Berita Kukar Terkini
Titah Sultan Kutai untuk Ritual Belimbur Erau Adat Kutai 2024 Hari Ini, Ada Larangan dan Sanksi
Berikut titah Sultan Kutai untuk ritual Belimbur Erau Adat Kutai 2024 hari ini, Minggu (29/9/2024). Perhatikan larangan dan sanksinya.
Penulis: Aro | Editor: Christoper Desmawangga
Air, sebagai sumber kehidupan, diyakini memiliki kekuatan untuk membersihkan hati manusia dari keburukan.
Saat Belimbur, tradisi menyiram air, melibatkan masyarakat dan pengunjung, termasuk jalanan dan pengendara motor.
Tujuan dari tradisi ini ialah sebagai sarana untuk membersihkan diri dari semua bentuk kejahatan, akan tetapi masyarakat sering menyalahgunakan tradisi ini.
Baca juga: Bupati Kukar Edi Damasyah Buka Expo UMKM di Erau 2024
Melansir berbagai sumber, Belimbur disarankan untuk menggunakan air putih yang bersih.
Acara ini dilindungi pada aturan hukum Peraturan Daerah Kutai Kartanegara Nomor 2 Tahun 2016, yang menjelaskan bahwa Belimbur adalah upacara adat kesultanan dan dilindungi oleh hukum.
Tradisi Adat Erau
Erau berasal dari bahasa Kutai, yaitu "eroh," yang mengandung makna ramai, riuh, ribut, dan suasana penuh suka cita.
Erau juga merujuk pada kegiatan sekelompok orang yang melibatkan acara yang bersifat sakral, ritual, maupun hiburan.
Upacara adat Erau merupakan bagian dari warisan tradisi di lingkungan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Tradisi ini awalnya digelar untuk penobatan Raja atau Sultan, tetapi seiring waktu, Erau menjadi ungkapan rasa syukur atas hasil panen dan keberkahan yang dinikmati oleh rakyat.
Pada masa keberlangsungan Kerajaan Kutai Kartanegara, Erau diadakan oleh kerabat kerajaan dengan undangan kepada pemuka masyarakat yang setia kepada raja.
Namun, setelah kerajaan Kutai Kartanegara berakhir pada tahun 1960, Erau sempat terhenti.
Baru pada tahun 1971, Erau dihidupkan kembali atas inisiatif Bupati Kutai, Achmad Dahlan, yang mengintegrasikannya dengan perayaan hari jadi Tenggarong.
Dalam perkembangannya, Erau tidak lagi melibatkan upacara Tijak Tanah dan Mandi ke Tepian, melainkan fokus pada upacara-upacara lainnya.
Erau diselenggarakan dalam beberapa tingkatan waktu, tergantung pada tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat serta kondisi keuangan saat Erau akan diadakan.
Saat ini, Erau diadakan setiap tahun sebagai upacara yang patut dilestarikan, mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan sejak tahun 1971, dengan durasi 7 hari 8 malam.
Tradisi ini menjadi penanda penting dari sejarah dan budaya Kutai Kartanegara, yang terus dihargai dan dirayakan oleh masyarakat setempat.
Baca juga: Pekan Olahraga Tarkam Bakal Meriahkan Erau Adat Kutai 2024 di Kukar
(Miftah Aulia Anggraini/Amilia Lushinta)
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.