi kita sudah ada duluan,” katanya.
Kegiatan yang dilakukan oleh para sukarelawan Komunitas Enggang Benuanta sekarang sudah masuk episode ke 76.
Para sukarelawan di komunitas rumah belajar tersebut berasal dari Duta Rumah Belajar, Sahabat Rumah Belajar, fasilitator daerah (fasda) dari Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) ada juga Agen Peningkatan Karakter dan mereka semua terhimpun di dalamnya.
Peserta daring bukan hanya di Kaltara tapi se-Indonesia dengan basisnya di Kaltara. INOVASI adalah program kemitraan antara Indonesia dan Australia.
Komunitas belajar Enggang Benuanta bisa menghadirkan nara sumber dari seluruh Indonesia tanpa mengeluarkan biaya.
Baru kemudian Jarwoko berpikir pada tahun 2021, mulai memberikan insentif kepada nara sumber dan bertahan sampai sekarang.
"Kami melihat seperti itu, maka menyiapkan untuk sanggar belajar untuk Enggang Benuanta berupa satu ruangan dilengkapi dengan satu komputer untuk mereka," kata Jarwoko.
Baca juga: Wacana Gabung Kaltara, Anggota DPRD Feri Kombong Sebut Akan Diskusi dengan Masyarakat Berau
Fasilitas yang diberikan tersebut digunakan untuk pertemuan bila mau offline.
Selain itu, untuk mencari sumber-sumber belajar yang bisa diambil oleh para guru.
BPMP menyediakan untuk daring yang memiliki kapasitas 500 peserta.
Untuk membahas macam-macam terkait pembelajaran yang menyenangkan.
Termasuk bagaimana membuat media pembelajaran yang menyenangkan melalui aplikasi-aplikasi yang tersedia.
Duta Rumah Belajar di komunitas Enggang Benuanta sebagai leader.
"Dari Duta Rumah Belajar yang membantu bu Anita kemudian Bu Mariati dan Bu Maria," katanya.
Hal ini sangat membantu dan sekarang mereka mentoring di satuan-satuan pembelajaran untuk memanfaatkan platform Merdeka Mengajar melalui satuan pendidikan.
Komunitas ini juga membantu sekolah mana yang belum melakukan aktivasi yang berbasis online di Kaltara dengan melihat dashboard.
"Mereka yang akan membantu bila ada sekolah mengalami kesulitan pembelajaran, karena terdeteksi seluruh Kaltara dengan ekosistem ini yang sudah terbentuk dan bagus,” kata Jarwoko.
Jarwoko mengungkapkan BPMP di Kaltara baru terbentuk dan BPMP termuda yang dipimpinnya.
Sudah mendapat penghargaan dua kali, di mana pada tahun 2021 Unit Unit Pelaksana Teknis (UPT) terbaik tingkat 1 dan pada tahun 2023 mendapat peringkat 3 nasional untuk keterbukaan pelayanan publik yang pertama.
Adalah kinerja pencapaian anggaran, bukan hanya penyerapan tapi juga kepatuhan dan ketaatan anggaran pada tahun 2022.
Keberhasilan BPMP meraih prestasi tersebut, karena keyakinan dari Jarwoko yang selalu berpikir positif dalam mengerjakan dan bekerjasama dengan pihak lain.
“Saya punya keyakinan saja bahwa semua orang itu punya kemauan baik, asal kita bisa gotong royong. Kalau kita sendirian yang tidak mungkin, kita percaya saja,” katanya.
Terutama dengan pemerintah daerah, BPMP harus dirasakan kebeadaannya, jangan hanya ada, tapi juga memberi manfaat atas keberadaannya.
Serta mendorong keberadaan lembaga ini memberikan nilai tambah.
Baca juga: Alasan Konsep Food Estate tak Bisa Digunakan di Bulungan Kaltara, Soroti soal IKN Nusantara
Berbagi dan Berkolaborasi

Membangun ekosistem pendidikan dengan berbagi dan berkolaborasi serta memberikan kontribusi, supaya memberikan manfaat, jadi jangan mengerjakan sendiri.
“Jadi kalau kita bisa ayo mari kita ajak teman kita. Terus kita berkontribusi dengan memberi manfaat. Misalnya teman - teman dari Duta Rumah Belajar berkumpul, ayo apa yang mau disumbangkan,” kata Jarwoko.
Dia menggambarkan bahwa bangsa Indonesia dulu merdeka karena semua orang menyumbang, bukan semua orang minta.
Jarwoko menginginkan bagaimana anak-anak sekolah di Kaltara ada kebahagiaan dan kedamaian.
Menurutnya kenyamanan sekolah itu penting karena kalau sekolah itu nyaman guru-guru akan berpihak kepada peserta didik.
Di mana guru itu harus memihak kepada manusianya bukan pada materi pelajarannya, dengan mengutamakan manusianya terlebih dahulu.
Hal tersebut dapat dirasakan jika anak-anak masuk di suatu sekolah bisa merasakan auranya bahagia.
Demikian juga pembelajaran yang disampaikan oleh para guru harus memberikan rasa nyaman kepada para siswa terlebih dulu.
Selain itu, dengan adanya BPMP jarak antara pemerintah pusat dan daerah itu dianggap jauh, maka harus ada titik tumpu yang bisa jadi pengungkit dalam hal ini adalah UPT.
Serta memastikan semua kebijakan- kebijakan pusat itu diterima di daerah dan untuk kepentingan daerah, bukan sekadar diterima daerah untuk kepentingan pusat. Hal itu yang tidak boleh.
Jarwoko mengungkapkan saat ini satuan pendidikan yang menjadi tumpuan adalah pengawas, maka harus menjadi satu klaster jangan hanya pengawas sendiri.
Baca juga: Muncul Semburan hingga 4 Meter Terjadi di Mangkupadi Kaltara, Kades Pastikan Bukan Minyak
Saat pelatihan diharapkan ada pengawas, kepala sekolah ada guru dalam satu klaster.
Masing-masing sekolah nantinya ada yang disebut sebagai agen pengerak berasal dari guru.
Di mana pengawas maupun guru bisa mengerakkan perubahan ke arah lebih baik.
Dalam membangun perubahan tersebut, dia mengatakan tidak bisa tergesa-gesa, bukan hanya dibuktikan dengan identitas bahwa sekolah sudah berubah dalam bentuk dokumen-dokumen kurikulum.
Maka yang terjadi mengulang kesalahan yang sama pada saat terjadi perubahan kurikulum.
Namun sebenarnya kurikulumnya tidak pernah berubah hanya dokumennya yang berubah ini berbahaya.
Jarwoko punya harapan ekosistem pendidikan di Kaltara baik, tapi saat ini belum final, masih melihat belum berubah.
Masih ada ekosistem sekolah gurunya masih ada yang membentak tapi masih mempunyai harapan.
“Saya melihat tanda-tanda perubahan ke arah baik. Saat sekarang sudah banyak yang berubah. Guru-guru sampai menangis waktu bertemu saya.
Mereka mengatakan aduh pak saya merasa bersalah. Saya dulu berpikir pada materi pelajaran ketika, tapi bapak memberi motivasi yang lebih baik adalah peserta didik,” kata Jarwoko.
Sebenarnya yang mau diubah adalah membangun image, bagaimana seadainya peserta didik itu punya bayangan bahwa sekolah itu menyenangkan dan asyik, maka anak-anak jadi orang yang suka sekolah. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.