Idul Adha 2024

Kapan Wukuf di Arafah 2024? Berikut Jadwalnya Menurut Pengadilan Tinggi Arab Saudi

Wukuf di Arafah adalah salah satu komponen penting dalam pelaksanaan ibadah haji, atau bisa disebut puncak ibadah haji umat Islam.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
Tribunnews/Muhammad Husain Sanusi/MCH2019
Ilustrasi. Berikut ini informasi terkait waktu Wukuf di Arafah lengkap jadwalnya berdasarkan Pengadilan Tinggi Arab Saudi. 

Misalnya, umat Islam di Indonesia mengikuti aturan Idul Adha dari Arab Saudi dan melaksanakan puasa Arafah sesuai tanggal di Arab Saudi, meski tempatnya jauh.

Namun, hal ini berbeda dengan pendapat Syafi’iyah, yang menyebutkan setiap tempat yang lebih 24 farsakh atau sekitar 57 kilometer sudah tidak wajib ikut ketentuan penentuan di tempat itu atau harus ikut ketentuan pemerintah di mana dia bermukim.

Contohnya, umat Islam di Indonesia tidak wajib mengikuti aturan tanggal Idul Adha di Arab Saudi, karena letak Indonesia yang lebih dari 57 kilometer dari Arab Saudi.

Pendapat Syafi’iyah inilah yang dianut saat ini di Indonesia karena ketentuan lebaran di Mekah tidak diikuti sebab berbeda tempat terbitnya bulan.

Penjelasan Buya Yahya

Dikutip dari BanjarmasinPost.co.id, Buya Yahya menjabarkan terdapat perbedaan metode dalam penentuan hilal.

Kemungkinan di suatu daerah hilal sudah terlihat, sementara di daerah lain hilal belum muncul.

Misalnya saja, tahun ini Hari Raya Idul Adha akan jatuh pada Senin (17/6/2024), di mana sebelumnya pemerintah menentukannya berdasarkan hasil sidang isbat.

Sedangkan PP Muhammadiyah telah memutuskan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Minggu (16/6/2024).

Buya Yahya juga menjelaskan jika di Indonesia seringkali terjadi perubahan dalam penetapan awal bulan hijriyah, terutama Syawal dan Dzulhijjah.

"Karena bulan hijriyah itu ada dua cara untuk mengetahuinya, yang pertama dengan rukyatul hilal atau melihat hilal secara langsung, metode rukyatul hilal sendiri juga terdapat perbedaan ulama antara zumhur ulama dan Mazhab Maliki," papar Buya Yahya dari kanal youtube Buya Yahya.

Sebagian menyatakan setiap wilayah mempunyai perbedaan dengan wilayah lainnya, ini memungkinkan hilal dapat dilihat di sebuah tempat ternyata di tempat lain belum terlihat atau tampak di hari yang berbeda.

Metode lainnya yang sering digunakan adalah cara hisab atau dengan hitungan ilmu falak.

Adanya perbedaan tersebut berdasarkan fenomena alam dan tata surya yang Allah ciptakan yakni bulan.

"Penentuan awal bulan termasuk hari raya dan Puasa Arafah yang berbeda-beda, bukan karena kesalahan orang atau metode yang digunakan melainkan Allah menciptakan bulan kadang terlihat atau tidak yang menjadi sebab perbedaan," ujar Buya Yahya.

Perbedaan terjadi bisa saja penanggalan awal bulan Dzulhijjah dilakukan dengan metode hisab ilmu falak, namun ternyata secara rukyatul hilal belum nampak hilalnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved