Karier

Bukan Stereotip Malas, Daftar 3 Penyebab Utama Gen Z Banyak Dipecat dari Pekerjaannya

Bukan stereotip malas, daftar 3 penyebab utama Gen Z banyak dipecat dari pekerjaannya.

Editor: Amalia Husnul A
Freepik designed by rawpixel
GEN Z - Ilustrasi. Bukan stereotip malas, daftar 3 penyebab utama Gen Z banyak dipecat dari pekerjaannya. 

Kurangnya motivasi yang dirasakan ini mungkin merupakan bentuk pelestarian diri, keengganan untuk terjun ke dalam sistem yang tidak menawarkan banyak stabilitas sebagai balasannya.

2. Mereka Berbicara dalam Bahasa yang Berbeda

Masalah lain yang mungkin berkontribusi terhadap tantangan tempat kerja Gen Z adalah komunikasi. 

Meskipun anggota generasi ini sering dipuji sebagai penduduk asli digital, hal itu tidak selalu berarti keterampilan interpersonal yang kuat dalam lingkungan kerja tradisional. 

Tumbuh besar dengan media sosial dan komunikasi berbasis teks berarti banyak karyawan muda mungkin kesulitan dengan percakapan tatap muka, terutama yang diharapkan dalam lingkungan profesional.

Sebuah artikel tahun 2022 dari Harvard Law School menjelaskan bahwa pekerja Gen Z memasuki dunia kerja selama pandemi.

Generasi ini memulai karier mereka ketika mengirim teks singkat — sesuatu yang sangat mereka sukai — dapat diterima alih-alih mengadakan rapat tim. 

Mereka kehilangan waktu tatap muka di kantor pada titik krusial dalam pengembangan karier mereka.

Hal ini berpotensi menciptakan kesenjangan dalam pembelajaran mereka dan membuat mereka tidak siap untuk industri yang mengharuskan rapat, presentasi, dan kolaborasi mendalam.

3. Mereka Menolak Mentalitas Kerja-Tanpa-Kehidupan

Mungkin alasan paling menentukan mengapa Gen Z mungkin kehilangan pekerjaan adalah penolakan mereka terhadap budaya kerja tradisional, yang menekankan jam kerja panjang, ketersediaan konstan, dan keterlibatan dalam pekerjaan seseorang.

Kesuksesan telah dikaitkan dengan kerja keras dan pengorbanan karier bagi generasi yang lebih tua. 

"Budaya kerja keras" generasi milenial meromantisasi gagasan bekerja malam, akhir pekan, dan hari libur untuk maju. 

Namun, Gen Z tidak mempercayainya. Mereka menginginkan lebih dari sekadar gaji — mereka menginginkan keseimbangan, makna, dan rasa kepuasan pribadi yang tidak sepenuhnya terkait dengan pekerjaan.

Laporan Deloitte lainnya dari tahun 2023 menemukan bahwa 50 persen responden Gen Z menempatkan "keseimbangan kehidupan kerja" sebagai salah satu prioritas utama mereka saat mempertimbangkan pekerjaan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved