Breaking News

Jejak Islam di Bumi Etam

Jejak Islam di Bumi Etam 6 - Raja Aji Dilanggar, Ulama Sekaligus Umara di Kutai Kartanegara

Seusai Aji Raja Mahkota wafat, tampuk kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara berpindah ke sang putra, Raja Aji Dilanggar.

|
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Makam Raja Aji Dilanggar di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur saat dikunjungi kru TribunKaltim.co pada awal Maret 2024. Aji Dilanggar merupakan salah satu pemimpin yang ikut mengembangkan Islam di Kerajaan Kutai di awal-awal masuknya agama tersebut. TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO 

Di masa pemerintahannya yang relatif singkat, Raja Aji Dilanggar memperbesar pengaruh Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara. Sebagai murid langsung dari Tunggang Parangan, Raja Aji Dilanggar juga dikenal sebagai ulama sekaligus umara di Kerajaan Kutai Kartanegara.

TRIBUNKALTIM.CO - Seusai Aji Raja Mahkota wafat, tampuk kekuasaan berpindah ke sang putra, Raja Aji Dilanggar.

Di masa kekuasaannya, pengaruh Islam semakin berkembang di wilayah Kutai Kartanegara.

Dosen Ilmu Sejarah Islam, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Samsir, S.Ag, M.Hum, mengatakan di masa kekuasaan Raja Aji Dilanggar pertama kali diadakan pengangkatan seorang mangkubumi.

Yakni wadu (putra Raden Wijaya) yang berkuasa empat di wilayah seperti Kuningan, Manubar, Sangkulirang, dan Balikpapan, sehingga Islam telah tersebar luas ke seluruh wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, tertulis dalam bukunya, yaitu Islam dan Kebudayaan Kerajaan Kutai Kartanegara.

"Aji Dilanggar ialah anak Raja Mahkota yang sering dibawa saat beribadah ke langgar atau surau, makanya bernama Aji Dilanggar," kata Samsir.

Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 1 - Mengumpulkan Kepingan Sejarah Islam di Kalimantan Timur

Pemerintahan yang dipimpin oleh Aji Dilanggar termasuk singkat, kira-kira sekitar 5 tahun.

Aji Dilanggar mangkat dan digantikan oleh anaknya, yakni Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa.

Makam Tunggang Parangan di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur saat dikunjungi tim TribunKaltim.co pada awal Maret 2024. Tunggang Parangan disebut sebagai sosok penyebar Islam pertama kali di Kutai Kartangera dan mendaptkan gelar dari kerajaan. TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Makam Tunggang Parangan di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur saat dikunjungi tim TribunKaltim.co pada awal Maret 2024. Tunggang Parangan disebut sebagai sosok penyebar Islam pertama kali di Kutai Kartangera dan mendaptkan gelar dari kerajaan. (TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO)

Ketua Adat Kutai Lama, Abdul Munir juga menambahkan terkait bagaimana Aji Dilanggar sebelum naik takhta hingga jadi Raja Kutai, turut belajar Islam kepada Tunggang Parangan.

Artinya semasa itu pula, Tunggang Parangan belum wafat, dan ikut menuntun ajaran Islam kepada Aji Dilanggar, Raja Kutai ke-7 tersebut.

"Lebih kental lagi (ke-Islaman) anaknya, setelah mengetahui ayahnya Islam, ia belajar ke Tunggang Parangan," tukasnya.

Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 2 - Adu Kesaktian Berujung Syahadat

Abdul Munir menuturkan bahwa Aji Dilanggar menjadi penganut muslim taat setelah dibimbing dalam belajar Islam oleh Tunggang Parangan.

Tentunya mengajarkan Rukun Islam, Rukun Iman, dan bacaan doa-doa serta zikir.

Sejarawan dan penulis buku Histori Kutai, Muhammad Sarip, secara eksklusif kepada TribunKaltim.co mengungkap figur Aji Dilanggar, Raja Kutai ke-7 tersebut.

"Dalam penelitian saya terhadap kitab Arab Melayu Salasilah Kutai, narasi tentang Aji Dilanggar mendapat proporsi khusus.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved