Breaking News

Ibu Kota Negara

Ini Sederet Ancaman IKN di Kaltim, Masuk Radius Rudal Hypersonic, Dekat Aliansi Pertahanan FPDA

Ternyata ada sederet ancaman IKN Nusantara ada di Kaltim, salah satunya lokasi IKN masuk dalam radius rudal Hypersonic negara besar.

Editor: Doan Pardede
Kementerian PUPR
Desain maket Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. 

Sementara sebagian pintu-pintu pada bangunan Istana Negara bermaterialkan kayu jati solid, sebagian lagi merupakan pintu anti peluru, dan pintu besi.

Adapun atap bangunan mencakup bitumen dan roof garden.

Sedangkan unsur sanitary-nya terdiri dari sanitary VVIP, VIP, dan umum.

Sedangkan penataan lanskap-nya dirancang dengan luas area tanam 109.932 meter persegi, dengan 40 persen tanaman endemik 40 persen, dan 60 persen tanaman non-endemik.

"Hal ini karena IKN dirancang sebagai smart city forest. Jadi penataan lanskapnya pun harus mengacu pada konsep itu," cetus Project Manager Istana Negara dan Lapangan Upacara Eko Arief S, seperti dilansir BangkaPos.com di artikel berjudul Kekuatan Militernya Jauh Dibawah Indonesia, Inilah Pertahanan Multinasional yang Lindungi Malaysia.

Selain itu, penataan lanskap juga mencakup 35 jenis pohon dengan jumlah 2.509 satuan tanaman atau Nos, 24 jenis semak (82.948 nos), jenis rumput Zoysia Matrella, granit bakar dan andesit bakar, planter box granit, cat tekstur, serta water feature.

Beralih ke kolom fasad, meliputi 34 pilar dengan sentuhan akhir marmer white tassos.

Tentang FPDA dan Kekuatan Militer Malaysia

Tahun 2022 lalu, Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan.

Ia mengatakan bahwa Malaysia menganggap kemenangan mereka atas sengketa pulau Sipadan dan Ligitan di Kalimantan melawan Indonesia di Mahkamah Internasional (ICJ) adalah sesuatu yang berharga.

Baca juga: Puan Sentil Pemerintah soal Proyek IKN di Kaltim, dari Anggaran hingga Sengketa Tanah Adat

Namun, ia menilai Malaysia juga harus menuntut agar Singapura dan Kepulauan Riau masuk ke wilayah Malaysia karena merupakan bagian dari Tanah Melayu.

“Seharusnya kita tidak hanya menuntut agar Pedra Branca atau Pulau Batu Puteh dikembalikan kepada kita. Kita juga harus menuntut Singapura dan Kepulauan Riau, karena mereka adalah Tanah Melayu," kata Mahathir seperti dikutip dari kompas.com.

Mahathir mengatakan bahwa apa yang dikenal sebagai Tanah Melayu dulu sangat luas, membentang dari Tanah Genting Kra di Thailand selatan sampai ke Kepulauan Riau, dan Singapura, tetapi sekarang terbatas di Semenanjung Malaya.

"Saya bertanya-tanya apakah Semenanjung Malaya akan menjadi milik orang lain di masa depan," katanya.

Meskipun Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara serumpun, hubungan kedua negara bertetangga tersebut kerap memanas.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved