Jejak Islam di Bumi Etam

Jejak Islam di Bumi Etam 13 - Masjid Shirathal Mustaqiem, Kisah 4 Tiang dan Syiar Islam di Samarinda

Masjid tersebut dikenal dengan masjid tua atau Masjid Shirathal Mustaqiem yang memiliki makna jalan lurus.

TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Tiang-tiang utama yang menopang Masjid Shirathal Mustaqiem di Samarinda, Kalimantan Timur. Tiang-tiang ini disebut merupakan salah satu yang masih asli semenjak masjid ini pertama dibangun sekitar tahun 1891. TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO 

Kemudian tiang kedua, Lusulunna dari Gunung Lipan, Samarinda seberang.

Disusul tiang ketiga sumbangan dari Petta Loloncang berasal dari Sungai Kapih, Sambutan, Samarinda.

Terakhir tiang keempat dari Kapitan Jaya didatangkan dari Samarinda seberang sendiri.

Dibantu Sosok Nenek Misterius yang Ajukan Dua Syarat

Pada tahun 1881 masjid mulai dibangun, meliputi luas bangunan sekitar 625 meter persegi dan lahan seluas 2.028 meter persegi.

Pembangunan masjid diceritakan Sofyan memakan waktu sekitar 10 tahun.

Setelah material siap, termasuk empat tiang yang akan menjadi pilar utama, kata Sofyan, pendirian masjid belum bisa terlaksana di bawah komando Habib Abdurachman.

Konon, para pekerja kala itu kesulitan mendirikan empat tiang utama masjid.

Tiang berbahan kayu ulin setinggi 14 meter dengan diameter 80 sentimer itu tak kunjung bisa berdiri.

Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 8 - Kisah Pangeran Noto Igomo, Ulama Besar di Kesultanan Kutai

Banyak masyarakat tak mampu mengangkat dan menanamkan tiang utama, berkali-kali percobaan dilakukan, tetap saja gagal.

Permulaan pendirian empat tiang yang jadi pilar utama, masyarakat sekitar masjid hingga kini percaya pada kisah yang turun-temurun tentang adanya sosok yang membantu pendirian masjid.

Sofyan bertutur kepada TribunKaltim.co soal kisah di balik pendirian masjid kuno ini.

"Ketika setelah semua siap, dari pagi hingga petang, masyarakat yang berkumpul tak bisa mendirikan empat tiang utama.

"Menjelang maghrib ada sosok berpakaian putih menyerupai orang tua, nenek-nenek, mengucapkan salam pada Habib Abdurachman dan lainnya, kemudian bertanya ada apa ramai-ramai, yang kemudian dijawab akan mendirikan masjid," jelas Sofyan.

Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 7 - Gelar Raja Berubah jadi Sultan

Nenek tersebut kemudian mengutarakan niat ingin membantu pendirian masjid, yang kemudian ditertawakan oleh masyarakat sekitar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved