IKN Gawat DBD

Pekerja IKN Ternyata Jarang Mandi, Dinkes PPU Ungkap Penyebab Melonjaknya Kasus DBD di Ibu Kota Baru

Satu persatu penyebab maraknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kaltim akhirnya terkuak.

Editor: Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO/ZAINUL
KASUS DBD IKN - Kawasan Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara di Sepaku, Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur saat ini mengalami sorotan, lantaran tingginya kasus demam berdarah dengue atau DBD.. 

Sebagai langkah proaktif, Otorita IKN telah mengeluarkan himbauan untuk melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pendekatan 3M: Menutup tempat penampungan air, Menguras penampungan air, dan Memanfaatkan barang bekas agar tidak menjadi tempat penampungan air.

Selain itu, kolaborasi antara Otorita IKN, Kementerian Kesehatan, dan Dinas Kesehatan meliputi pelaksanaan fogging di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) serta pemukiman warga di Sepaku.

Otorita juga merencanakan penyebaran ikan pemangsa jentik di embung dan kolam di sekitar KIPP dengan dukungan dari IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia).

Tidak hanya itu, Otorita IKN turut menggelar penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, dan pengobatan gratis bagi pekerja konstruksi serta masyarakat setempat guna meningkatkan kesiagaan, fasilitas kesehatan berupa dua rumah sakit dan tiga klinik telah dioperasikan di wilayah KIPP untuk melayani para pekerja dan warga sekitar.

Dengan langkah-langkah tersebut, Otorita IKN berkomitmen untuk memastikan kesehatan para pekerja dan masyarakat di sekitar IKN tetap terjaga di tengah tantangan pembangunan masif yang sedang berlangsung

Sementara secara terpisah, Manajer Tenan Sosbud HPK 1 IKN Wahyu Alfen, menyampaikan total penghuni di HPK ( Hunian Pekerjaan Konstruksi) Ibu Kota Nusantara (IKN) sekitar 11.800 an 

"Perupdate sekarang kurang lebih 11.800 an untuk HPK satu dengan empat tapak yaitu 1 A, 1B, 1C, dan site 2," ujarnya.

Baca juga: Pengelola HPK Lakukan Segala Upaya Cegah DBD Terhadap 11.800 Pekerja IKN di Sepaku

Para pekerja IKN tersebut dibagi dalam 2 hunian yang mana hunian tenaga ahli sebanyak 3 unit sedangkan sisanya atau sekitar 18 unit lainnya bagi tenaga terampil yang masing-masing memiliki kapasitas yang berbeda-beda.

"Total 22 tower, tetapi hanya untuk hunian  21 tower, Kalau untuk tower terampil itu itu kapasitasnya 760 orang sedangkan Kalau tower ahli itu menampung kurang lebih hanya 500 orang, Kamar untuk terampil ukuran 6 dikali 6 dengan 7 hingga 8 ranjang delapan dobel bad atau tingkat, Bednya ada 16 dan juga ada 14 bed," jelasnya.

Dengan banyaknya hunian yang ada dan jumlah penghuni yang cukup banyak sekitar 11.800 an para pekerja, tentu pihak manajemen Tenan Sosbud HPK 1 IKN mempunyai SOP tersendiri sehingga terhindar dari serangan DBD.

"Kalau kami sendiri itu upaya kami fogging dan larvasida kemudian pembersihan kawasan dimana sampah jadi tempat ibarat mungkin disitu ada nyamuk juga.Rutin juga dilakukan pembersihan dilingkungan outdoor dan juga indoor itu terus kami upayakan," ujarnya.

Tidak hanya itu demi kenyamanan penguna air bersih dengan jumlah para pekerja yang cukup banyak Pihak Manajemen HPK 1 IKN  melakukan berbagai upaya dilakukan termasuk tidak menyediakan bak kamar mandi untuk menghindari penyebaran DBD.

"Kami rutin melaksanakan kegiatan, pets Control khusus penanganan pengendalian nyamuk, khususnya untuk DBD, baik itu Penamburan larvasida di tando tampung air untuk distribusi kebutuhan air bersih di hunian, Terus juga tempat penampungan air yang mungkin juga risiko untuk berkembang biak, itu juga kami kendalikan, Sehingga kamar mandi kami itu tidak ada bak penampung air, kamar mandi kami pake shower," jelasnya.

Hingga saat ini demi kenyamanan para pekerja IKN  pihaknya Manajemen pun telah bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan RI.

"Kalau untuk PSM selama ini di support sama tim Dinas Kesehatan PPU dan kolaborasi kalau tidak salah dengan Kementerian Kesehatan sering melaksanakan kegiatan seperti itu di HPK," pungkasnya. (TribunKaltim/Zainul/Gregorius Agung Salmon)

Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved