Jejak Islam di Bumi Etam
Jejak Islam di Bumi Etam 4 - Berdakwah di Sepanjang Pesisir Kaltim
Kisah siapa sebenarnya sosok Tunggang Parangan dan mengapa diberi gelar tersebut punya banyak cerita.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Syaiful Syafar
"Dakwah Islam ke sepanjang pesisir Kaltim, dalam naskah klasik disebutkan selatan itu Balikpapan titik batasnya, jika ke utara (batasnya) Sangkulirang, jadi sepanjang itu terjadi Islamisasi, dari Raja Mahkota dilanjutkan anaknya memerintah kerajaan," terang Sarip.
Wafatnya sosok Tunggang Parangan, tidak dibeberkan secara tegas, tetapi yang jelas tetap hidup di Raja Kutai, Aji Dilanggar (1600-1605) sampai proses pembangunan masjid dan langgar.
"Untuk detail wafatnya belum terekspose. (Peran) Proses perubahan religi dari Hindu corak lokal ke Islam iya (Tunggang Parangan banyak berperan)," katanya.
Informasi kapan wafatnya Tunggang Parangan juga tidak diketahui secara pasti.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 3 - Gelar Tunggang Parangan dari Kerajaan Kutai Kartanegara
Dari penuturan Ketua Adat Kutai Lama Abdul Munir, data yang valid terkait wafatnya Tunggang Parangan menurutnya belum diketahui, hanya makam beliau memang ditemukan di Kutai Lama.
Situs makam Tunggang Parangan sendiri, saat dikunjungi TribunKaltim.co berada satu kawasan dengan dua raja dari Kutai Kartanegara, yakni Aji Raja Mahkota Mulia dan anaknya Aji Dilanggar, tetapi berbeda tempat.
Makam Tunggang Parangan sendiri berada di kawasan yang kini menjadi permukiman warga Desa Kutai Lama, sementara dua Raja Kutai yang telah memeluk Islam abad ke-16 sampai 17 terletak tak jauh sekitar 200 meter di atas bukit.

Kain kuning khas dari Kerajaan Kutai di kompleks makam Raja juga nampak, serta membalut pusara terakhir keduanya.
Baca juga: Sejarah Masjid Tua Al Wahab Bontang, Didirikan oleh Para Perantau Abad 18 dan jadi Peradaban
Para peziarah yang datang, kata Abdul Munir, sebelum ke makam dua raja, akan bermunajat di makam Tunggang Parangan.
Ada pula jika bernazar, makam Tunggang Parangan menjadi lokasi terakhir diziarahi, karena peziarah akan terlebih dahulu ke makam dua raja.
"Ada tiga makam, jika orang-orang yang ingin nazarnya terkabul biasanya ke makam raja lebih dulu, baru ke makam Tunggang Parangan. Tetapi sebaliknya, jika ulama-ulama yang berziarah, akan ke Tunggang Parangan terlebih dahulu," jelasnya.
(TribunKaltim.co/Mohammad Fairoussaniy)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Jejak Islam di Bumi Etam
Sejarah Islam di Kalimantan Timur
Tunggang Parangan
Aji Raja Mahkota
Kutai Kartanegara
Jejak Islam di Bumi Etam 26 Selesai - Batu Indra Giri, Penanda Hubungan Diplomatik Masuknya Islam |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 25 - Sosok Abu Mansyuh Indra Jaya, Pembawa Islam di Tana Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 24 - Al-Qur'an Tua Tulisan Tangan Jejak Penyebaran Islam di Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 23 - Masjid Jami Nurul Ibadah, Bukti Perkembangan Islam di Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 22 - Datu Bejambe, Leluhur Tokoh Penyebar Islam di Paser |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.