IKN INSIGHT

Guru Ujung Tombak "Smart People"

Inilah harapan hebatnya guru-guru di Kaltim untuk Indonesia; mencetak generasi selanjutnya yang menjadi juara di tingkat global, tapi...

Editor: Fransina Luhukay
HO
Hetifah Sjaifudian, Wakil Ketua Komisi X DPR RI 

Oleh: Hetifah Sjaifudian, Wakil Ketua Komisi X DPR RI


TRIBUNKALTIM.CO - Ibu Kota Nusantara (IKN) adalah sebuah "Smart City" di tengah hijaunya hutan Kalimantan Timur. Bila kita berimajinasi ke 2045, tentu saya mengharapkan IKN tidak sekadar menjadi kota metropolis yang dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi yang modern dan futuristik, tapi juga kota hidup dan kreatif karena adanya sumber daya manusia yang cerdas berkualitas.

Mungkin, 22 tahun lagi akan banyak kendaraan tanpa awak yang berlalu lalang di jalan-jalan Penajam Paser Utara, Balikpapan, dan Kutai Kartanegara. Serta masyarakatnya sedang asyik menikmati alam sambil memerhatikan gawai mereka menggunakan yang sudah dalam bentuk hologram.

Angan-angan itu saya yakini bukan sekadar jadi utopia belaka. Hidup yang lebih modern, nyaman dan sejahtera bagi masyarakat Kalimantan Timur yang saya cintai sepenuh hati. Harapan dan mimpi akan jadi kenyataan, apabila kita mau bersungguh-sungguh bergerak bersama menuju masa depan yang indah itu.

Pembangunan "Smart City" IKN, tidak bisa sekadar dalam bentuk fisiknya saja, juga harus dihuni oleh "Smart People", masyarakat yang cerdas, modern dan berbudaya. Apalah artinya kemajuan sebuah kota, jika peradabannya masih tertinggal.

Di sini peran pendidikan dibutuhkan dalam pembangunan peradaban sebuah kota yang modern. Guru-guru di Kaltim akan menjadi ujung tombak dalam menggapai asa tersebut.

Sebenarnya, para tenaga pengajar di sekitar wilayah IKN, seperti Balikpapan, PPU dan Kukar sudah sadar dengan hal ini. Saya senang sekali pada 20 November 2023 lalu, diundang Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Balikpapan untuk menjadi keynote speaker.

Kegiatannya juga menarik, membahas perihal guru-guru di Balikpapan untuk menyongsong IKN 2024. Tentu ini memberikan percikan semangat kepada saya dan juga pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk membersamai para guru dalam membangun kualitas manusia modern yang cerdas demi masa depan bangsa.

Namun, para guru juga tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan peran stakeholder terkait. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, wajib berkolaborasi dan bersinergi untuk memberikan sarana dan prasarana yang layak kepada guru-guru untuk bisa memberikan pengajaran yang terbaik kepada para muridnya.

Saya tentu mengharapkan seluruh sekolah dan guru-guru di Bumi Etam, akan mendapatkan perangkat teknologi yang terbaik, untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar. Namun, perangkat ini juga dibarengi dengan pemenuhan kecepatan koneksi internet yang lebih baik.

Sehingga, dalam kegiatan belajar dan mengajar, para guru dan murid dapat memanfaatkan Artificial Inteligence (AI) atau kecerdasan buatan dan Internet of Things (IoT), untuk memudahkan kegiatan belajar. Sehingga AI dapat dimanfaatkan untuk memberikan inspirasi kepada para siswa dan juga guru, untuk membuat sebuah inovasi dalam ilmu pengetahuan.

Kesinambungan antara kemajuan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar ini akan menjadi keniscayaan di era globalisasi ini. Para guru di seluruh Kaltim bahkan di penjuru Tanah Air diharapkan dapat memanfaatkan teknologi dalam proses belajar dan mengajar. Sehingga terjadi kolaborasi dan terbangun sinergitas antara siswa dengan guru, dan institusi pendidikan, agar literasi digital dapat meningkat dengan pesat demi mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Namun, sebelum hal itu benar-benar terjadi, maka kita juga wajib menyiapkan guru-guru dengan kompetensi terbaik, yang memegang teguh kode etiknya. Saya tahu, masih banyak kesenjangan yang terjadi terhadap guru di Tanah Air kita. Hal ini masih terus saya perjuangkan bersama teman-teman saya di Komisi X DPR RI.

Saat ini memang masih banyak persoalan terhadap guru-guru di Indonesia. Salah satunya yang paling banyak disuarakan adalah status guru honorer yang jumlahnya saat ini 52,2 persen dari total 3,3 juta guru. Sementara itu, di sisi lain kekurangan tenaga pengajar di Tanah Air pada 2024 diproyeksikan mencapai 1,31 juta guru.

Persoalan ini tentu menjadi perhatian bersama, terutama bagi para guru di Kaltim yang telah menjadi garda terdepan dalam pendidikan di Bumi Etam. Untuk itu, diperlukan distribusi penempatan guru yang lebih merata di berbagai daerah, mengimbangi rekrutmen jumlah guru dengan yang akan pensiun setiap tahunnya, pembukaan unit sekolah baru dan penambahan kelas berdasarkan data pokok pendidikan (Dapodik). Terakhir, adalah meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Maraknya Fenomena Sound Horeg

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved