Berita Balikpapan Terkiini
TPAS Manggar Balikpapan Kembangkan Budidaya Maggot, Upaya Pengendalian Sampah Organik
Inovasi ini tidak hanya berfokus pada pengendalian sampah, namun juga diarahkan sebagai sarana edukasi lingkungan bagi pelajar dan mahasiswa
Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Dalam upaya menekan volume sampah organik seperti sisa makanan, buah, dan sayur-sayuran, UPTD Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar Balikpapan mengembangkan budidaya maggot sejak tahun 2023.
Inovasi ini tidak hanya berfokus pada pengendalian sampah, namun juga diarahkan sebagai sarana edukasi lingkungan bagi pelajar dan mahasiswa.
Budidaya maggot dilakukan di sebuah bangunan khusus yang berada di kawasan TPAS Manggar.
Baca juga: Dongkrak Pariwisata Balikpapan Kaltim, Disparpora Optimalkan Peran Duta Wisata
Tempat ini dikenal dengan sebutan unik “Omaygot”, akronim dari Omah Budidaya Maggot.
Di tempat inilah maggot yang berasal dari lalat black soldier fly (BSF) dibudidayakan secara berkelanjutan oleh tiga pekerja TPAS. Para pekerja ini secara bergiliran merawat maggot, mulai dari pemberian pakan, pemisahan telur, hingga proses panen.
Suyono, pengawas TPAS Manggar yang juga turut mengelola budidaya ini, menyebut bahwa kegiatan tersebut kerap menjadi destinasi kunjungan pelajar dan mahasiswa yang tertarik melakukan penelitian tentang pengolahan sampah organik.
“Mahasiswa itu sering penelitian ke sini, ini hasil-hasilnya,” ujar Suyono sambil menunjukkan tumpukan laporan penelitian di meja Omah Maggot. Kamis (10/4/2025)
Laporan-laporan tersebut berasal dari berbagai kampus, baik lokal seperti Institut Teknologi Kalimantan, hingga universitas ternama di Jawa seperti Universitas Gadjah Mada.
Keberadaan Omah Maggot memang dirancang sebagai wisata edukasi lingkungan, mulai dari jenjang SD hingga perguruan tinggi.
Para pengunjung tidak hanya bisa melihat proses budidaya secara langsung mulai dari fase telur, penetasan, pertumbuhan hingga menjadi lalat dewasa tetapi juga dapat ikut berinteraksi langsung dengan maggot, memberi pakan, bahkan membeli maggot untuk kebutuhan penelitian atau pakan ternak.
Harga maggot yang dijual pun cukup terjangkau, yakni Rp10.000 per kilogram.
“Karena ini untuk penelitian, pembelajaran, bukan untuk bisnis,” jelas Suyono.
Maggot sendiri dikenal sebagai pakan alternatif bernutrisi tinggi bagi hewan ternak seperti ayam, lele, dan burung. Proses pertumbuhan maggot dari telur hingga dewasa cukup kompleks dan memakan waktu.
Setelah fase perkawinan selama 9 hari, telur akan menetas dalam 3 hari. Larva kecil kemudian dipindahkan ke biopond kedua selama 4 hari, lalu ke biopond ketiga selama 14 hari di mana maggot mulai siap dijual.
Larva yang tersisa akan melanjutkan siklus ke fase prepupa selama 7 hari di biopond keempat, lalu menjadi pupa di biopond kelima. Siklus ini kemudian berulang kembali.
Whiz Prime Hotel Balikpapan Hadirkan Promo Express Malam Kenyang, Menu Premium yang Ramah di Kantong |
![]() |
---|
Pedagang Pasar Pandan Sari Balikpapan Dukung Tindakan Tegas Terhadap PKL, Minta Solusi Lapak Khusus |
![]() |
---|
Jasad Sujarwo Dievakuasi, Lokasi Temuan Sekitar 8 Mil Laut dari Pantai Seraya Balikpapan |
![]() |
---|
Patroli Kantor KPU Balikpapan, Polisi Kembali Libatkan Anjing Pelacak |
![]() |
---|
Gempa Magnitudo Guncang Kaltim Semalam, BMKG Balikpapan Catat 10 Kali Gempa Susulan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.