Tribun Kaltim Hari Ini

Dinas Kesehatan Berau Temukan Total 60 Kasus Demam Berdarah, Masuk Zona Merah DBD

. "Karena masalah lingkungan ini kan tidak bisa dari Dinkes saja, maka peran serta masyarakat kami harapkan bahwa setiap keluarga bisa kontrol pengawa

Penulis: Martinus Wikan | Editor: Nur Pratama
TRIBUN JOGJA/M FAUZIARAKHMAN
Demam berdarah dengue (DBD). 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Dinas Kesehatan Berau mencatat sebanyak 60 kasus DBD ditemukan di Kabupaten Berau hingga Januari 2024.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Garna Sudarsono menejelaskan 60 kasus terbanyak berada di Puskesmas Tanjung Redeb, sebanyak 14 kasus.

Di Puskesmas Batu Putih ada 10 kasus, Puskesmas Tubaan ada 7 kasus, Teluk Bayur 5 kasus, Gunung Tabur ada juga 5 kasus DBD.

Kemudian Long Boy, Merapun, Segah, Long Laay hingga kini belum ditemukan satupun kasus DBD dari tracking Dinkes Berau. "Data kasus DBD ini kami update setiap hari dan dilaporkan setiap minggu ke Dinkes," tuturnya kepada Tribunkaltim.co, Senin (5/2).

Baca juga: Vaksinasi DBD di Balikpapan Diberikan 2 Kali, Sasar Anak SD Kelas 3-6, Belum Ada Keluhan

Sebab Garna mengungkapkan saat ini seluruh wilayah Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Timur sedang berada pada zona merah.

"Zona merah DBD, kemudian angka bebas jentik ini tinggi hampir semua rumah terdapat jentik tapi kami harap teman-teman Puskesmas lakukan survei jentik pada wilayah masing-masing," imbuhnya.

Sebagai data perbandingan akhir tahun 2023 lalu DBD di Kabupaten Berau berjumlah mencapai 331 kasus. "Kemarin di akhir 2023 ada 331 kasus dengan dua kematian," ungkapnya.

Kendati demikian, pada Februari ini Dinkes telah membuat surat edaran untuk semua Puskesmas agar meningkatkan layanan kewaspadaan pencegahan DBD. "Kita akui bersama lingkungan masyarakat kita memang masih kurang bersih dan perubahan iklim juga menjadi faktor utama penyebaran DBD," bebernya.

Pihaknya optimis dengan kerja sama lintas sektor masalah DBD di Berau bisa tertekan. "Karena masalah lingkungan ini kan tidak bisa dari Dinkes saja, maka peran serta masyarakat kami harapkan bahwa setiap keluarga bisa kontrol pengawasan masalah jentik nyamuk," tutupnya.

Sebelumnya, Pelaksanaan Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Halijah mengimbau masyarakat untuk waspada penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) dan Malaria pada musim penghujan seperti saat ini.

Disebutnya, pada tahun 2023 terdapat 2 kasus meninggal dunia akibat penyakit DBD. Sedangkan, untuk penyakit melaria tidak ada. Dua kasus tersebut mendominasi sepanjang tahun 2023. "Yang meninggal ini biasa terjadi dirumah sakit karena terlambat untuk melakukan pemeriksaan," tuturnya kepada Tribunkaltim.co, Minggu (14/1).

Dikatakannya, kasus DBD tahun 2023 sebanyak 233 kasus. Dengan Puskesmas Tanjung Redeb serta Bugis yang paling banyak. Jumlah ini turun kisaran 300 persen dari jumlah kasus padatahun lalu.

Karenanya, Dinkes Berau juga telah meminta kepada seluruh pusat layanan kesehatan (Puskesmas) di Kabupaten Berau untuk terus melakukan sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarajat.

Tahun ini pihaknya akan terus berupaya melakukan pencegahan terhadap penyakit DBD dan malaria di Kabupaten Berau. Agar tidak mengalami lonjakan kasus. Pihaknya juga mencanangkan eleminasi penyakit malaria pada 2027 mendatang. Sebagai upaya untuk menghentikan penularan penyakit malaria dalam wilayah geografi tertentu.

"Harapan kita masyarakat bisa menerapkan perilaku hidup sehat tanpa keterpaksaan. Semoga pada 2024 tahun ini tidak ada kasus untuk malaria di Berau,"harapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved