Jejak Islam di Bumi Etam
Jejak Islam di Bumi Etam 11 - Abu Thalhah, Diutus Sebarkan Islam Bersama 4 Saudara
Dalam catatan jejak syiar Islam di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Syekh Abu Thalhah memiliki banyak versi dengan cerita yang terekam.
Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Syaiful Syafar
Dikisahkan sang ayah memerintahkan Abu Thalhah serta empat saudaranya untuk menyebarkan Islam di lima daerah, di antaranya Sampit, Kandangan, Pagatan, sedangkan Syekh Abu Thalhah menjadi ulama besar dengan meneruskan permintaan ayahnya tersebut ke Tanah Kutai.
TRIBUNKALTIM.CO - Dalam catatan jejak syiar Islam di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Syekh Abu Thalhah memiliki banyak versi dengan cerita yang terekam dalam sejarah.
Kendati demikian, sosok Syekh Abu Thalhah jarang diketahui jasa besarnya dalam jejak penyebaran Islam di Kutai Kartanegara.
Namun tim TribunKaltim.co mencoba menggali sosok Syekh Abu Thalhah dari berbagai sumber.
Salah satunya dari pengurus makam beliau, Taufik.
Ia menceritakan, mubaligh yang berilmu luas ini dikenal sebagai ulama tersohor yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Beliau seorang keturunan, yakni cucu dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau biasa dikenal dengan Datu Kalampayan.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 10 - Makam Kelambu Kuning, Saksi Bisu Penyebaran Islam di Kesultanan Kutai
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 9 - Pangeran Noto Igomo Membuka Perkebunan Sembari Berdakwah
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 8 - Kisah Pangeran Noto Igomo, Ulama Besar di Kesultanan Kutai
Adapun ayah Syekh Abu Thalhah yang merupakan seorang mufti di Kerajaan Paser, memerintahkan ke lima dari 12 anaknya untuk menyebarkan agama Islam ke daerah terpencil.
Di antaranya Syekh Abu Hamid di Sampit, Syekh Ahmad Balimau di Kandangan, Syekh M. Arsyad di Pagatan, dan Syekh Sa'dudin Taniran di Kandangan.
Sedangkan Syekh Abu Thalhah menjadi ulama besar dengan meneruskan permintaan ayahnya tersebut ke tanah Kutai.
Maka tak heran, jika akhlak mulia sang ayah diwariskan kepada anak-anaknya yang menjadi penerus menyebarkan ajaran Islam. Khususnya di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Salah satu dzuriyat Datu Kalampayan ini wafat dan dimakamkan di Jalan K.H. Ahmad Muksin, Gang Kubur, Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 7 - Gelar Raja Berubah jadi Sultan
Taufik menuturkan bahwa sosok Syekh Abu Thalhah adalah salah satu ulama besar yang sangat berjasa di Kutai Kartanegara.
Mulanya, beliau diperintahkan oleh Datu Kalampayan untuk berhijrah dengan menyebarluaskan agama Islam ke Kutai Kartanegara.
Dengan menyampaikan ilmu-ilmu agama dalam bahasa syiar Islam.
Kala itu, Syekh Abu Thalhah masuk ke Kutai Kartanegara pada masa Indonesia belum merdeka.
Beriringan dengan Habib Hasyim Husaiyah ialah seorang ulama yang bergelar Tuan Tunggang Parangan.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 6 - Raja Aji Dilanggar, Ulama Sekaligus Umara di Kutai Kartanegara
Selain menyiarkan Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara, beliau juga keliling dari kampung ke kampung hingga ke wilayah Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.
"Jadi ketika beliau mensyiarkan agama Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara itu pada waktu warga-warga Suku Banjar Kalimantan Selatan merantau di Kutai Kartanegara, sehingga masih banyak yang tidak kenal dengan beliau," ulas Taufik.
Kemudian pada tahun 1993, sosok Syekh Abu Thalah baru dikenal khalayak berkat salah satu ulama dari Martapura, yakni Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari atau akrab dikenal Abah Guru Sekumpul.
Beliaulah yang mengangkat untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang siapa sosok Syekh Abu Thalhah.
"Alhamdulillah dengan hadirnya Abah Guru Sekumpul itu kita sebagai masyarakat sekitar ini bisa mengetahui bahwa ada sosok ulama yang berjasa menyiarkan Islam di Tanah Kutai," imbuh Taufik.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 5 - Raja Pertama Penerima Islam di Kerajaan Kutai
Selang waktu berlalu, pada tahun 1995, maka dibangunlah kubah di tempat pemakaman Syekh Abu Thalhah yang dipugar pertama kali atas inisiasi KH Ahmad Marzuki Al-Banjari atau orangtua KH Saifudin Marzuki.
Bersamaan dengan rampungnya pembangunan kubah di pemakaman Syekh Abu Thalhah, lantas mengundang antusiasme masyarakat untuk berbondong-bondong berziarah. Hingga dilaksanakannya haul pertama pada tahun 1995.
"Haul akbar tersebut rutin dilaksanakan hingga sekarang, baik di dalam maupun luar kubah pemakaman Syekh Abu Thalhah," kata Taufik.
Setiap tahunnya, hampir 5.000 jemaah hadir memadati acara yang dipercaya penuh berkah tersebut.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 4 - Berdakwah di Sepanjang Pesisir Kaltim
Haul seolah menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengingat serta mengenang jasa Syekh Abu Thalhah dalam menyebarluaskan agama Islam di Kutai Kartanegara.
"Alhamdulillah setiap haul ramai jamaah, bahkan kita selalu menyediakan hampir 8.000 konsumsi untuk antisipasi membludaknya jamaah," ucap Taufik.
Sementara untuk kegiatan di bulan suci Ramadhan, kubah pemakaman Syekh Abu Thalhah biasanya akan ramai dipadati para peziarah untuk mewakafkan bacaan Al-Quran. (*)
(TribunKaltim.co/Ary Nindita Intan R S)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Syekh Abu Thalhah
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Jejak Islam di Bumi Etam
Sejarah Islam di Kalimantan Timur
Kutai Kartanegara
Jejak Islam di Bumi Etam 26 Selesai - Batu Indra Giri, Penanda Hubungan Diplomatik Masuknya Islam |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 25 - Sosok Abu Mansyuh Indra Jaya, Pembawa Islam di Tana Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 24 - Al-Qur'an Tua Tulisan Tangan Jejak Penyebaran Islam di Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 23 - Masjid Jami Nurul Ibadah, Bukti Perkembangan Islam di Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 22 - Datu Bejambe, Leluhur Tokoh Penyebar Islam di Paser |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.