Pilkada Kaltim 2024

Mahyudin dan Rudy Mas'ud baru Nyatakan Siap, Pengamat: Andi Harun Terkunci di Gerindra

Pasangan Calon Petahana di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Isran Noor-Hadi Mulyadi nyaris belum memiliki lawan

TRIBUNKALTIM.CO/HO
KANTOR GUBERNUR KALTIM- Pilgub 2024 yang semakin dekat kini mulai muncul beberapa figur yang menyatakan kesiapan, analisa pengamat menjelaskan petahana sangat siap dalam mempersiapkan dan maju melalui jalur independen, sementara beberapa nama digadang KT 1 dan KT 2 turut diulas. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pasangan Calon Petahana di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Isran Noor-Hadi Mulyadi nyaris belum memiliki lawan.

Tensi politik menuju pencoblosan yang digelar 27 November mendatang belum nampak.

Setidaknya ada 3 figur yang menyatakan siap bertarung di Pilgub pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kaltim November nanti.

Tentunya Isran Noor, kemudian Mahyudin dan terakhir Rudy Mas’ud.

Ketiga figur ini, tidak bisa diragukan kapasitasnya, bobot mumpuni, dengan daya dukung logistik juga cukup untuk ongkos politik Pilgub.

Namun, demikian Pengamat Politik Kaltim yang juga Akademisi dari Universitas Mulawarman, Budiman Chosiah mencatat beberapa bulan terakhir banyak figur muncul berkompetisi berkompetisi bagaimana menjadi wakil dari Isran Noor.

Baca juga: Safaruddin Didorong Maju Pilgub Kaltim 2024, PDIP Sebut Juga Usung Ahok, Risma dan Djarot

Baca juga: Mahyudin Maju Pilgub Kaltim 2024 Usai Direstui Ibu, Peluang Lobi-lobi ke Parpol Dimulai

Hal ini juga telah patah, ketika Isran Noor menyatakan maju bersama Hadi Mulyadi, tak berpisah dan melanjutkan visi Kaltim Berdaulat Jilid II.

"Ketika telah ada baliho Isran Noor-Hadi Mulyadi, boleh dikata, telah menang 10 langkah karena sudah bergerak, yang lain belum bergerak," kata Budiman, Rabu (3/4/2024).

Menurut Budiman, salah satu sumber kekuatan Isran Noor adalah Hadi Mulyadi, untuk posisi KT 2, ibaratnya Ketua DPW Partai Gelora ini ialah sebuah 'emas'.

Begitu berharganya Hadi Mulyadi, sehingga Isran Noor tak mau pisah.

Bahkan sebelum lengser sudah terlihat akan terus bersama, mempersiapkan periode keduanya. Barulah pada bulan Maret 2024 semakin masif tim pemenangannya bergerak.

Budiman juga melihat, Isran Noor dan Mahyudin sejatinya masih satu irisan basis pemilihnya yakni Kutai Timur.

Satu keunggulan Isran Noor karena ia incumben (petahana), membuat pergerakan di Kaltim bisa mengikat ke seluruh daerah.

Tetapi pilihan Mahyudin maju, diyakini Budiman setelah melihat pergerakan Mahyudin yang tidak maju pada di Pileg 2024.

"Pasti maju di Pilgub. Pemilu kemarin sangat brutal dalam money politiknya, makanya banyak caleg yang tumbang, pilihannya mending ditahan agar ada tabungan amunisi, tidak majunya Mahyudin di Pileg kuat dugaan memang akan melawan Isran Noor," tegasnya.

Meski begitu, Mahyudin juga mesti punya kemampuan finansial tinggi, jika ingin maju melalui partai politik (parpol).

Apalagi karakteristik parpol memang sedang butuh modal baru, setelah melalui Pilpres dan Pileg.

Atau, Mahyudin melangkah seperti yang dilakukan oleh Isran-Hadi (independen).

"Ketika finansial berkurang, apalagi gejala parpol saat ini dengan pembiayaan tertentu, lebih relevan independen, jika terpilih, paling ada persoalan di penetapan APBD, karena tidak ada dukungan di parlemen, tetapi Isran Noor dan Mahyudin tentu mengerti kuncinya karena pernah berorganisasi di parpol," terangnya.

Berhembus juga isu, Isran Noor telah sudah bertemu Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto.

Sebagai Presiden terpilih yang telah ditetapkan KPU, tentu kedekatan Isran Noor dengan Prabowo memberi kesan membuka kemungkinan menjadikannya menteri.

Tetapi Isran Noor memilih tetap menjadi Gubernur dan meminta dukungan Partai Gerindra.

Seandainya isu ini benar adanya, maka Isran Noor yang akan diusung Gerindra, tinggal menggandeng satu partai lagi untuk sampai pada ambang batas syarat pencalonan.

Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2016, parpol atau gabungan parpol harus memiliki minimal 20 persen dari jumlah kursi DPRD, atau 25 persen akumulasi perolehan suara sah dalam pemilu DPRD untuk bisa mengusung kandidat di Pilkada.

Artinya, untuk bisa mengusung calon gubernur parpol atau gabungan parpol minimal harus 11 kursi DPRD Kaltim.

Tetapi, Partai Gerindra sampaj saat ini belum menentukan, banyak yang mendorong Andi Harun untuk maju di Pilgub 2024, tetapi Wali Kota Samarinda ini menunggu instruksi Prabowo Subianto.

Budiman, bertolak belakang, menurutnya Andi Harun bisa dikatakan satu circle dengan Isran Noor, tetapi mantan Gubernur Kaltim tersebut punya kedekatan sangat tinggi dengan Prabowo Subianto.

"Kalau pertarungan elite Gerindra, sudah dipastikan Isran Noor menang. Apalagi pergerakan saat kampanye Pilpres, di Desa Pampang, Convetion Hall dan Gor Segiri Kota Samarinda. Sangat jelas sekali meski bukan Tim Pemenangan Daerah, langkah Isran Noor mengunci Andi Harun lewat Gerindra," ujarnya.

Jika memang berniat maju, lanjut Budiman, Andi Harun mesti punya alternatif lewat partai lain, karena Isran Noor secara tidak langsung mengunci langkah Wali Kota Samarinda untuk naik KT 1 melalui gerak-geriknya saat Pilpres 2024 lalu.

"Partai NasDem misalnya kan kosong, dan partai lainnya, misalnya. Irisannya sama, Andi Harun dan Isran Noor ini, kalau urusan politik, bisa jadi ada konflik, kalau konflik circle ini pecah, jadi menarik kalau muncul poros Andi Harun," kata Budiman.

Sementara itu, Rudy Mas’ud (Harum) sudah pasti 'naik perahunya' sendiri.

Partai Golkar dengan 15 kursi di DPRD Kaltim sudah pasti jadi satu-satunya parpol yang bisa mengusung calonnya sendiri.

Tapi ada kemungkinan dia juga akan mengajak sejumlah partai lain untuk memperkuat pencalonannya.

Harum, bagian dari keluarga besar Bani Mas’ud yang kini 'menguasai' peta politik di daerah.

Dua saudaranya menjadi Ketua DPD Partai Golkar di wilayah strategis, Kukar dan Balikpapan.

Hasanuddin Mas’ud (Hamas) menduduki kursi ketua DPRD Kaltim, sedangkan Rahmad Mas’ud (RM), kini menjabat Wali Kota Balikpapan.

Baca juga: Sudah 100 Ribu Dukungan untuk Isran Noor-Hadi Mulyadi Maju Pilgub Kaltim 2024

"Saya melihat figur yang ada butuh ditantang dan maju sebagai KT 1, saya melihat sekarang masih ngambang. Di media termasuk Tribun Kaltim, Rudy Mas'ud juga pernyataannya masih mengambang juga," ungkap Budiman.

Sementara PDIP Kaltim medorong kembali ketua DPD-nya Safaruddin untuk maju di Pilgub Kaltim 2024.

Pengalaman di Pilgub 2018, Safaruddin yang saat itu berpasangan dengan Rusmadi Wongso tampil sebagai salah satu dari 4 pasangan, berhasil finish di urutan kedua, meski kalah dari Isran Noor-Hadi Mulyadi.

Meski, kabar terbaru dari partai berlambang banteng moncong putih ini, tak hanya Pilgub saja, Pilwali dan Pilbup, nama kader PDIP yang menyatakan kesiapan, akan dijaring.

Kepada siapa rekomendasi diberikan sepenuhnya, juga ditentukan DPP PDI Perjuangan.

Hal itu juga merujuk elektabilitas calon, hasil survei, rekam jejak, hingga faktor lainnya.

Bukan tidak mungkin DPP PDIP justru merekomendasikan figur nasional untuk turun gunung ke Kaltim.

Seperti Tri Rismaharini, Djarot Saiful Hidayat, hingga Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, karena semua berpotensi dan atas rekomendasi DPP PDIP.

"Perlu figur berani muncul untuk bisa berkompetisi dengan petahana, supaya demokrasi kita sehat, ada lawan kan," tandas Budiman.

Sementara terkait figur KT 2 potensial seperti Fahmi Fadli (Bupati Paser) dan Basri Rase (Wali Kota Bontang) dirasa Budiman akan bertahan dan mencoba peruntungan maju kembali merasakan dua periode kepemimpinan.

Alhasil, tahun 2029 mendatanglah menurut Budiman, baru ada muncul sosok figur baru yang akan bertarung di Pilgub mendatang.

"Saya rasa tidak mungkin maju mereka, akan berfikir untuk periode yang kedua. Makanya, 2029 nanti akan banyak poros. Banyak Bupati/Wali Kota sudah dua periode yang akan coba di Pilgub," pungkasnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved