Berita Kutim Terkini

TPPS Kutim Kunjungi Bengalon, Banyak Warga yang Butuh Jamban Layak

Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur (Kutim) kunjungi bengalon, banyak warga yang butuh jamban layak.

Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Diah Anggraeni
TribunKaltim.co/Nurila Firdaus  
JAMBAN LAYAK - Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)saat kunjungan ke Desa Sepaso Timur, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Selasa (18/2/2025). TPPS Kutim menemukan bahwa warga Desa Sepaso Timur membutuhkan jamban layak.(TRIBUNKALTIM.CO/NURILA FIRDAUS) 

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur (Kutim) melanjutkan kunjungan lapangan ke Desa Sepaso Timur, Kecamatan Bengalon, Selasa (18/2/2025).

Dalam kunjungannya ini, TPPS Kutim melakukan pemutakhiran data by name by address sehingga data keluarga berisiko stunting lebih akurat.

Menurut pantauan Sekretaris TPPS Kutim, Achmad Junaidi B, Desa Sepaso Timur telah menerapkan sistem keluarga berencana (KB).

Tetapi, ia melihat di lokasi tersebut masih membutuhkan jamban layak.

"Ini harus ditindaklanjuti oleh OPD (organisasi perangkat daerah) terkait agar indikator sanitasi terpenuhi," ujar Junaidi yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB).

Baca juga: Kunjungi Kecamatan Kaliorang, TPPS Kutim Temukan Kasus Anak Hampir Stunting di Desa Bangun Jaya

Tak hanya itu,  ia juga meminta agar data bisa diverifikasi by name by address dengan berkolaborasi bersama pemerintah kecamatan hingga tingkat RT.

Dengan demikian, target ibu dan anak sehat, sanitasi layak, dan data akurat sebagai dasar kebijakan dalam menangani stunting di Kutim.

Baca juga: DPPKB dan TPPS Kutim Jemput Bola Tangani Keluarga Berisiko Stunting

Sementara itu, Plt Camat Bengalon, Permana Lestari melaporkan bahwa temuan di lapangan kebanyakan memang masyarakat tak memiliki jamban yang layak.

Selain itu, tak jarang juga ia menjumpai ibu yang memiliki banyak anak lantaran menikah pada usia muda.

"Anak-anak mereka masih kecil, empat orang, dengan ibu yang menikah pada usia 13 tahun. Ini butuh edukasi pencegahan pernikahan dini," tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved