Berita Balikpapan Terkiini

TPAS Manggar Balikpapan Kembangkan Budidaya Maggot, Upaya Pengendalian Sampah Organik

Inovasi ini tidak hanya berfokus pada pengendalian sampah, namun juga diarahkan sebagai sarana edukasi lingkungan bagi pelajar dan mahasiswa

Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS
BUDIDAYA MAGGOT - Petugas TPAS Manggar Balikpapan sedang memperlihatkan maggot yang dibudidaya di Omah maggot TPAS Manggar. Kamis (10/4/2025). Budidaya maggot di TPAS Manggar menjadi solusi inovatif untuk pengendalian sampah organik sekaligus sarana edukasi lingkungan bagi pelajar dan mahasiswa. (TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS) 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Dalam upaya menekan volume sampah organik seperti sisa makanan, buah, dan sayur-sayuran, UPTD Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar Balikpapan mengembangkan budidaya maggot sejak tahun 2023. 

Inovasi ini tidak hanya berfokus pada pengendalian sampah, namun juga diarahkan sebagai sarana edukasi lingkungan bagi pelajar dan mahasiswa.

Budidaya maggot dilakukan di sebuah bangunan khusus yang berada di kawasan TPAS Manggar. 

Baca juga: Dongkrak Pariwisata Balikpapan Kaltim, Disparpora Optimalkan Peran Duta Wisata 

Tempat ini dikenal dengan sebutan unik “Omaygot”, akronim dari Omah Budidaya Maggot

Di tempat inilah maggot yang berasal dari lalat black soldier fly (BSF) dibudidayakan secara berkelanjutan oleh tiga pekerja TPAS. Para pekerja ini secara bergiliran merawat maggot, mulai dari pemberian pakan, pemisahan telur, hingga proses panen.

Suyono, pengawas TPAS Manggar yang juga turut mengelola budidaya ini, menyebut bahwa kegiatan tersebut kerap menjadi destinasi kunjungan pelajar dan mahasiswa yang tertarik melakukan penelitian tentang pengolahan sampah organik.

“Mahasiswa itu sering penelitian ke sini, ini hasil-hasilnya,” ujar Suyono sambil menunjukkan tumpukan laporan penelitian di meja Omah Maggot. Kamis (10/4/2025)

Laporan-laporan tersebut berasal dari berbagai kampus, baik lokal seperti Institut Teknologi Kalimantan, hingga universitas ternama di Jawa seperti Universitas Gadjah Mada.

Keberadaan Omah Maggot memang dirancang sebagai wisata edukasi lingkungan, mulai dari jenjang SD hingga perguruan tinggi.

Para pengunjung tidak hanya bisa melihat proses budidaya secara langsung mulai dari fase telur, penetasan, pertumbuhan hingga menjadi lalat dewasa tetapi juga dapat ikut berinteraksi langsung dengan maggot, memberi pakan, bahkan membeli maggot untuk kebutuhan penelitian atau pakan ternak.

Harga maggot yang dijual pun cukup terjangkau, yakni Rp10.000 per kilogram.

“Karena ini untuk penelitian, pembelajaran, bukan untuk bisnis,” jelas Suyono.

Maggot sendiri dikenal sebagai pakan alternatif bernutrisi tinggi bagi hewan ternak seperti ayam, lele, dan burung. Proses pertumbuhan maggot dari telur hingga dewasa cukup kompleks dan memakan waktu. 

Setelah fase perkawinan selama 9 hari, telur akan menetas dalam 3 hari. Larva kecil kemudian dipindahkan ke biopond kedua selama 4 hari, lalu ke biopond ketiga selama 14 hari di mana maggot mulai siap dijual. 

Larva yang tersisa akan melanjutkan siklus ke fase prepupa selama 7 hari di biopond keempat, lalu menjadi pupa di biopond kelima. Siklus ini kemudian berulang kembali.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved