Berita Mahulu Terkini
Batu Ayau, Kisah Kampung di Mahakam Ulu yang Berubah jadi Batu
Batu Ayau adalah salah satu wisata alam di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) yang terbentang di pinggir Sungai Mahakam.
Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Batu Ayau adalah salah satu wisata alam di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) yang terbentang di pinggir Sungai Mahakam saat menuju Kecamatan Long Pahangai dan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.
Dibalik keindahan Batu Ayau, masyarakat sekitar percaya bahwa tempat ini memiliki legenda.
Legenda Batu Ayau mengisahkan tentang suatu kampung yang berubah menjadi batu, beserta seluruh isinya.
Salah satu warga, Yuliana Angin Dasa berkisah Batu Ayau, konon adalah sebuah kampung, yang dihuni oleh Masya, layaknya kampung pada umumnya.
Baca juga: Mudik Natal dan Tahun Baru, Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Hadirkan Posko
"Dulu di Batu Ayau itu kampung, tapi sekarang sudah menjadi batu kurang tau sih itu terjadinya tahun berapa, sudah lama sekali," katanya kepada TribunKaltim.co, Selasa (19/12/2023).
Namun, suatu ketika hujan batu melanda kampung tersebut dan mengubah tempat itu menjadi batu.
"Kampung itu dan semua isinya jadi batu semua," tuturnya.
Konon, salah satu warga di kampung itu pernah mengalami luka mendalam karena anaknya meninggal.
"Itu ceritanya ada orang tua disana yang meninggal anaknya, mereka adakan pesta," ujarnya.
Untuk menghibur diri mereka mengadakan pesta yang berkepanjangan dan sangat lama.
"Pestanya itu lama sekali ngak berhenti-henti, itu untuk menghibur diri mereka biar bisa lupa dengan kesedihan karena anaknya meninggal," imbuhnya.
Baca juga: Pemkab Menyiapkan 7 Strategi Ketenagalistrikan untuk Menerangi Kabupaten Mahakam Ulu
Saat itu, untuk memeriahkan suasana mereka mengambil seekor kucing dan menghiasinya sambil tertawa.
"Mereka mengambil seekor kucing dikasih celana dan baju, ditaruh di tengah, disitu mereka ketawa," lanjut nenek usia 70 tahun ini.
Tanpa diduga, setelah pertunjukan kucing menari itu, seketika terjadi hujan batu.
"Habis itu datang angin dan guntur, tapi itu hanya kita dengar kita ngak lihat juga," kisahnya.
Baca juga: Pelajar di Long Bagun Kabupaten Mahakam Ulu Bagi-bagi Uang Hasil Curian kepada Teman Sekolah
Masyarakat Suku Dayak percaya bahwa hewan tidak untuk dipermainkan.
Hal ini dikarenakan dalam perspektif orang Dayak, hewan juga memiliki jiwa atau roh yang perlu juga untuk dihargai dan dihormati.
(*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.