Berita Balikpapan Terkini
Cerita Band Gigahertz dalam Proses Kreatif Musik Elektronik, Hadirkan Pengalaman Panggung Tak Biasa
Gigahertz, band asal Balikpapan yang mengusung genre Drum 'n Bass bagikan cerita unik dalam proses kreatif mereka untuk menghadirkan pengalaman
Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Christnina Maharani
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Gigahertz, band asal Balikpapan yang mengusung genre Drum 'n Bass dengan sentuhan musik elektronik dan metal membagikan cerita unik dalam proses kreatif mereka untuk menghadirkan pengalaman panggung yang tidak biasa.
Kepada TribunKaltim.co, Gigahertz mengungkapkan cerita menarik di balik proses kreatif mereka dalam menciptakan lagu, pengalaman panggung yang tak biasa hingga pesan mendalam yang ingin mereka sampaikan kepada pendengar.
Proses kreatif dalam menciptakan lagu di tubuh Gigahertz diawali dari ide melodi yang muncul secara spontan.
Luthfi, sebagai motor utama dalam penulisan lagu mengaku kerap mendapatkan inspirasi dari melodi sederhana yang kemudian dikembangkan menjadi kerangka utuh lagu.
“Biasanya, saya (Luthfi) kadang-kadang seperti mendapat melodi yang menurut saya cukup asik untuk digarap. Dari sana, saya akan menulis kerangka lagu secara utuh terlebih dahulu tanpa detail yang berlebihan,” ungkapnya kepada TribunKaltim.co, Jumat (4/4/2025)
Baca juga: Gigahertz, Warna Baru Musik Balikpapan yang Lahir dari Kecintaan pada Elektronik dan Kreativitas
Setelah kerangka lagu selesai, proses selanjutnya adalah melibatkan kolaborasi antar anggota band.
Adi Kresna (gitar) dan Freyke (bass) akan menambahkan lapisan instrumen untuk memperkaya komposisi.
Langkah berikutnya adalah penulisan lirik oleh Luthfi dan kemudian diteruskan kepada Nate dan Michael untuk menyusun melodi vokal yang sesuai.
“Jika semua sudah siap, kami semua berkumpul untuk melakukan proses rekaman di studio rumahan saya, kecuali untuk rekaman drum saya lakukan di rumah Arie, drummer kami,” ucap Luthfi.
Baru-baru ini, Gigahertz merilis sebuah single yang menggambarkan keresahan terhadap ritme hidup manusia modern yang serba cepat dan tergesa-gesa.
Lewat liriknya, lagu ini menyampaikan refleksi mendalam tentang kehidupan dan kematian.
“Bahwa terburu-buru atau tidak, kita semua makhluk bernyawa pasti akan mengalami kematian,” sebut Luthfi, mengutip bagian refrain lagu tersebut.
Respons terhadap lagu ini pun terbilang cukup positif, baik dari audiens saat pertunjukan langsung maupun pendengar digital.
“Lebih dari itu, untuk pendengar di digital store cukup lumayan bagus,” ucap Luthfi.
Baca juga: Lahir dari Tempat Tongkrongan, Misery Band Asal Balikpapan Kaltim Usung Genre Alternatif Emo
Satu hal yang sering menarik perhatian penonton adalah bagaimana band ini dapat tampil lengkap secara musikal, meskipun tidak semua personel hadir secara fisik.
Strategi Pemasaran dan Promosi
Pemkot Balikpapan Optimalkan Aset Daerah, Sisa 70 Persil Tanah Menunggu Legalitas dari BPN |
![]() |
---|
Pertamina Bazma Salurkan 80 Beasiswa dan 80 Bantuan Kacamata untuk Pelajar Balikpapan |
![]() |
---|
Krisis Kepercayaan KONI Balikpapan, Cabor Siapkan Mosi Tidak Percaya |
![]() |
---|
Pengerukan Sedimen Bendali Melawai 2 Balikpapan Capai Setengah Kilometer, Selesai Akhir Agustus |
![]() |
---|
Dinas PU Balikpapan Lakukan Pengerukan Sedimen di Bendali Melawai 2, Targetkan Kedalaman 1 Kilometer |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.