Berita Nasional Terkini

Rupiah Berada di Level Terendah Sejak Krisis Moneter 1998, Ada Andil Ekspansi Peran Militer

Rupiah anjlok signifikan terhadap dollar AS, periode Selasa (25/3/2025), menjadi yang terendah sejak krisis moneter Asia pada Juni 1998.

Istimewa
NILAI RUPIAH ANJLOK - Ilustrasi uang Indonesia. Rupiah anjlok signifikan terhadap dollar AS, periode Selasa (25/3/2025). (ist) 

TRIBUNKALTIM.CO - Rupiah anjlok signifikan terhadap dollar AS, periode Selasa (25/3/2025).

Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, menjadi yang terendah sejak krisis moneter Asia pada Juni 1998.

Rupiah sempat turun 0,5 persen ke level 16.640 per dollar AS dan terus melemah hingga penutupan perdagangan kemarin di level Rp 16.611 per dollar AS, atau turun 0,27 persen (44 poin) dibandingkan penutupan sebelumnya.

Sejauh ini, mata uang rupiah telah melemah 4,79 persen selama setahun terakhir.

Baca juga: IHSG Anjlok, Defisit APBN dan Rupiah Melemah Jadi Sorotan, Dasco Pastikan Sri Mulyani Tak Mundur

Baca juga: Kades Bai Jaya Paser Terseret Kasus Penggelapan Penjualan Tanah, Korban Rugi Ratusan Juta Rupiah

Meski demikian, pelemahan nilai tukar pada Selasa kemarin tidak hanya terjadi pada rupiah.

Mata uang ringgit Malaysia melemah 0,2 persen dan baht Thailand juga turun ke level terendah dalam tiga minggu.

Dikutip dari Reuters, pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal, termasuk tingginya permintaan pasar domestik untuk repatriasi dana dan pembayaran lainnya.

Rencana belanja populis pemerintah, usulan pengawasan BUMN oleh lembaga sovereign wealth fund yang baru, serta ekspansi peran militer dalam masyarakat sipil turut memicu kekhawatiran akan stabilitas fiskal jangka panjang Indonesia.

Baca juga: Segini Gaji Ahok di Pertamina yang Disorot oleh Hotman Paris, Disebut Capai Miliaran Rupiah

Kecemasan pasar semakin meningkat setelah beredar rumor mengenai pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang dikenal sebagai penjaga disiplin fiskal pemerintah.

Namun, kemudian, rumor tersebut dibantah oleh Sri Mulyani.

"Kinerja buruk rupiah sebagian besar disebabkan oleh faktor fundamental yang melemah, termasuk kekhawatiran fiskal, defisit transaksi berjalan yang tak terduga, perlambatan ekonomi, dan ekspektasi bahwa BI mungkin harus segera melonggarkan kebijakan," ujar Christopher Wong, analis mata uang di OCBC, dikutip dari Kontan.

Kendati demikian, kepada Reuters, seorang pejabat Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa bank sentral telah melakukan intervensi untuk meredam pelemahan rupiah.

Baca juga: 10 Kasus Mega Korupsi Terbesar di Indonesia, Kerugian Negara Capai Triliunan Rupiah

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, dalam jangka pendek, pelemahan rupiah akan berdampak pada stabilitas ekonomi Indonesia.

Pasalnya, ketidakstabilan nilai tukar dapat menambah ketidakpastian dalam ekonomi, yang berdampak pada iklim investasi dan kegiatan ekonomi secara lebih luas.

"Kalau rupiahnya gonjang-ganjing, ini akan berimplikasi kepada kondisi makroekonomi kita," ujarnya dalam diskusi publik Indef, Selasa (26/3/2025).

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved