Berita Tana Tidung Terkini
Ramai Pembeli, Gerobak Penjual Pentol Kuah Mercon UBA Tana Tidung Pernah Terbakar
Satu lagi rekomendasi jajanan enak bagi pecinta pedas yang ada di Kabupaten Tana Tidung.
Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, TANA TIDUNG - Satu lagi rekomendasi jajanan enak bagi pecinta pedas yang ada di Kabupaten Tana Tidung. Khususnya bagi warga yang tinggal di Desa Tideng Pale Kecamatan Sesayap.
Yaitu pentol kuah mercon UBA yang berlokasi di Jl Perintis tepatnya di samping Lapangan RTH Djoesoef Abdullah Tideng Pale.
Ahmad Abdul Aris selaku pemilik pentol kuah mercon UBA mengungkap nama UBA sendiri diambil dari nama Utsman bin Affan. UBA salah satu Khulafaur Rasyidin atau 4 sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi pemimpin setelah wafatnya Rasulullah.
"UBA itu saya ambil dari nama Usman bin Affan salah satu khalifah di jaman dulu yang sampai sekarang hartanya masih abadi ada yang dijadikan hotel tempat-tempat ibadah masjid di Mekkah mudah-mudahan bisa ngikutin jejaknya," ungkap Ahmad, Senin (6/1).
Awal dia membuka usaha pentol kuah mercon muncul setelah dirinya bekerja sebagai penjual pentol kuah milik orang lain.
Baca juga: Empat Bapaslon Mendaftar ke KPU Bontang, Relawan Traktir Pentol 60 Gerobak
Baca juga: Ramai Pengunjung Beras Basah, Cuan Bagi Penjual Pentol di Pelabuhan Tanjung Laut Indah Bontang
"Awal mula saya punya ide jualan pentol kuah mercon, dulu awalnya si ikut (kerja sama) orang terus kepikiran pengen buka sendiri jadi kumpul-kumpul modal sendiri," ujarnya.
Demi mengumpulkan modal usaha dia pun bekerja sebagai kuli bangunan setelah keluar dari pekerjaan lamanya untuk mengumpulkan modal usaha.
"Walaupun cuma jualan begini kelihatannya kecil modalnya ternyata dalam proses mengumpulkan modal itu banyak banget susah payahnya saya keluar dari kerjaan ikut orang jualan itu terus ikut kuli bangunan setelah itu terkumpul modal buka usaha sendiri awal modal itu kira-kira kalau ditotal Rp 10 jutaan ada," kenangnya.
Tak hanya itu, saat awal merintis grobak jualan miliknya sempat terbakar karena kewalahan saat persiapan untuk berjualan.
"Terus waktu pertama kali buka itu itu ada cerita sedihnya itu kan saya sendiri. Di situ saya jadi keteteran banget sampai pernah gerobak saya ini kebakar," lanjutnya.
Meskipun sempat mengalami kesulitan, namun ia berhasil bangkit karena peminat pentol kuah mercon miliknya mulai meningkat selang satu bulan sejak awal ia mulai berjualan.
"Senangnya setalah beberapa bulan mungkin berjalan satu bulan jualan itu mulai meningkat yang tadinya saya habisnya jam 11 malam sekarang Alhamdulillah mulai jam 8 jam atau 9 sudah habis," katanya.
Untuk resep pentol kuah mercon ia hanya pelajari melalui platform video yang kemudian ia sesuaikan rasanya dengan lidah masyarakat Tana Tidung.
"Resep itu saya cari di YouTube Saja, modal internet sekarang kan ilmu apapun ada di HP terus rasanya saya sesuaikan sama masyarakat sini," katanya.
Agar Dia mengetahui selera masyarakat Tana Tidung, diawal mulai berjualan ia selalu meminta pendapat pembeli dengan memberikan tester.
"Awalnya dulu saya buat pedes banget ternyata orang sini banyak yang ketakutan jadi saya kurangi cabainya terus setiap ada orang mau beli itu saya suruh coba dulu," imbuhnya.
Dalam sehari ia mampu menghabiskan 1000 pentol serta 3 kg ceker.
"Per hari saya biasanya menghabiskan sekitar 1000 biji pentol kalau ceker dalam sehari tidak banyak sih paling 1 sampai 3 kilo karena kalau ceker itu kan proses membersihkannya lama jadi daripada ndak sempat waktunya," bebernya.
Dari hasil berjualan pentol kuah mercon ia bisa mendapatkan pemasukan bersih Rp12 juta setiap bulannya.
"Kalau per hari itu biasanya omzet kotor itu Rp1,2 juta per hari. Bersihnya satu hari itu biasanya Rp400 jadi kalau untuk perbulan bisa dapat bersih Rp12 juta," sebutnya.
Setelah dancing fountain di Lapangan RTH Djoesoef Abdullah diresmikan, pemasukannya dalam sehari meningkatkan 2 kali lipat dari biasanya khusus di malam Minggu.
"Kalau malam Minggu itu kadang saya sampai nambah lagi kuahnya karena biasanya jam 19.00 WITA sudah habis jadi saya nambah lagi dan itu bisa habis dua panci, satu panci itu biasanya dapat Rp 1,2 juta jadi tinggal dikali 2 aja itu pemasukan kotornya," ucapnya.
Dia juga berencana untuk menambah stan jualannya agar dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Tana Tidung yang membutuhkan.
"Rencananya sih ingin mengembangkan usaha ini kemudian saya juga pengen buka stan baru intinya pengen buka lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang mungkin membutuhkan pekerjaan," tuturnya.
Baca juga: Penjual Pentol di Paser Ini Ternyata Buronan Kasus Korupsi dengan Kerugian Negara Miliaran Rupiah
Terutama bagi lulusan baru yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan atau yang tidak dapat mendaftar menjadi abdi negara.
"Kayak anak-anak muda biasanya kan lulus sekolah mereka kadang nganggur belum tentu semuanya kuliah atau bisa daftar abdi negara kayak saya dulu kan pengennya jadi abdi negara cuman khadar berkehendak lain," tutupnya.
Harga menu yang dijual pun cukup murah yaitu untuk ceker Rp2.000 per pentol, tahu sama telur puyuh Rp1.000 dan es teh Rp5.000. (*)
Kabupaten Tana Tidung
kuliner
Pentol Kuah Mercon UBA Tana Tidung
TribunKaltim.co
kaltim.tribunnews.com
Tiba di Tana Tidung Hari Ini, Menkes Budi Gunadi Ingin Salat Jumat di Masjid At-Jihad |
![]() |
---|
Harga Cabai di Pasar Imbayud Taka Kabupaten KTT Tembus Rp170 Ribu Sekilo |
![]() |
---|
Damri Layani Penumpang 2 Kali Sehari, Tarif Trayek Tana Tidung-Malinau Rp40 Ribu |
![]() |
---|
Desa Kujau Tana Tidung Bidik Ekowisata, Perbaiki Fasilitas Kursi Bagi Pelancong |
![]() |
---|
Alasan Ibrahim Ali Pilih Kualitas Pendidikan Ketimbang Bangun Gedung Sekolah Baru Tana Tidung |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.