Ibu Kota Negara

Alasan Penulis Sejarah Lokal dari Samarinda Usul Prasasti Yupa Dipindahkan ke IKN Nusantara

Kata dia, prasasti Yupa yang asli atau orisinal sebaiknya dipindahkan juga ke IKN Nusantara, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur

|
Penulis: Ilo | Editor: Budi Susilo
WIkipedia Commons dan Kompas.id
PRASASTI YUPA KALTIM - Muhammad Sarip, penulis sejarah lokal di Kalimantan Timur memberikan usulan kepada Otorita IKN Nusantara terkait prasasti Yupa di Kalimantan Timur, Sabtu (9/3/2024). Kata dia, prasasti Yupa yang asli atau orisinal sebaiknya dipindahkan juga ke IKN Nusantara, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.  

Sebagai kerajaan yang bercorak Hindu, Kutai Martadipura ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan India karena banyak pedagang India yang datang ke Nusantara pada masa itu.

Baca juga: Titik Nol IKN Nusantara Ditutup Sementara, Cek Alternatif Lokasi Lain yang Bisa Dikunjungi

Selain berdagang, orang-orang India yang datang ke Nusantara juga turut menyebarkan kebudayaan dari negara asal mereka sehingga banyak rakyat Nusantara yang mengikuti budaya India.

Nama Kutai diambil dari sebuah prasasti bernama Yupa yang oleh para ahli mitologi dipercaya merupakan peninggalan asli dari Kerajaan Kutai.

Dari prasasti Yupa, ditemukan juga nama Maharaja Kudungga yang merupakan pendiri Kerajaan Kutai Martadipura.

Setelah Maharaja Kudungga, hampir seluruh keturunannya menggunakan kata ‘Warman’ di belakang namanya terinspirasi dari bahasa Sansekerta yang biasa digunakan oleh masyarakat India bagian selatan.

Lihat Foto Prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai.
Lihat Foto Prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai. (Kemdikbud)

Selain Maharaja Kudungga, ada nama Maharaja Mulawarman yang juga populer karena berhasil membuat kerajaan dan rakyatnya menjadi lebih makmur.

Baca juga: Usulan Tinjau Sistem Perhitungan Kuota BBM Balikpapan, Buntut Antrean Panjang di SPBU

Kejayaan Kerajaan Kutai pada masa pemerintahan Maharaja Mulawarman juga ikut ditulis dalam Prasasti Yupa.

Dalam prasasti tersebut, dikatakan bahwa Mulawarman melakukan sebuah upacara pengorbanan emas dengan jumlah sangat banyak yang dijadikan sebagai persembahan untuk para dewa sekaligus juga dibagikan kepada para rakyatnya.

Sayangnya, kejayaan Kerajaan Kutai Martadipura ini mulai terasa goyah setelah meninggalnya Maharaja Mulawarman.

Raja-raja pengganti Mulawarman banyak yang tidak kompeten dan terlalu banyak membuat masalah sehingga kerajaan ini mulai berada dalam kondisi yang lemah dan tidak stabil.

Pada abad ke-13, terjadi peperangan antara Kerajaan Kutai Martadipura yang bercorak Hindu dan Kerajaan Kutai Kartanegara yang bercorak Islam.

Maharaja Dharma Setia yang merupakan raja terakhir dari Kutai Martadipura berhasil dikalahkan oleh Aji Pangeran Anum Panji Mendapa dari Kutai Kartanegara.

Baca juga: Status DKI Hilang dari Jakarta, Kapan IKN Nusantara Jadi Ibu Kota Indonesia Ada di Tangan Jokowi

Peristiwa ini menjadi penanda berakhirnya masa Kerajaan Kutai Martadipura di Nusantara.

Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kutai di Nusantara ditandai dengan ditemukannya 7 buah prasasti yang berwujud Yupa.

Yupa adalah sejenis tiang batu yang bertuliskan tentang sejarah Kerajaan Kutai, ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved