Berita Berau Terkini

Disbun Berau Minta Petani Pertahankan Lahan Kakao

Untuk mempertahankan lahan kakao agar tidak alih fungsi, Dinas Perkebunan (Disbun) Berau menunjukan komitmennya untuk memberikan berbagai keuntungan

TRIBUNKALTIM.CO/RENATA ANDINI PENGESTI
Pelatihan kemitraan bagi pekebun kakao yang dilakukan Disbun Berau di Hotel Grand Parama, Rabu (15/5/2024).TRIBUNKALTIM.CO/RENATA ANDINI PENGESTI 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Untuk mempertahankan lahan kakao agar tidak alih fungsi, Dinas Perkebunan (Disbun) Berau menunjukan komitmennya untuk memberikan berbagai keuntungan bagi para kelompok tani yang ingin mempertahankan lahannya.

Salah satunya dengan pelatihan kemitraan bagi pekebun kakao.

Sekretaris Disbun Berau, Mansur Tanca menjelaskan, pelatihan tersebut untuk memberi pemahaman kepada kelompok tani bagaimana kemitraan itu bisa terjalin dengan baik. Diharapkan para petani kakao dapat meneguhkan kemitraan dengan perusahaan mitra sehingga proses pemasaran menjadi lancar.

"Sehingga diharapkan antara kelompok mitra dan perusahaan mitra dapat bekerjasama, menguatkan dan saling menguntungkan," terangnya, kepada Tribunkaltim.co, Rabu (15/5/2024).

Adapun kelompok yang diundang berasal dari Kampung Suaran, Pilanjau, Sukan Tengah, dan Lesan Dayak, dan Gunung Tabur.

Baca juga: Pacu Produk Kakao, Wabub Mahulu Harap Pemkab Punya Lembaga Khusus Pengelolaan

Baca juga: Harga Kakao Capai Rp105 Ribu Per Kg, Wabub Mahulu Harap Bawa Kesejahteraan Bagi Masyarakat

Tapi, terdapat 19 kampung yang memiliki potensi kakao di Kabupaten Berau. Beberapa kelompok tersebut sudah memiliki bermitra dengan perusahaan, namun ada juga yang belum. Sementara, baru ada dua perusahaan kemitraan yang bergerak di bidang pemasaran kakao.

"Karena masih banyak petani yang belum paham apa dan bagaimana pola kemitraan itu, makanya kami adakan pelatihan," ucapnya.

Dengan pelatihan, tujuannya para petani bisa memahami fungsi dan tujuan pola kemitraan diantara kelompok mitra dengan perusahaan mitra.

Terlebih dengan harga kakao yang semakin tinggi, tentu memotivasi petani untuk terus bertahan dan ada keinginan memperluas lahan mereka.

Adapun harga kakao tercatat paling tinggi senilai Rp 150 ribu per kilogram (Kg) biji kakao kering, dan saat ini stabil diharga Rp 120 ribu per kg.

"Untuk penjualan perusahaan mitra, sudah sampai ke Eropa dan Amerika Serikat. Permintaan domestik juga tidak kalah banyak," terangnya.

Jabatan Fungsional (Jafung) Penyuluh Disbun Berau, Syahrazar menyampaikan, berdasarkan surat keputusan (SK) Bupati Berau Nomor 490 Tahun 2023, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau memutuskan 19 kampung sebagai kawasan pengembangan kakao di Kabupaten Berau.

Pemkab Berau berkomitmen mendukung petani kakao dengan meminta mereka mempertahankan lahan dan memeliharanya.

"Adapun lahan yang dijaga tersebut yakni sekitar 500 hektare (Ha). Tapi, belum semua didata. Tahun depan akan ada pendataan lagi karena ada kelompok yang belum dipetakan," jelasnya.

Baca juga: Pacu Hilirisasi Kakao, Pemkab Mahulu Berharap Bisa Dirikan Perusahaan Cokelat

Sebelum mendata petani kakao, pihaknya telah mensosialisasikan perihal tersebut kepada para petani. Kemudian kelompok tani menindaklanjuti dengan memberikan surat pernyataan bermaterai bahwa siap mempertahankan lahan kakao.

"Ini baru pertama kali pelatihan kemitraan kakao, biasanya untuk komoditas kelapa sawit. Tahun depan akan ada pelatihan serupa, dan sasarannya diambil dari. 19 kampung tadi yang belum mendapat pelatihan," paparnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved