Tribun Kaltim Hari Ini
AKP Dadang Diperiksa Sambil Merokok, Perwira Polisi Tembak Mati Sesama Rekannya
AKP Dadang diperiksa sambil merokok, Perwira Polisi tembak mati sesama rekannya, korban diduga ungkap tambang ilegal
Pada tahun 2022 sebagai pejabat sementara Kabag Ops Polres Solok Selatan.
"Dalam promosi itu, andaikata mereka berprestasi, mereka akan job kompol, karena peristiwa ini terjadi di luar dugaan kita semua, ini musibah dan kita tidak bisa memprediksi," ujar Suharyono.
Suharyono menegaskan, ke depan pihaknya bakal mengoptimalkan pengawasan supaya kejadian seperti ini tak terulang lagi.
Berdasarkan hasil visum, sambungnya, pelaku diduga menembak sebanyak dua kali dan mengenai pelipis dan pipi korban.
"Memang benar ada tembakan. Diperkirakan kalau dari hasil visum dokter itu dua kali (tembakan), mengenai bagian pelipis dan pipi. Lalu menembus bagian tengkuk," tuturnya.
Suharyono menjelaskan, pelaku diduga menembak korban dari jarak dekat.Saat itu, AKP Ryanto dan jajaran Satreskrim sedang menangkap salah satu tersangka diduga pelaku tambang ilegal galian C atau sirtu.
Sekitar pukul 00.15 WIB, korban bermaksud mengambil handphone yang berada di kendaraannya.
"Korban diduga diikuti oleh pelaku dan ditembak dengan cara yang sangat tidak manusiawi dan tewas ditembak," terangnya.
"Tapi apa pun masih dalam pendalaman, kita juga belum menyimpulkan. Pendalaman pasti akan mengaitkan-ngaitkan dengan peristiwa sebelumnya dan apa yang terjadi sebenarnya," imbuhnya.
AKP Dadang Iskandar menyerahkan diri sekitar pukul 03.30 WIB atau kurang lebih tiga jam pasca- penembakan yang dilakukan di halaman parkir Polres Solok Selatan.
"Awalnya memang kita tak tahu pelaku akan menyerahkan diri, karena jarak antara Solok Selatan dan Padang kalau malam 3 jam-an."
"Tapi saya dapat informasi tadi saat kami memerintahkan tim bergerak mencari dan menemukan dalam selamat, tadi pagi kurang lebih pukul 03.30 WIB saya dapat informasi dari Pak Waka, Pak Irwasda, SPKT yang bersangkutan (pelaku) menyerahkan diri," terangnya.
Terpisah, Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman menyatakan, sejatinya ada tindakan dan sanksi yang tegas dijatuhkan kepada Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar atas aksinya menembak rekan sesama polisi hingga tewas yakni Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ulil Ryanto Anshar.
Habiburokhman menilai, tindakan AKP Dadang harus ditindak tegas jajaran kepolisian.
Bahkan, dirinya meyakini kalau Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo akan menerapkan hal demikian.
"Karena ini jangan sampai terulang lagi. Kami yakin dan percaya bapak Kapolri kita tidak akan menoleransi terhadap pelaku seperti ini," kata Habiburokhman.
Kata Habiburokhman, sejatinya Kapolri memiliki standar dalam menerapkan hukuman terhadap jajarannya.
Beberapa sanksi yang diterapkan harusnya kata Habiburokhman berdasarkan standar itu yakni penghentian kedinasan hingga pidana hukum.
"Kalau standarnya pak Sigit, orang seperti ini pasti lah akan dikenakan tindakan yang tegas, baik dalam konteks kedinasan maupun konteks hukum," ujar dia.
"Jadi InsyaAllah masalah ini fenomena untuk ini bisa segera diselesaikan. Tapi masalah latar belakangnya juga kami harapkan bisa segera selesai," ucap politikus Partai Gerindra ini.
Buka Kotak Pandora Beking Tambang Ilegal
Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil menduga bahwa insiden penembakan antar polisi di Solok Selatan, Sumatera Barat, dilatarbelakangi oleh persaingan dalam mencari keuntungan dari tambang ilegal.
Dugaan ini muncul setelah Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar, menembak Kasatreskrim Polres Solok Selatan AKP Ulil Ryanto Anshari yang diduga tidak senang dengan penindakan terhadap tambang ilegal.
“Sangat disayangkan bahwa polisi tembak polisi hanya karena soal tambang galian C. Patut diduga karena berebut cuan dari galian C. Sangat memalukan dan melenceng dari polisi presisi,” ujar Nasir saat dihubungi pada Jumat (22/11).
Nasir menilai bahwa masalah tambang ilegal dan praktik perlindungan oleh aparat penegak hukum serta pemerintah terhadap pelakunya merupakan fenomena yang lebih besar, seperti gunung es.
Ia berharap insiden berdarah di Solok Selatan ini dapat membuka kotak pandora terkait praktik perlindungan terhadap tambang ilegal yang selama ini tidak terungkap.
“Ini seperti gunung es yang tidak pernah diselesaikan. Kasus ini sebenarnya membuka kembali kotak pandora. Orang pun sudah tahu sebenarnya. Aliran itu kan bukan hanya ke oknum polisi saja, ada oknum- oknum lain,” ungkap Nasir.
Politikus dari PKS ini mendorong Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengusut tuntas kasus penembakan tersebut dan mengungkap motif di baliknya.
Ia juga berharap kepolisian dapat menjadikan kasus ini sebagai pelajaran untuk menutup semua tambang galian C ilegal yang sering menjadi bancakan
oknum aparat.
“Kita harapkan ini momentum bagi Kapolri untuk menutup semua galian C yang tidak berizin. Jadi galian C dan tambang-tambang ilegal sebaiknya segera ditutup,” kata Nasir.
"Ini momentum bagus bagi Kapolri. Kerusakan lingkungan dan ekosistem akibat tambang ilegal sangat merusak. Memang ini kan terjadi di hampir semua daerah, ada yang sama seperti itu dan menjadi bancakan juga,” pungkasnya.
Sebelumnya, penembakan terjadi pada Jumat (22/11) pukul 00.43 WIB di parkiran Polres Solok Selatan, yang terletak di Jorong Bukit Malintang Barat, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat.
"Iya, telah terjadi kejadian penembakan oleh Kabag Ops terhadap Kasatreskrim," ujar Kapolres Solok Selatan, AKBP Arief Mukti, pada Jumat melalui telepon.
Kasus penembakan oleh Kabag Ops AKP Dadang Iskandar terhadap Kasat Reskrim AKP Ulil Ryanto Anshari ini saat ini masih dalam tahap pemeriksaan oleh Polda Sumatera Barat.
Motif penembakan juga masih menunggu hasil pemeriksaan dari Polda Sumbar.
"Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan oleh Polda Sumbar," ujarnya.
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.