Breaking News

Berita Kaltim Terkini

Sejumlah Sapi di Kutim Mati Diduga Terkena Penyakit Jembrana, Ini Langkah DPKH Kaltim

Awal Agustus 2024 lalu sejumlah sapi warga di Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengalami mati mendadak secara massal

Penulis: Rita Lavenia | Editor: Samir Paturusi
canva.com
ILUSTRASI - Awal Agustus 2024 lalu sejumlah sapi warga di Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengalami mati mendadak secara massal 

TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA - Awal Agustus 2024 lalu sejumlah sapi warga di Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengalami mati mendadak secara massal.

Saat itu, Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim menduga kematian hewan sisa kurban itu dikarenakan penyakit jembrana.

Perlu diketahui bahwa jembrana merupakan penyakit menular pada sapi Bali (tidak menular ke sapi jenis lain) yang disebabkan oleh virus. 

Menindaklanjuti laporan tersebut, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim langsung melakukan pemeriksaan dan vaksinasi hewan ternak di Kabupaten Kutai Timur.

Kepala DPKH Provinsi Kaltim, Fahmi Himawan menyampaikan penyakit Jembrana adalah salah satu penyakit zoonosis yang khusus terjangkit kepada sapi bali. 

Baca juga: Ambil Sampel Produk asal Hewan DTPHP Berau Jamin Keamanan Pangan

Baca juga: Rawan Jadi Sapi Perah, Pengamat Beber Sisi Negatif Tambah Kementerian di Kabinet Prabowo Gibran

"Selain Jembrana, memang ada penyakit Zoonosis lainnya seperti Rabies, dan Brucellosis," jelas Fahmi Himawan.

Ia menegaskan kasus jembrana Kutim sudah masuk di DPKH Kaltim dan tengah ditindaklanjuti oleh Bidang Kesehatan Hewan. 

"Kita sudah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Kutai Timur untuk melakukan penanganan terhadap sapi bali kita yang diindikasikan secara klinis terkena jembrana sehingga tidak terjadi penyebaran," ucapnya. 

Untuk mengantisipasi itu, setiap tahun pihaknya terus melakukan vaksin jembrana, rabies dan brucellosis terhadap hewan ternak sapi yang didistribusikan ke kabupaten dan kota.

Ia menjelaskan bahwa penyakit jembrana ini memang menjadi konsekuensi ketika peternak Kaltim memilih sapo bali untuk diternak.

Baca juga: Peningkatan Populasi Ternak Sapi di Berau Didukung Teknologi Inseminasi Buatan

Karena itu Fahmi menyarankan perlunya diversifikasi jenis komoditas sehingga peternak tidak hanya fokus pada jenis sapi bali saja. 

"Sebab jenis sapi itu banyak macamnya dan setiap peternak harus bisa menangkap peluang apalagi adanya IKN pastinya kebutuhan berbagai jenis daging sapi terus meningkat," kata Fahmi. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved