Tribun Kaltim Hari Ini

Pengusaha Waswas PHK, Imbas Melemahnya Nilai Tukar Rupiah, Sudah Enam Perusahaan Tutup Pabrik

Semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat pengusaha waswas terjadi PHK. Sementara ini, sudah 6 perusahaan tutup pabrik

|
Editor: Amalia Husnul A
TribunKaltim.co
TRIBUN KALTIM HARI INI - Halaman depan Tribun Kaltim edisi hari ini, Rabu (19/6/2024). Simak sejumlah ulasan menarik hari ini, salah satunya terkait ancaman PHK sebagai imbas semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Untuk pabrik yang pasarnya ada di dalam negeri, pesanan yang mereka dapat dari pasar tekstil seperti Pasar Tanah Abang mengalami penurunan.

Biang keroknya adalah barang-barang tekstil hingga sepatu impor yang harganya lebih murah, telah membanjiri Pasar Tanah Abang. Konsumen pun disebut lebih memiliih produk-produk ini.

Sementara itu, bagi pabrik yang memiliki pasar luar negeri atau dengan kata lain mengekspor produk-produknya, juga kesulitan mendapatkan pesanan dari luar.

Para perusahaan ini juga kesulitan mencari pasar baru.

Lebih Mengkhawatirkan   

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melemah dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan data Google Finance pada Selasa (18/6/2024), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kini berada pada angka Rp 16.410.

Peningkatan kurs dollar AS ke rupiah akan lebih mengkhawatirkan jika melewati Rp16.500. 

Bahaya (kurs dollar AS ke rupiah) Rp 16.500 itu secara teknis dan ekonomis tidak apa-apa karena bisa menguat lagi.

Namun secara psikologis berbahaya.

Jika mencapai angka itu, nilai tukar dollar AS terhadap rupiah akan lebih mudah naik melampaui Rp16.500 dibandingkan sebelumnya.

Lantas, apa penyebab dollar AS terhadap rupiah terus meningkat? 

Perubahan kurs mata uang merupakan hal alami.

Namun, ada beberapa faktor yang membuat nilai tukar rupiah tidak menguat signifikan terhadap dollar AS.

Seperti barang, permintaan mata uang yang tinggi akan membuat harganya naik.  Sebaliknya, permintaan rendah menyebabkan harganya turun.

Contohnya, suatu negara yang lebih banyak eskpor barang ke luar negeri akan membuat pasar meminta lebih banyak mata uang negara tersebut.

Akibatnya, harga uang meningkat sehingga kurs mata uangnya menjadi lebih rendah. Kondisi tersebut saat ini sedang dialami Indonesia.

Indonesia banyak mendapatkan keuntungan perdagangan dari barang ekspor. Dengan begitu, nilai tukar rupiah rupiah terhadap dollar AS seharusnya menguat.

Akan tetapi, ada faktor lain yang memengaruhi nilai tukar rupiah dengan dollar AS, misalnya perbedaan suku bunga antarkedua negara.

Negara yang memiliki suku bunga lebih tinggi akan membuat mata uang menjadi merosot.

Suku bunga adalah harga yang dibayarkan bank kepada nasabah yang menyimpan uang di bank tersebut.

Karena Indonesia saat ini memiliki suku bunga sekitar 6 persen, sedangkan AS 5,5 persen, hal ini membuat kurs dollar AS menjadi lebih tinggi daripada rupiah.

Selain faktor teknis, seperti perdagangan, inflasi, dan suku bunga,  kondisi suatu negara juga berpengaruh pada nilai tukar mata uangnya.

Kondisi ini meliputi pertumbuhan ekonomi, politik, atau kestabilitasan di dalam negara tersebut.

Meski kondisi Indonesia saat ini cukup stabil, tetapi keamanan global juga berperan. Apalagi, perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas saat ini masih terus berlangsung. 

Kondisi global yang tidak stabil membuat pemilik modal akan memilih investasi ke mata uang yang lebih aman dan kuat, seperti dollar AS atau Euro.

Investasi ke benda berharga yang berisiko rendah, seperti perhiasan atau emas, juga menjadi pilihan.

Nilai tukar rupiah yang melemah hingga Rp16.500 akan menganggu anggaran negara.

Pasalnya, ada penerimaan atau pengeluaran yang menggunakan uang dollar AS.

Kalau mata uang lain menjadi mahal atau rupiah terdeviasi, kita harus bayar semakin mahal. Padahal, yang diasumsikan di APBN lebih sedikit. Anggarannya terpaksa direvisi karena lebih mahal.

Selain itu, peningkatan nilai dollar AS membuat pembayaran utang negara yang menggunakan mata uang dollar menjadi lebih besar daripada jumlah utang aslinya.

Di sisi lain, efek peningkatan kurs dollar AS juga akan berdampak pada kondisi masyarakat umum.

Misalnya, harga barang atau jasa impor akan menjadi lebih mahal saat masuk ke dalam negeri. Kalau harga bahan bakunya naik, otomatis harga (produknya) menjadi naik.

Kenaikan nilai tukar mata uang dapat menguat seiring waktu. Namun, penguatan itu belum tentu terjadi.

Untuk itu, pemerintah perlu melakukan sejumlah langkah untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, seperti meningkatkan surplus dari ekspor, mengurangi impor, menurunkan inflasi, serta menurunkan suku bunga. 

Pembangunan infrastruktur serta memperbaiki transportasi juga dapat mempermudah rantai pasokan barang dan jasa. Hal ini akan membuat harga barang dan jasa menjadi lebih murah sehingga mencegah inflasi.

Baca juga: Miliki Nilai Tukar Terlemah, Inilah 10 Mata Uang Terendah di Dunia pada Tahun 2023, Rupiah Termasuk?

(Tribun Network/daz/nis/wly/kps)

Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim

Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved