Horizzon

PR Itu Diingatkan Kembali oleh Mas Bechi

Kabar tentang sakitnya Achmad Subechi, atau Mas Bechi, begitu kami memanggilnya membuat kami semua terkejut.

|
Penulis: Ibnu Taufik Jr | Editor: Syaiful Syafar
DOK TRIBUNKALTIM.CO
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim. 

Mas Bechi boleh tak lagi di Tribun Kaltim sejak 2014, namun ruang-ruang diskusi di Tribun Kaltim, utamanya di redaksi tak pernah lepas dari seorang Ahmad Subechi.

Orangnya boleh jadi takikut dalam diskusi, namun nilai-nilai tentang bermedia yang ditanamkan Pemred Flamboyan ini selalu menjadi warna dan tak jarang mewarnai keputusan yang kami ambil.

Dengan tangan dingin Mas Bechi berikut gaya kepemimpinannya yang khas, harus diakui bahwa selama enam tahun kepemimpinannya (2008-2014) Tribun Kaltim tengah berada di puncak kejayaan secara subtantif.

Selain bicara soal bisnis media, cara Mas Bechi menjalin relasi dengan berbagai entitas di Kalimantan Timur membuat nyaris semua kami bangga melekatkan label Tribun Kaltim di belakang nama kami.

Mas Bechi yang kurus kering dan paling gemar namun paling takut dengan kisah-kisah hantu itu juga mampu membuat orang-orang penting di Kalimantan Timur, mulai pejabat, pengusaha, TNI/Polri dan tokoh masyarakat menaruh respect terhadap Tribun Kaltim.

Baca juga: Sakit Menahun Demokrasi Indonesia

Dinahkodai Mas Bechi, Tribun Kaltim adalah ruang diskusi yang asyik bagi mereka yang ingin bicara soal memajukan peradaban sekaligus meletakkan cita-cita ke depan Kalimantan Timur.

Meski kadang membuat kami kesal lantaran disandera Mas Bechi untuk sekadar mendengar dongengnya hingga larut pagi, namun harus diakui, kami semua merasa sangat bangga ber-Tribun Kaltim.

Barangkali, di era Mas Bechi era disrupsi media belum seradikal saat ini sehingga dengan gayanya yang kalem namun keras dalam prinsip, Mas Bechi mampu menjadikan Tribun Kaltim benar-benar membumi dan mampu menjadi dirijen dalam setiap orkestrasi di Bumi Etam.

Itulah satu alasan mengapa meski sudah berkarier dan mendedikasikan karyanya di tempat lain, namun standar yang telah ditetapkan dan dibangun Mas Bechi adalah arah yang ingin kami tuju untuk kembali.

Nilai-nilai yang ditinggalkan Mas Bechi adalah spirit bagi kami untuk membangun kembali kejayaan Tribun Kaltim, dengan tantangan dan juga situasi yang tentu sangat berbeda dibanding medio 2008-2014.

Baca juga: Plesiran Panjang Seorang Pensiunan

Kabar duka yang datang Minggu (3/12/2023) tentang kepergian seorang sahabat ini juga yang harus kami maknai sebagai pengingat dari seorang sahabat bernama Ahmad Subechi tentang bagaimana kita harus ber-Tribun Kaltim dan mendedikasikan profesi sebagai seorang jurnalis.

Nilai yang ditinggalkan Mas Bechi, yang berangkali selama ini terselip di tumpukan koran-koran bekas dan arsip release yang menumpuk di ruang redaksi harus kami rangkai kembali.

Jika kita percaya bahwa kebaikan Mas Bechi melalui nilai yang ditinggalkan adalah jariyah beliau, maka menyusun kembali nilai-nilai yang ditinggalkan adalah kewajiban bagi kita.

Baca juga: Laka Maut di Bawen dan Hantu di Simpang Rapak

Rasanya, kita tak boleh berkepanjangan dalam duka atas meninggalnya atasan, sahabat, mentor, sekaligus kawan ngopi yang kebaikannya akan selalu kita kenang.

Tugas kita saat ini adalah menuntaskan apa yang dicita-citakan beliau sebagai PR yang harus jadi prioritas, yaitu meneguhkan identitas Tribun Kaltim.

Teruntuk relasi dan semua pihak, kami semua memohonkan maaf atas semua salah dan khilaf yang pernah dilakukan Mas Bechi sambil memohon doa semoga beliau dipanggil dalam keadaan husnul khotimah.

Selamat Jalan Mas Bechi! Terima kasih telah meletakkan standar yang tinggi bagi Tribun Kaltim dan itu adalah tugas yang harus kami tunaikan. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved