Tribun Kaltim Hari Ini

Puing Pesawat Smart Air Terlihat di Belantara Hutan Binuang Kaltara dan Kisah Pilot Capt M Yusuf

Tim SAR Gabungan berhasil menemukan titik jatuhnya pesawat Pilatus Pc6, PK SNE milik maskapai Smart Air, di Binuang, Krayan Tengah, Nunukan.

Tribun Kaltim
Tribun Kaltim Hari Ini. Tim SAR Gabungan berhasil menemukan titik jatuhnya pesawat Pilatus Pc6, PK SNE milik maskapai Smart Air, di Binuang, Krayan Tengah, Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (9/3). 

Seharusnya pesawat sudah tiba pukul 09.25 atau satu jam penerbangan.

Namun pesawat dialporkan hilang kontak sasat menuju Binuan, Krayan Tengah, Nunukan.

Data korban pencarian pesawat milik Smart Air ini di antaranya adalah Pilot Capt. M Yusuf berusia 29 tahun, beralamat di Kluster Botanical Garden III No. 9, Bekasi Selatan.

Lalu kedua adalah engineer atas nama Deni S beralamat di Wonoharjo Pangandaran.

Sementara itu, pihak Smart Air mengaku hingga Jumat lalu, keluarga dari pilot dan kru lainnya belum menghubungi maskapai Smart Air.

"Belum ada hubungi maskapai, belum ada kabar sama sekali hubungi kami. Yang jelas, untuk kondisi pilot sebelum terbang dalam keadaan sehat sebelum berangkat," kata Distrik Manager Smart Air Tarakan, Nasrul, Sabtu (9/3).

Menurutnya, Smart Air memiliki banyak pilot dengan jumlah pesawat kurang lebih ada 26 unit beroperasi di seluruh wilayah di Indonesia. Rutenya terbanyak salah satunya ke Papua dan Kalimantan.

Baca juga: TNI Bantu Cari Pesawat yang Hilang Kotak di Kaltara, Kodam VI Mulawarman Kerahkan Heli Bell-412EPI

"Khusus Kaltara, hampir sekitar 15 rute penerbangan perintis. Jumlah unit untuk jenis pesawat pilatus ada dua jenis. Jenis pesawat lain ada caravan. Fungsinya sama mengangkut penumpang dan kargo kadang," katanya.

Pesawat PK SNE yang hilang kontak, saat terbang membawa sembako sebanyak 21 item dengan berat 583 kilogram.

Item tersebut di antaranya gula sebanyak 25 kilogram, pasta gigi, kopi dan kebutuhan pokok masyarakat lainnya.

Pilot Sudah Setahun Terbangi Binuang

Maskapai Smart Air angkat bicara terkait pesawat miliknya, PK SNE Pilatus Pc6 yang hilang kontak saat menuju Desa Binuang,Krayan Tengah, Nunukan, Kalimantan Utara, Jumat (8/3) pagi.

Diketahui pesawat terebut lepas landas dari Bandara Internasional Juwata, Tarakan.

Distrik Manager Smart Air Tarakan, Nasrul mengklaim sebelum keberangkatan pesawat dengan rute Tarakan-Binuang tersebut, sudah dilakukan pemeriksaan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

Pesawat ini dipiloti oleh Capt. Muhammad Yusuf dan Deni S sebagai engineer.

Baca juga: Pilot-Kopilot Batik Air Tertidur 28 Menit, Angkut 153 Penumpang, Pesawat Keluar Jalur Penerbangan

Nasrul juga membeberkan, kondisi geografis dan cuaca di wilayah Binuang memang hanya bisa mengandalkan visual oleh seorang pilot.

Dalam hal ini pilot Capt. Yusuf diniliai sudah berpengalaman dan memiliki jam terbang 300 KM per jam atau kurang lebih hampir setahun sudah bolak balik di Kaltara, khususnya rute menuju Tarakan-Binuang-Malinau.

Karena home base PK SNE disiagakan di Hanggar Malinau.

Artinya kata Nasrul, pilot sudah berpengalaman menguasai medan.

Dikatakan Nasrul, sebelum berangkat, sesuai disampaikan Danlanud Anang Busra, pilot harus betul-betul melihat visualnya.

"Bahwa kebetulan pagi kemarin sebelum berangkat, kami meminta datanya dan kebetulan cuacanya dalam kondisi bagus.Untuk jarak tempuh ke Binuang 1 jam dari Tarakan. Jam terbang pilotnya sendiri di Pilatus, cukup lama di area Kalimantan. Totalnya jamnya sebanyak 754 jam. Kemudian di Kaltara sendiri sudah kurang lebih setahun," papar Nasrul.

Kemudian lanjut Nasrul, kapasitas pesawat tidak bisa ditentukan berapa yang bisa dibawa maksimal, menurutnya untuk muatan itu dihitung sesuai jarak dan bahan bakar yang dibawa.

“Dengan Rute Tarakan-Binuang, dengan bahan bakar dibawa bisa angkut 650 kilogram dan itu sudah dengan krunya,” jelasnya.

Baca juga: Kabar Terbaru Pesawat Hilang Kontak di Kaltara, 4 Polisi Pakai Motor Trail Tembus Tebing dan Gunung

Kemudian lanjutnya, perintis kargo rute Tarakan-Binuang ini terbang seminggu sekali.

Kemarin jadwalnya sedang tidak mengangkut penumpang dan hanya mengangkut barang. "Hanya ada kru (pilot) dan engineer.

Dan yang dibawa adalah bahan pokok seperti barang subsidi perintis kementerian," jelasnya.

Seharusnya kata Nasrul, jika sudah tiba di Binuang yang jadwal normalnya berangkat dari Tarakan pukul 08.30 WOITA tiba pukul 09.20 WITA, maka berlanjut menuju Desa Data Dian, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau.

"Seharusnya kalau sampai Binuang, selanjutnya menjalankan perintis lagi akan ke wilayah lain lanjut ke Malinau dan lanjut perintis ke Data Dian untuk perintis Malinau," terangnya.

Berkaitan dengan SOP sebelum terbang, memang satu orang lainnya yakni Deni S ikut dalam penerbangan karena bertugas sebagai engineer on board.

"Sebenarnya pesawatnya stanby di home base Malinau tapi di Tarakan menginap sehari, dan memang kami bawa engineer. SOP kami sebelum keberangkatan pesawat itu, semua komponen pesawat dicek. Dan sebelum dicek, dirilis. Jadi kondisi pesawat bagus. Dan pesawat itu masih baru,” tegasnya.

Nasrul menyampaikan bahwa untuk PK SNE ini sendiri beroperasi dari 2017.

Baca juga: Pilot-Kopilot Batik Air Tertidur 28 Menit, Angkut 153 Penumpang, Pesawat Keluar Jalur Penerbangan

Namun di Tarakan dan Kaltara, sudah empat tahun beroperasi. Untuk maskapai yang dimiliki Smart Air melayani rute perintis
Pemda Malinau dan Subsidi APBD Tanjung Selor.

"Rute awalnya beroperasi banyak ke wilayah, karena pesawat jenis ini diperuntukkan ke pedalaman. Untuk mensubsidi masyarakat. Di Kaltara jenis ini ada dua. Kebetulan basenya di Malinau. Pertama nomor registrasinya PK SNE dan kedua nomor registrasinya PK SND," beber Nasrul.

Dua pesawat ini juga sama tugasnya mengangkut penumpang dan kargo barang.

"Yang jelas jam terbang pilotnya sendiri sudah 700 lebih jam terbang di Kalimantan. Kemudian khusus masuk ke Binuang sendiri
sudah 300 jam artinya sekitar hampir satu tahunan lebih dan sudah termasuk familiar mengenal wilayah Binuang. Intinya pilot sangat menguasai situasi di sana," tegasnya.

Saat ditanyakan apakah ada kemungkinan mesin bermasalah saat perjalanan, Nasrul menegaskan bahwa itu sangat kecil terjadi, karena pesawat ini baru.

"Kalau trouble engine kecil kemungkinan. Karena sebelum berangkat, ada proses namanya pengecekan mesin. Jadi ada indikatornya dan semua dilaporkan normal semua. Termasuk bahan bakarnya karena semua pakai perhitungan aktual. Ada alatnya untuk menghitung itu. Sehingga tidak mungkin kita melanggar," tegasnya.

Peswat PK SNE juga dirancang single pilot. Sehingga tak ada copilot lanjutnya.

"Yang satunya engineer on board dia bertugas merilis mengecek pesawat sebelum berangkat. Sebenarnya kapasitas kursi bisa angkut tujuh penumpang. Tapi berhubung bawa kargo, kabin penuh dan cuma bisa dua orang di depan," jelasnya.

Pesawat ini sebelumya juga mengangkut penumpang karena memang ini adalah perintis Malinau dimana harga tiketnya untuk penumpang sudah disubsidi pemerintah atau SOA begitu juga dengan cargo.

"Kebetulan kemarin bawa APBN kargo perintis jadwalnya. Berat dibawa 583 kg actual dengan kru. Barangnya sembako minyak goreng, bawang. Seminggu terbang satu kali dari Tarakan," bebernya. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved