Berita Nasional Terkini

Penyesalan Syahruna, Operator Mesin Cetak Uang Palsu UIN, Belum Mahir Gunakan Alat Sudah Tertangkap

Penyesalan Syahruna, sosok operator mesin cetak uang palsu UIN Makassar, gagal produksi uang palsu senilai Rp 50 triliun.

Kolase Tribunnews/TribunJatim
Uang palsu UIN Makassar dan sosok Syahruna operator mesin cetak uang palsu 

"Dijanjikan juga dibelikan tanah dan rumah oleh (tersangka) Ibrahim," tandasnya.

Sudah Beredar Rp 745 Triliun?

Sejak kasus uang palsu ini mencuat, publik pun jadi resah soal jumlah palsu yang telah beredar luas bahkan muncul isu sudah mencapai Rp 745 triliun.

Kabar itu mencuat di media sosial X yang diramaikan dengan narasi sebaran uang palsu di masyarakat mencapai Rp 745 triliun. 

Hal tersebut awalnya diungkap oleh seorang pengguna media sosial TikTok dan dibagikan kembali di X pada Minggu (29/12/2024).

'Uang Palsu Ciptaan UIN Alauddin Tersebar Lebih Dari Rp 745 T Dalam Masyarakat,' bunyi unggahan itu. 

Lantas, benarkan uang palsu yang beredar di masyarakat mencapai Rp 745 triliun?

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Marlison Hakim membantah informasi tersebut.

"Dapat kami tegaskan bahwa berita di media sosial terkait produksi uang palsu yang mencapai 745 triliun adalah tidak benar," tegas Marlison saat dihubungi Senin (30/12/2024) mengutip Kompas.com. 

Menurut Marlison, berdasarkan penegasan kepolisian, uang palsu yang dicetak dengan nominal Rp 100.000 itu telah diproduksi sebanyak 4.906 lembar dan 972 uang lembar yang belum terpotong.

Kendati demikian, BI enggan mengungkap berapa total nominal uang palsu tersebut.

Selain uang palsu, polisi juga menemukan dokumen sertifikat SBN senilai 700 triliun dan Deposito BI senilai Rp 45 triliun yang juga diduga palsu. 

"Perlu kami tegaskan bahwa BI di Departemen Pengelolaan Uang, tidak pernah mengeluarkan sertifikat deposito. Jadi yang senilai Rp 745 triliun adalah sertifikat palsu bukan nilai uang palsu yang diproduksi," jelas Marlison. 

Marlison menyampaikan, produksi uang palsu UIN Alauddin Makassar baru dilakukan pada Mei 2024, bukan 2010.

Marlison juga menyampaikan, berdasarkan hasil penelitian BI, uang palsu UIN Alauddin Makassar memiliki kualitas yang relatif sangat rendah.

Sampel barang bukti teridentifikasi uang palsu tersebut bukan dicetak dengan mesin cetak uang, melainkan dicetak menggunakan teknik cetak inkjet printer dan sablon biasa. 

Hal itu sejalan dengan barang bukti mesin cetak temuan polisi berupa mesin cetak inkjet dan sablon biasa.

"Mesin itu bukan tergolong ke dalam mesin pencetakan uang," kata Marlison.

Sementara, mesin cetak besar yang diberitakan dibeli di China, belum dipakai tersangka untuk mencetak uang palsu.

Meski belum digunakan, Marlison memastikan mesin tersebut juga bukan tergolong mesin pencetakan uang. 

Dengan mesin cetak umum itu, tidak ada unsur pengaman uang yang berhasil dipalsukan, misalnya benang pengaman, watermark, electrotype, dan gambar UV.

Kertas yang digunakan untuk mencetak uang palsu pun merupakan kertas biasa.

"Dengan demikian, dapat dikatakan uang palsu tersebut berkualitas sangat rendah seperti temuan uang palsu pada kasus-kasus sebelumnya," terang Marlison.

Berdasarkan data BI, temuan uang palsu menunjukkan tren yang semakin menurun seiring dengan meningkatnya kualitas uang (bahan uang, teknologi cetak, dan unsur pengaman) yang semakin modern dan terkini.

Selain itu, adanya literasi Cinta Bangga Paham (CBP) rupiah nasional secara masif dan koordinasi rutin dengan seluruh unsur Botasupal, juga menurunkan kesadaran masyarakat terhadap uang palsu.

"Sepanjang tahun 2024 rasio uang palsu tercatat sebesar 4 ppm (piece per million atau 4 lembar dalam setiap 1 juta uang yang beredar), atau lebih rendah dari tahun 2022 dan 2023 pada 5 ppm, 2021 pada 7 ppm, dan 2020 pada 9 ppm," ujarnya.

Untuk mencegah peredaran uang palsu, masyarakat juga bisa berperan aktif dengan mengidentifikasi keaslian uang dan tidak mendistribusikan kembali uang palsu.

Hingga saat ini sudah ada 19 orang yang ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus uang palsu di UIN Alauddin Makassar.

Kapolres Gowa, AKBP Reonald TS Simanjuntak menyatakan, pihaknya masih memburu dua pelaku yang masih buron.

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Cara Syahruna Operator Mesin Cetak Buat Uang Palsu di UIN Makassar, Menyesal Rp 50 T Gagal Produksi

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved