Ramadhan 2025

Merawat Kemabruran Puasa 7 - Lebih Banyak Diam

Kita juga sering setuju dengan pernyataan, kita lebih gampang disuruh bicara ketimbang disuruh diam.

|
Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNNEWS.COM/RISMAWAN
NASARUDDIN UMAR - Foto arsip Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA, Imam Besar Masjid Istiqlal saat ditemui di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (19/5/2023). (TRIBUNNEWS.COM/RISMAWAN) 

"Sesungguhnya dosa yang paling banyak dilakukan oleh anak cucu Adam adalah pada lidahnya". 

"Barangsiapa yang banyak bicara, banyak juga kekeliruannya. Barangsiapa yang banyak kekeliruannya, banyak juga dosanya. Barangsiapa yang banyak dosanya, maka nerakalah yang paling tepat tempatnya".

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 4 - Hidup Ini adalah Seni

Banyak lagi ayat dan hadis mengingatkan kita agar jangan mengumbar pembicaraan yang tidak perlu. 

Kalangan sufi ada yang pernah mengatakan bahwa diam adalah keselamatan dan itulah yang esensial, sedang bicara adalah bukan esensial. 

Orang-orang masih memperselisihkan, mana yang lebih utama antara diam dan bicara.

Namun, yang lebih tepat adalah masing-masing antara diam dan bicara memiliki keutamaan dibandingkan dengan yang lain tergantung pada situasi dan kondisinya.

Diam lebih utama dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu, dan pada situasi lain, justru bicara lebih utama, tergantung situasi dan kondisi tentunya.

Namun, perlu juga diingat tidak selamanya diam itu pilihan terbaik.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 3 - Mengontrol Tabungan Sosial

Adakalanya seseorang harus dan wajib bicara, terutama menyuarakan kebenaran, sebagaimana sabda Nabi: "Katakanlah kebenaran itu meskipun pahit".

Basyar al-Hafi pernah mengatakan: "Jika suatupembicaraan membuatmu terkagum-kagum, maka sebaiknya anda diam saja. Dan jika diam justru membuatmu terkagum-kagum, maka sebaiknya anda angkat bicara".

Hal senada juga disampaikan Lukman kepada puteranya: "Jika bicara itu adalah perak, maka diam adalah emas. Sesungguhnya aku menyesali atas suatu ucapan berulang-ulang, namun aku tidak menyesali diam sekali pun".

Abu Ali al-Daqqaq juga pernah berkomentar: "Barangsiapa diam dari kebenaran, maka dia adalah setan bisu".

Dalam situasi lain, seseorang yang diminta untuk biara harus bicara, terutama jika pembiaraan itu mendatangkan maslahat dan mencegah mudharat.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 2 - Dimulai dengan Niat yang Luhur

Bisa dicontohkan, jika seorang hamba berbicara mengenai sesuatu yang dapat menolongnya dan sesuatu yang mesti dia bicara, maka hal itu masih dikategorikan sebagai diam. 

Konon, Abu Hamzah al-Baghdadi adalah seorang yang bagus bicaranya, lalu terdengar suara memanggilnya: "Engkau berbicara dan bicaramu bagus, sekarang tinggallah engkau diam sehingga engkau menjadi bagus."

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved