Breaking News

Berita Berau Terkini

3 Orang di Berau Kaltim Meninggal Usai Kena Difteri, Ini 8 Gejala dan Penyebab Difteri Menyebar

Difteri merupakan penyakit menular dan berbahaya yang terjadi karena infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.

Penulis: Ata | Editor: Nur Pratama
TRIBUN KALTIM/GEAFRY NECOLSEN/dinkespidie
Ilustrasi - Dinas Kesehatan melakukan imunisasi massal setelah ditemukan beberapa kasus suspect difteri. Dinkes Berau telah menerbitkan surat kejadian luar biasa difteri. 

Artinya tingkat kematian terjadi sekitar 75 persen.

"Makanya kita harus cepat merespon dengan mempercepat imunisasi bagi masyarakat yang terdampak kematian akibat difteri," ungkapnya.

Kementerian Sosial (Kemensos) sendiri telah mengirimkan vaksin sebanyak 1.400 vial, di mana satu vial terdapat 8 sampai 10 dosis.

Selanjutnya, pihaknya akan menyerahkan kepada lintas sektor di Berau untuk melanjutkan sosialisasi. Seperti, BPBD, Kemenag, MUI, Dinkes, dan Disdik Berau.

"Dari dinkes akan melakukan sosialisasi berjenjeng, terutama kepada orangtua yang menjadi sasaran imunisasi. Mengingat ini termasuk KLB, jadi harus ada percepatan imunisasi," tegasnya.

Sebenarnya, kata Dia, imunisasi ini sudah dilakukan sejak lama. Namun, tidak semua orangtua mau anaknya divaksin. Dan cakupan vaksinasi DPT diakuinya masih kurang.

Bagi anak-anak yang sudah mendapat baksin saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS), tidak perlu lagi diberi vaksin.

Sejak awal kasus Covid-19, sebetulnya banyak ditemukan kasus kliniknya. Walaupun ketika diperiksa awalnya negatif Difteri. Setelah itu muncul lagi di Samarinda.

"Karena pasien tidak ada riwayat pemberian vaksinasi. Begitu juga yang terjadi di Berau," jelasnya.

Jika bisa ditangani lebih cepat, tentunya pasien akan bisa sembuh.

Sementara, yang tidak tertolong karena pasien sudah mengalami bull neck atau pembesaran kelenjar getah bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher. Terjadi sumbatan jalan napas karena tertutup selaput putih keabu-abuan, kerusakan otot pembungkus jantung, serta kelainan susunan saraf pusat dan ginjal.

"Diagnosanya tidak cepat dan datang terlambat untuk mendapat perawatan. Disitulah kesadaran masyarakat belum meningkat. Karena banyak dikira sebagai penyakit amandel biasa," terangnya.

Penyebab Difteri adalah bakteri yang juga disebut Difteri. Utamanya karena lingkungan yang tidak bersih. Makanya, salah satu pencegahan harys rajin cuci tangan pakai sabun (CTPS). Yang menjadi salah satu sosialisasi yang dilakukam lintas sektoral.

Perlu diwaspadai karena Difteri merupakan penyakit menular. Paling umum, akan tertular jika terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk

"Meskipun penulatannya tidak secepat Covid-19, jika sakit harus tetap memakai masker. Dan harus rajin cuci tangan," ucapnya.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved